[caption id="attachment_176972" align="aligncenter" width="200" caption="Iklan/poster kampanye resmi Mega - Hasyim pada 2004 (sumber : pemilu2004.goblogmedia.com)"]
Jadi, seharusnya kita sebagai rakyat paham betul, bahwa busana yang dianggap identik dengan ciri khas penganut agama Islam memang selalu digunakan oleh hampir semua calon yang berlaga dalam pemilu, baik pemilu legislatif (pileg) maupun pemilu kepala daerah (pilkada) bahkan sampai pemilu presiden (pilpres) sekalipun. Ini wajar, penduduk beragama Islam – setidaknya ber-KTP dengan tulisan “Islam” di kolom agama – jumlahnya mencapai sekitar 85%-an. Secara proporsional, di hampir semua daerah – kecuali daerah yang memang secara historis penduduknya menganut agama selain Islam – pemilih Islam adalah mayoritas. Maka, mereka perlu “dirayu” dengan penampilan calon yang “Islami”.
Coba saja perhatikan para kandidat Cagub/Cawagub, Cawali/Cawawali, Cabup/Cawabup, umumnya jika pria mengenakan baju koko dan kopiah hitam atau topi putih – yang diidentikkan dengan topi “haji” padahal berhaji justru tak boleh memakai tutup kepala bagi kaum pria . Sedangkan calon yang wanita kebanyakan mengenakan busana muslimah plus jilbab atau kerudung. Apakah kesehariannya memang mengenakan busana seperti itu? Tentu harus benar-benar dilihat faktanya. Mulai kapan berbusana muslimah, apakah menjelang ikut dalam ajang kompetisi politik, atau memang sejak lama.
[caption id="attachment_176973" align="aligncenter" width="228" caption="Iklan kampanye Mega - Prabowo pada 2009 (sumber : jakarta45.wordpress.com)"]
So, bagi yang masih meributkan busana sebagai indikator ke”sholeh”an seorang calon atau sebagai tanda religiusitas sang calon, silakan berpikir, cukup rasionalkah menggugat kadar iman seorang calon pemimpin dari busananya? Bagaimana kalau pakaian itu hanya dikenakan sebagai simbol saat menjelang kampanye dan ditanggalkan pasca terpilih? Kalau pakaian saja bisa dengan mudah dilepas – pakai, maka rasanya tak pantas energi kita dihabiskan hanya untuk saling serang dan berdebat kusir soal pakaian yang dikenakan calon dalam foto resminya. Semoga foto-fot berikut cukup menjadi bukti, bahwa pakaian sama sekali tak menggambarkan apapun soal pribadi sang calon. Mari mendukung dengan rasional, bukan dengan emosinal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H