Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meski Masih Boleh Pimpin Demokrat, tapi SBY Kecewa pada Anas

5 Februari 2012   12:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:02 2104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328443575529128423

Akhirnya, SBY buka suara secara resmi terkait berbagai konflik dan permasalahan yang melilit Partai Demokrat akhir-akhir ini. Sekitar jam 16.55, di kediamannya Puri Cikeas, setelah bertemu dengan para deklarator dan pendiri PD, SBY menyampaikan keterangan pers selama hampir 30 menit. Tampak sekali SBY gusar dengan berbagai pemberitaan media massa yang dianggapnya terllau berlebihan menyerang dan mendiskreditkan PD. Bahkan menurut SBY pemberitaan itu telah menggeser issu kea rah perpecahan di tubuh Demokrat.

Sudah menjadi cirri khas SBY bahwa beliau tidak mengatasnamakan dirinya sendiri dalam mengambil keputusan. SBY “meminjam” pihak lain sebagai konsiderans yang membuatnya terpaksa berbicara di depan publik seperti ini. Inilah alasan SBY :

1.Para pendiri Partai Demokrat menyatakan keprihatinan atas ulah dan perilaku sejumlah kader PD.

2.Masih ada kader PD yang tidak menjalankan dan keluar dr nilai-nilai dan prinsip PD yang digagas saat didirikan.

3.Para pendiri merasa terpanggil dan meminta SBY turun tangan untuk membenahi dan menyelamatkan perjalanan PD ke depan.

4.SBY banyak mendapatkan masukan dari jajaran PD di berbagai daerah, yang intinya :

a)perlu ada solusi atas masalah yang ada di partai ;

b)di daerah hampir semua kader menyampaikan mestinya DPP PD bisa melaksanakan komunikasi yang lebih efektif tentang apa yang sesungguhnya terjadi terkait serangan yang sangat berlebihan ;

c)meminta adanya pembersihan terhadap para kader yang merusak nama baik partai baik di DPR maupun di jajaran DPP.

Disinilah, pada point 4.b) SBY menunjukkan kekesalannya pada Anas, meski “meminjam” nama para kader di daerah. Hal ini diulang oleh SBY menjelang akhirpidatonya, tetap dengan menyitir “ada kegelisahan kader” atas turunnya dukungan rakyat pada PD, hal ini tidak boleh dibiarkan. “Sebenarnya saya berharap Ketua Umum dan jajaran DPP PD proaktif memberikan penjelasan kepada kader di daerah-daerah. Jangan pasif, jelaskan! Kader PD harus berani melawan tindakan berlebihan terhadap PD untuk menghancurkan PD. Hadapi, jangan lari, jangan tiarap, kebenaran adalah kebenaran, fakta adalah fakta.”

Dari kalimat itu, tampak bahwa SBY pun tak beda dengan Ruhut Sitompul : geregetan melihat respon Anas yang tidak berani secara tegas melawan tuduhan Nazar. Hanya saja SBY memperhalus dengan diksi “harus berani melawan tindakan berlebihan untuk menghancurkan PD”.

SBY pun menegaskan inti masalahnya : adanya pelanggaran oleh sejumlah kader PD dan korupsi yang dilakukan sejumlah kader bukanlah garis kebijakan partai. Karena itu SBY menyesalkan adanya pengalihan masalah ini seolah-olah ada konflik di tubuh PD antara Dewan Pembina dengan jajaran Pengurus DPP. Sekali lagi, SBY terkesan menyalahkan media massa yang telah memberitakan ketidakkompakan PD. Menurut SBY, perpecahan itu hanya pembelokan issu pemberitaan, kendati sebenarnya yang memberikan pernyataan saling berlawanan itu justru para elit PD sendiri.

SBY akui ada penurunan dukungan masyarakat kepada PD. Karena itu secara implisit SBY meminta KPK segera menuntaskan proses pemeriksaan dugaan kasus-kasus yang menimpa kader PD, jangan tunggu sampai 2014. SBY juga menegaskan bahwa kader yang bermasalah hukum terkait dugaan korupsi akan segera diselesaikan. Dengan kalimat ini, jelaslah sudah karir politik Angelina Sondakh di PD berakhir tragis. Kubu Anas yang mungkin masih berusaha mempertahankan kedudukan Angie, harus gigit jati dengan pernyataan ini.

Adapun mengenai Anas Urbaningrum sang Ketua Umum, yang diissukan terlibat masalah korupsi, SBY tegas mengatakan ini mempengaruhi terhadap penurunan popularitas partai. Baik issu korupsi maupun issu pelanggaran kode kehormatan PD, soal money politics, keduanya ada kaitannya. Tampaknya SBY merasa perlu menekankan hal ini, sebab seperti publik tahu, tuduhan terhadap Anas yang lebih mengemuka adalah soal money politics saat pemenangan dirinya di Kongres PD di Bandung, sebagaimana diakui Yulianis ia mengantarkan uang Rp. 30 M dan $ 5000 USD ke arena Kongres PD. Dan SBY seperti hendak memperingatkan Anas bahwa dirinya sebagai Ketum justru merupakan bagian dari masalah yang menyebabkan popularitas partai anjlok.

SBY pun menyindir Anas yang disebutnya “beberapa kali Ketua Umum PD menyatakan dirinya tidak bersalah dan tidak terlibat dalam semua dugaan korupsi dan money politics yang saat ini sedang didalami oleh KPK.”  Kendati demikian, SBY masih mengijinkan Ketua Umum untuk tetap menjalankan tugasnya dan memberi penjelasan kepada para kader di berbagai daerah, melindungi kader-kadernya dan menjaga nama baik PD. “Kecuali jika nanti KPK menyatakan lain” tambah SBY. Ini artinya, kedudukan Anas sebagai Ketum PD hanya tinggal menunggu keputusan KPK.

Meski tampak kesal dengan ulah para kader PD di DPP, SBY tak lupa memberi motivasi pada para kader. SBY menegaskan tidak ada kebijakan partai yang menyimpang. Meski PD masih berusia muda, baru 10 tahun, ia yakin PD akan bisa menghadapi kemelut ini. Kepada para kader utamanya yang ada di DPR RI agar mencegah dan menghindari godaan-godaan perilaku korupsi dan sejenisnya. “Jika dulu bisa (menghindari korupsi), kenapa sekarang tidak bisa?!” tantang SBY.

Kalimat itu menyiratkan kemarahan seorang bapak kepada anaknya yang gagal menjalankan tugas dengan baik. SBY seolah hendak membandingkan masa kepengurusan DPP PD para periode lalu yang dianggapnya lebih baik dan bisa mengendalikan perilaku para kadernya di DPR RI. Dengan kalimat seperti itu, seharusnya Anas merasa tertampar. Sebab, selain menjadi Ketua Umum PD, Anas juga duduk di DPR, bahkan dulunya sebelum menjadi Ketua Umum Anas adalah Ketua Fraksi Demokrat DPR RI. Demokrat di masa kepemimpinan Pak Hadi Utomo,meski beliau tidak duduk di DPR, tapi mampu mengendalikan perilaku kadernya di DPR dan mengkonsolidasikan daerah-daerah.

Konpers ditutup dengan janji minggu depan SBY akan melakukan konpers lagi tapi dalam kapasitasnya sebagai Presiden,yang akan dilakukan di Istana Negara.

Jadi, jelaslah sudah :  Angie tamat, Anas menunggu keputusan KPK. Jika KPK kemudian memutuskan menahan Angie, lalu Angie seperti halnya Nazar, merasa dikorbankan, kemudian bernyanyi, maka Anas pun akan dicopot. Bagi SBY, menyelamatkan Partai yang dibangunnya jauh lebih penting ketimbang menyelamatkan kader yang dianggapnya tak mengindahkan nilai-nilai partai. Kita lihat saja episode selanjutnya dari Angelina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun