Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Geliat Kehidupan Dimulai di Jalan Tol [WPC-4]

17 Mei 2012   17:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:10 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_181982" align="aligncenter" width="522" caption="Jalan toll yang menuju ke Jakarta, difoto jam 05.26, ada garis warna mirip pelangi di batas horizon"][/caption]

Ruas jalan toll Jakarta–Merak atau Tangerang–Merak dalam kurun waktu setahun belakangan ini mungkin jadi ruas jalan toll yang paling sering diberitakan di media masss, terutama televisi. Masalahnya apalagi kalau bukan penumpukan kendaraan sampai berkilo-kilo meter selama berhari-hari, karena tak terangkut kapal penyeberangan menuju ke Sumatera, melalui jalur penyeberangan Merak – Bakauheni. Tak kurang antrian panjang ini sampai membuat Kepala ASDP Merak dicopot dan diganti, tapi  toh masalah tak langsung selesai.

Tidak heran jika ruas jalan toll ini boleh dibilang terpadat volume kendaraan yang melaluinya dan umumnya yang melintas sebagian besar adalah kendaraan niaga. Mulai dari bis-bis penumpang dari dan ke berbagai kota tujuan di Sumatera, Jabodetabek dan Jawa Barat, sampai aneka truk pengangkut berbagai komoditas. Truk biasa, dump truck, truk tangki, trailer, truk kontainer, setiap hari ratusan bahkan mungkin ribuan jumlahnya yang lalu lalang di ruas jalan toll ini.

Sampai setahun lalu, ketika saya masih berkantor di kawasan Sudirman, jakarta, setiap hari kerja jam 6 pagi saya sudah melintasi jalan toll itu menuju ke Jakarta. Dan bisa dibilang tiap hari pula saya selalu melihat pemandangan rutin truk terguling. Entah truk gandengan, truk biasa, pengangkut kontainer dan lain-lain. Kata sopir kantor kami, biasanya kecelakaan itu terjadi sekitar jam 2 dini hari sampai menjelang jam 4 pagi, titik kritis dimana para sopir mengalami fatigue dan mengantuk. Memang seringkali kecelakaan itu bukan antar truk, tapi kecelakaan tunggal. Semisal menabrak pembatas pagar pemisah jalur jalan toll, menabrak tebing di sisi jalan toll, atau terguling ke jurang di sisi jalan toll. Setiap hari bisa lebih dari satu kecelakaan yang saya temui.

[caption id="attachment_181983" align="aligncenter" width="576" caption="Hasil jepretan hari pertama, 14 Mei 2012, dalam format hitam-putih"]

1337274604108136349
1337274604108136349
[/caption]

Memang kebanyakan kendaraan ukuran besar itu baru melaju dari pusat-pusat industri di sekitar Jakarta – Cikarang, Jababeka, Tangerang, dll. – menuju ke Merak menjelang tengah malam, saat arus lalu lintas di toll dalam kota Jakarta sudah tak lagi ramai. Kondisi jalan toll yang lengang ditambah sopir yang ingin segera sampai tujuan, membuat mereka memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Akibatnya, mudah kehilangan kendali ketika konsentrasi kabur karena lelah.

Sebaliknya, arus kendaraan dari Merak menuju ke Jakarta yang umumnya mengangkut hasil bumi – pisang, kelapa, dll. – ramai di Subuh hari. Ini karena kapal dari Bakauheni merapat di Merak menjelang Subuh. Jadi mobil kantor kami biasanya beriringan dengan truk-truk pengangkut pisang dari Lampung.

Jalan toll Jakarta – Merak ini memiliki 3 pintu keluar : pintu toll Cilegon Timur, Cilegon Barat dan Merak. Pintu toll Cilegon Barat, letaknya hanya sekitar 300 meter dari jalan masuk menuju komplek perumahan yang saya tinggali. Di jalan komplek perumahan saya, membentang jembatan yang view-nya kiri-kanan adalah ruas jalan toll itu. Kalau terjadi antrian panjang, biasanya sudah bisa terlihat dari atas jembatan perumahan saya.

