12-03-2012
0
13.
Suami Sableng
29-02-2012
0
Ternyata tulisan Tommy Kurniawan di atas, juga ditulis oleh Kris Tiantono dengan judul "Wanita dan Pria Itu Ternyata Palsu" dan lewat tulisan Bondan Gunawan dengan judul "Siapakah Yang Merusak Kualitas Kompasiana". Ada juga tulisan Karina Damayanti yang judulnya “Anakku Mirip Selingkuhan Suamiku” yang kemarin nangkring di posisi teratas kolom Teraktual. Isi tulisan sama, serupa meski mungkin kalimatnya ditukar tempat. Di posting pada tanggal yang sama : 23 Maret 2012 hanya jam yang berbeda. Yangdibahas sama : 15 Kompasianer yang dituduh punya akun kloningan dengan urutan yang sama persis dan terlebih membahas alasan kebencian mereka pada pemilik akun "Suami Sableng" (asli) dan "Lionel Messi". Yang berkomentar di 3 tulisan itu pun sama, 12 akun di atas, kecuali Suami Sableng. Sebab dalam tulisan itu disebut Suami Sableng (yang asli) punya akun kloningan, sedangkan komplotan itu sendiri yang membajak akun Suami Sableng seperti yang saya tulis di urutan ke-13.
SIAPA KIRA-KIRA DALANGNYA? Saya yang baru 5 bulan ber-Kompasiana,masih belum "ngeh" dengan jagad Kompasiana yang ternyata banyak dihuni orang gila. Selama ini semua teman Kompasiana saya anggap waras dan baik-baik. Berkomentar dengan santun, beda pendapat seru sah-sah saja, tapi tak perlu bermusuhan. Karena itu saya heran ketika dalam 2 hari ada yang "menyerang" saya. Sampai saya menemukan link tulisan Zahra yang dikutip seorang Kompasianer di sebuah tulisan dan diinbox saya. Ini link tulisan Mbak Zahra yang saya maksud : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/03/23/ini-kronologisnya-saya-mendapat-tuduhan-ngawur-punya-akun-kloningan/
Menyimak tulisan Zahra yang runtut dan logis itu, saya mendapat kesimpulan kasus tuduhan terhadapnya bermula ketika Zahra mempersoalkan otentitas tulisan Agus Sutondo dalam tulisan Zahra yang ini : http://media.kompasiana.com/new-media/2012/03/14/dari-mana-pak-agus-sutondo-dapat-inspirasi-menulis/ . Secara implisit Zahra menyayangkan tindakan Agus Sutondo mendaur ulang tulisannya menjadi tulisan di kanal humor. Ternyata, ada Kompasianer lain yang berkomentar di tulisan Zahra ini, dengan menyertakan 2 link tulisan pembanding. 1 tulisan serius dari kanal poltik milik orang lain, dan 1 lagi tulisan daur ulang dari tulisan politik itu dimasukkan ke kanal humor. Kesimpulannya : Agus Sutondo yang produktif itu rupanya terbiasa mendaur ulang tulisan orang lain. Ibarat mendaur ulang lagu pop, rock, jazz lalu diaransemen menjadi dangdut.
Menurut Zahra, ia dituduh punya akun kloningan tepat sehari setelah Agus Sutondo berpamitan untuk “pisah ranjang” dengan Kompasiana. Oya, sekedar tambahan, dalam tulisan Zahra yang mempersoalkan otentitas ide tulisan Agus Sutondo, beberapa akun palsu/kloningan itu ikut berkomentar dan menuduh Zahra “membuka aib” orang lain dengan membawa terminologi agama ibarat “memakan bangkai saudara sendiri”. Para akun kloningan itu juga membela Agus Sutondo dengan menyatakan bahwa beliau punya banyak blog.
Oke, itu kisah Zahra. Bagaimana dengan saya? Kok bisa ikut terbawa? Nah, berawal dari logika berpikir Zahra, saya langsung teringat ketika sekitar sepekan lalu Lionel Messi dengan kurang-ajarnya membongkar kedok Agus Sutondo. Tak sengaja saya click tulisan Messi yang nangkring di urutan teratas kolom Teraktual dengan judul “Admin Blokir Kompasianer Ini”. Ternyata alasan Messi karena pagi itu Agus Sutondo memborong semua kategori Teraktual, Inspiratif, Bermanfaat dan Menarik. Bukan hanya semua kategori disabet, tapi juga dari urutan 1 s/d 5 dimonopoli tulisan dia. Dari sinilah Messi menduga Agus Sutondo punya banyak kloningan untuk mem-vote tulisannya.
Di sinilah “malapetaka” bermula. Saya mengomentari tulisan Messi dan bertanya apakah tulisan AS berkualitas? Sebab bagi saya, seseorang yang sampai bikin kloningan untuk mem-vote tulisannya sendiri, itu artinya dia tidak cukup pede tulisannya akan dibaca dan di apresiasi orang lain. Sorenya AS membuat tulisan klarifikasi dengan mengakui bahwa dirinya memang punya puluhan akun kloningan yang dikerahkan untuk mem-vote tulisannya. Alasan Agus : untuk menguji kejelian Admin. Lagi-lagi saya berkomentar di tulisan Agus : jika kita sudah yakin suatu perbuatan itu tidak baik, apakah untuk membuktikan bahwa tindakan itu mudah dilakukan dan sulit dilacak maka kita perlu ikut melakukannya? Saya mengumpamakan korupsi : jika kita yakin korupsi itu salah, lalu apa kita harus ikut korupsi hanya untuk membuktikan bahwa setiaporang bisa dengan mudah korupsi tanpa diketahui? Rupanya komentar saya di tulisan Messi dan tulisan Agus inilah yang membuat Agus Sutondo kemudian memasukkan saya ke dalam daftar “musuh”nya.
Pantas saja, dari 15 nama yang dituduh oleh “Tommy Kurniawan” dkk, ada nama Zahra, saya, Lionel Messi dan Revangga Dewa Putra. Saya mencoba menebak apa “dosa” mas Reva sampai ia ikut dituduh. Saya ingat, ketika Messi membongkar kedok Agus Sutondo, mas Reva kemudian membuta tulisan yang mengangkat pertarungan Messi vs Agus Sutondo. Jadilah mas Revangga pun masuk dalam black list yang wajib difitnah. Inilah resiko ber-Kompasiana jika kebetulan kita berinteraksi dengan orang tak waras di dunia maya.
Kalau hanya teriak-teriak si A punya kloningan 100 biji, si B piara kloningan 99 ekor, blablabla, semua bisa saja. Tapi membuktikannya, nanti dulu! Jika para kloningan itu membawa terminologi agama bahwa membuka aib orang sama dengan makan bangkai saudaranya, bukankah dalam agama pun di sebut menfitnah lebih kejam dari pada membunuh? Saya tampilkan data akun kloningan dalam screen shoot. Saya harap Admin bertindak. Kelakuan ini sudah sangat meresahkan.
Kini, salah satu dari kloningan itu dengan nama Karina Damayanti mulai mengacau di tulisan saya dengan menuduh itu tulisan copas. Saya tak kuatir, sebab mereka yang kerap membaca tulisan saya pasti mengenali karakter khas saya yang kuat dalam tiap tulisan. Kalau dia bisa buktikan mana artikel yang saya copas, silakan saja. Bukan hanya itu, Karina juga mulai menayang-ulang tulisan saya terdahulu yang pernah posting beberapa waktu lalu, termasuk yang HL. Saya benar-benar prihatin dengan tindakan tak terpuji ini. Jika setelah saya menayangkan tulisan ini, serangan terhadap saya dan tulisan saya makin membabi buta, itu artinya sinyalemen saya melalui tulisan ini benar. Sama seperti tulisan Zahra. Admin, tolong bertindaklah. Orang GILA yang dibiarkan berkeliaran dan menebar fitnah di Kompasiana sungguh sangat merusak.
NB : Jika anda click akun-akun kloningan yang saya sebut di atas, ada yang menggunakan foto orang India, banci kaleng, sampai gadis berjilbab yang kalem. Hmm..., bajak dari mana ya fotonya?
Special thanks to : Zahra, mas Revangga, Lionel Messi, Lala Aizawa (adikku yang imut tapi malang karena gak pernah nulis tapi dituduh plagiat), dll, karena kalian telah membukakan mata saya bahwa ternyata orang gila itu sangat berbahaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H