[caption id="attachment_181984" align="aligncenter" width="422" caption="Pagar pembatas jalan toll, gambar diambil jam 05.26 WIB"]

13372746791902222733
13372746791902222733
[/caption]

Saya suka mengambil gambar kondisi jalan toll. Selama ini setiap kali mengambil gambar, pasti “jaring-jaring” kawat pembatas pagar jembatan selalu tampak di hasil foto. Pagar pembatas itu tingginya sekitar 3 meter dan melengkung di bagian atas. Sebelum jejaring kawat besar, sekitar 25–30 cm di depannya ada rangka baja penopang pagar kawat. Ternyata, baru belakangan saya bisa mengakali bagaimana menyelusupkan lensa tele kamera pocket saya melalui lubang-lubang anyaman kawat itu. Konsekwensinya saya harus merapatkan tubuh pada rangka baja, mau tak mau baju saya harus rela kotor menempel di rangka jembatan. Hanya sebatas lensa tele yang bisa “nongol” keluar dari jejaring kawat. Jadi kalau saya ingin mengubah view hasil foto, saya hanya bisa menggerakkan sedikit lensa tele itu ke arah atas, bawah, atau miring kiri – kanan.

[caption id="attachment_181985" align="aligncenter" width="655" caption="Pintu toll Cilegon Barat, hunting hari ke-2, jam 05.27 WIB"]

1337274806976828495
1337274806976828495
[/caption]

[caption id="attachment_181986" align="aligncenter" width="425" caption="Pintu toll Cilegon Barat hari yang sama, jam 05.28 WIB"]

1337274901526171220
1337274901526171220
[/caption]

Cara lain : saya berpindah lubang anyaman. Cara memotret seperti ini sangat tidak nyaman dan saya pun tak sepenuhnya bisa melihat melalui layar kamera, seperti apa obyek yang saya foto. Maklum, ukuran tubuh saya yang tak begitu tinggi, membuat saya harus sedikit berjinjit kalau hendak memotret garis horizon pemandangan ini. Belum lagi tangan saya yang harus terulur sekitar 30 cm dari rangka baja sampai menempelkan kamera di jejaring kawat. Tentu saja tali kamera sudah saya lilitkan baik-baik ke pergelangan tangan. Sebab kalau sampai jatuh, hmm..., bisa “wassalam” deh umur kamera itu.

[caption id="attachment_181987" align="aligncenter" width="437" caption="Ruas jalan yang menuju Jakarta, hunting hari ke-2, jam 05.29 WIB"]

13372749891017707543
13372749891017707543
[/caption]

[caption id="attachment_181988" align="aligncenter" width="576" caption="Posisi dan hari yang sama, jam 05.31 WIB. Sinar besar itu berasal dari lampu terbesar jalan toll."]

13372750681426282137
13372750681426282137
[/caption]

[caption id="attachment_181989" align="aligncenter" width="576" caption="Posisi dan hari yang sama, jam 05.32 WIB"]

13372751841609474147
13372751841609474147
[/caption]

Kesulitan itu masih ditambah lagi dengan adanya banner raksasa setinggi 2 meter yang dibentangkan di sebelah luar menempel pada pagar kawat. Total panjang banner itu sekitar 16 – 18 meter, karena ada 2 banner (milik pengembang perumahan kami dan milik perusahaan operator jalan toll). Jadi area yang bisa saya pakai untuk memotret tak terlalu luas. Ini pagar jembatan di sebelah kiri, yang view-nya ke arah ruas jalan toll menuju Jakarta. Sedangkan di sisi kanan jalan, yang view-nya menghadap pintu keluar toll Cilegon Barat, meski bannernya hanya sepanjang 6 -7 meter saja, tapi sepanjang pagar jembatan dipenuhi bendera parpol yang berjajar setiap setengah meter. Bendera itu entah sudah berapa tahun nangkring di sana. Kondisinya kotor, lusuh, robek-robek, sehingga tiap saat terkena angin akan menghalangi kamera. Sering ketika saya jepretkan kamera, yang muncul di layar justru sobekan bendera yang terkena angin. Tapi itulah uniknya perjuangan memotret jalan toll.

[caption id="attachment_181990" align="aligncenter" width="528" caption="Pintu keluar toll Cilegon Barat, hunting hari ke-3, jam 05.30 WIB"]

1337275248296716919
1337275248296716919
[/caption]

[caption id="attachment_181991" align="aligncenter" width="576" caption="Posisi yang sama semenit kemudian, 05.31 WIB"]

13372753261852176140
13372753261852176140
[/caption]

[caption id="attachment_181992" align="aligncenter" width="576" caption="Ruas jalan menuju Jakarta, hunting hari ke-3, jam 05.23 WIB"]

13372753951156820008
13372753951156820008
[/caption]

[caption id="attachment_181993" align="aligncenter" width="555" caption="Posisi dan hari yang sama, jam 05.27, sudah mulai tampak garis berwarna-warni di ufuk"]

1337275513728922254
1337275513728922254
[/caption]

[caption id="attachment_181994" align="aligncenter" width="576" caption="jam 05.34 WIB"]

1337275589452813087
1337275589452813087
[/caption]

Ketika Grup Kampretos mengadakan WPC-4 yang tantangannya Night Photography, saya terpikir untuk memotret jalan toll ini di malam hari. Tapi untuk berjalan sendiri ke jembatan toll yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah saya, naik turun bukit pula – komplek rumah saya di perbukitan, sesuai namanya – di malam hari, saya cukup ngeri juga. Akhirnya, setelah membaca postingan Mbak Aryani di WPC-4 tentang foto-fotonya yang mengambil gambar masjid, saya terinspirasi untuk memotret di waktu Subuh. Sebab kondisi masih gelap juga dan mengandalkan lampu-lampu jalan toll yang cukup terang benderang.

[caption id="attachment_181996" align="aligncenter" width="576" caption="Pintu Toll Cilegon Barat, hunting hari terakhir, jam 05.30"]

13372757511677697063
13372757511677697063
[/caption]

[caption id="attachment_181997" align="aligncenter" width="653" caption="Hari yang sama, jam 05.35 WIB"]

1337275825489858655
1337275825489858655
[/caption]

Dimulailah perburuan foto Subuh hari. Kebetulan saya punya rutinitas setiap pagi jogging dan jalan sehat dengan rute melewati jembatan jalan toll. Kalau biasanya saya berangkat dari rumah tiap pagi jam 5.45 – 6.00, selama 4 hari terakhir saya majukan jadwal jogging saya, jam 5-an sudah meninggalkan rumah. Waktu adzan Subuh di sini jam 4.45, jadi saya keluar sekitar jam 5.05. Jalanan masih sepi sekali dan gelap. Tapi setelah melewati bukit dan meluncur turun dari Pondok Palem – nama Pujasera di Perumahan Bukit Palem – suasana gelap sudah mulai berkurang karena ada Supermarket dan bangunan Mess Direksi sebuah BUMN. Dari situ tinggal sekitar 200 meter saja menuju jembatan jalan toll. Berikut foto-fotonya, mulai masih gelap sampai mulai ada cahaya fajar menyingsing. Sengaja saya sajikan berurutan sesuai hari dan jam-nya agar terlihat perbedaan warna langitnya.

Semoga hasilnya tak mengecewakan.

[caption id="attachment_181998" align="aligncenter" width="576" caption="Ruas jalan menuju Jakarta, hunting hari ke-4, jam 05.30 WIB"]

1337275896144527154
1337275896144527154
[/caption]

[caption id="attachment_181999" align="aligncenter" width="576" caption="Hari dan posisi yang sama, jam 05.31 WIB"]

1337275965669318439
1337275965669318439
[/caption]

[caption id="attachment_182000" align="aligncenter" width="576" caption="jam 05.32"]

1337276031627964782
1337276031627964782
[/caption]

[caption id="attachment_182001" align="aligncenter" width="521" caption="The last picture, jam 05.34 WIB"]

13372761031895762775
13372761031895762775
[/caption]

Kini,"Ngampret" makin asyik dengan adanya rencana Kopdar di Jogja akhir Juni nanti. Gabung yuuuk.., di SINI

Kalau mau lihat parade foto-foto indah jepretan Kampreters di WPC-4, ada di SINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun