NAMASKAR!
India dan Indonesia adalah dua negara sahabat yang saling membutuhkan. Dengan beragam persamaan yang dimiliki keduanya membuat hubungan kedua negara tersebut sangat erat. Saya ingin membagi cerita ketika saya mengikuti 2nd ASEAN-India Youth Summit yang berlangsung pada 3 Februari - 7 Februari 2019, di Guwahati, Assam, India.
Jadi, ASEAN-India Youth Summit ini adalah kegiatan yang digagas oleh India foundation yang merupakan pusat penelitian independen yang fokus pada masalah, tantangan, dan peluang pemerintahan India (indiafoundation.in). Sebelumnya India Foundation menyelenggarakan Youth summit, acara yang sama di Bhopal, India, tahun 2017. Di tahun 2019 ini mengangkat tema "Connectivity: Pathway to Shared Prosperity". Dengan tujuan untuk mempererat hubungan India dan Negara-negara ASEAN.
Awalnya saya memang sering mendaftar untuk menjadi peserta pada acara konferensi, salah satunya adalah Jenesys (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths). Pada Jenesys angkatan pertama melalui Kemenpora saya mendaftar namun gagal, terpilihlah delegasi lain. Saya mencoba lagi di angkatan kedua, namun lama tidak ada pengumuman dan saya sudah siap-siap mau mendaftar angkatan ketiga hehe.
Namun tiba-tiba saat saya mau berangkat ke kampus untuk ujian akhir, saya mendapat telepon dari Kemenpora yang menyatakan bahwa saya menjadi delegasi Indonesia untuk 2nd ASEAN-India Youth Summit. Saat itu saya agak kaget karena sebenarnya saya tidak pernah mendaftar untuk konferensi ini, yang saya tahu saya daftarnya Jenesys. Karena kebetulan jadi calon mahasiswa magang di Kemenpora, saya jadi beberapa kali ke sana dan sekaligus mendapat penjelasan mereka.
29 Januari 2019 saya bertemu para delegasi Indonesia utusan Kemenpora yaitu Bang Fauzan, Jasmin, dan Maya bersama Mbak Lala dari ASEAN Secretariat. Pertemuan kami cukup singkat di Kedutaan Besar India di Jakarta untuk membuat visa regular karena e-visa kami ditolak. Barulah pada 1 Februari 2019, kami bertemu lagi di Kedutaan Besar India untuk mendapat arahan dari pihak Kedubes termasuk Bapak Ajit Singh. Di sanalah kami bertemu lagi dengan delegasi Indonesia lainnya, Bang Novin, Kak Elly, Salsa, dan Kak Niki. Pada kesempatan itu, kami membicarakan mengenai persiapan logistik dan konsep presentasi kami. Ketika mau pulang, kami bertemu dua delegasi lainnya yang baru sampai Jakarta dari Medan, mereka adalah Sarah dan Jamson.
aaaaaaaaaaaaaaaaaa-5c6a2835bde5757fac679d65.jpg
Keesokan harinya, 2 Februari 2019 sekitar pukul 13.30 saya berangkat ke Bandara Soekarno Hatta. Kami sepakat berkumpul pukul 15.00. Sampai disitu saya masih belum antusias. Wajar, karena memang awalnya tidak mendaftar, tidak mengagendakan, dan tidak tertarik. Saya merasa biasa-biasa saja. Bahkan masih berharap diterima Jenesys. Kami menggunakan Pesawat Garuda yang berangkat pukul 18.15 sampai di Singapore, Bandara Changi pukul 21.05 untuk transit.
Lanjut lagi berangkat pukul 02:45 sampai 04:30 menuju Kolkata menggunakan Indigo Airlines. Lalu melanjutkan penerbangan ke Guwahati dengan airlinesnya sama. Pada penerbangan kali ini saya sebangku dengan delegasi dari Kamboja yang kami baru sadari setelah kami sama-sama memesan teh di pesawat yang ternyata berbayar. Saya akhirnya saya membayar ₹ 200 (rupee) karena salah satu delegasi Indonesia, Jamson, bilang kalau ketika penerbangan dari Singapura ke Kolkata ditawari makan dan minum tapi kami tidur. Makanya saya pesan teh saja. Karena kekeliruan tersebut akhirnya kami jadi mengobrol.
Delegasi Kamboja yang saya maksud adalah Lim Houng. Kami saling melempar pertanyaan dan mengobrol seputar akademik, pekerjaan, kesukaan masing-masing, dan olimpiade. Sampai akhirnya kami mendarat di Bandara
Internasional Lokpriya Gopinath Bordoloi. Sesampainya di sana kami disambut panitia penyelenggara dan dikalungkan kain khas Assam berwarna merah dan putih yang disebut
Gamosa. Dan baru sadar ternyata banyak di antara penumpang pesawat yang saya tumpangi tadi adalah delegasi ASEAN.
Setelah disambut, kami menuju penginapan sekaligus tempat diadakannya konferensi, yaitu di Hotel Taj Vivanta untuk melakukan registrasi dan setelah itu kami makan siang sebelum memulai acara inti. Disinilah awal saya mencoba makanan
butter naan dan langsung suka.
Acara inti dibuka pukul 14:45 oleh Maj Gen Dhruv C. Katoch, selaku director India Foundation. Dilanjutkan dengan Inaugural Session yang diisi oleh para petinggi Negara India, Sarbananda Sonowal (selaku Chief Minister, Assam), Vijay Thakur Singh (Sekretaris (Timur), Menteri Luar Negeri), K J Alphons (Menteri Pariwisata), dan Kung Phoak (Wakil Sekretaris Jenderal, Komunitas Sosial Budaya ASEAN). Diselangi dengan sesi
Tea Break dan istirahat. Kami kembali ke ruang diskusi lagi pukul 17:00-18:30 untuk Panel Discussion 1, "Physical Connectivity" dengan diisi oleh Chandra Mohan Patowary (Menteri Transportasi, Urusan Parlemen dan Industri & Perdagangan), Nongthongbam Biren Singh (Chief Minister, Manipur), Pham Sanh Chau (Vietnam Ambassador to
india), Sachin Chatuvedi (Direktur Jenderal, Penelitian & Sistem Informasi untuk Negara Berkembang), dan Motivational Lecture yang saya tidak duga-duga sesi ini diisi juga oleh Pullela Gopichand, yang mana beliau adalah pelatih tunggal putri bulutangkis top dunia, Saina Nehwal dan PV Shindu.
Bersama menlu India, Vijay Thakurdokpri
Setelah mengikuti diskusi, kami semua makan malam dan kembali ke kamar masing-masing. Ketika sampai di kamar, saya cukup kaget karena ada parsel di dalam kamar di mana setiap delegasi mendapatkannya. Parsel tersebut berisi makanan ringan dan minuman India.
Keesokan harinya terjadwal adanya presentasi tiap Negara. Tidak peduli negara mana pun yang sedang presentasi, Jamson, delegasi Indonesia pasti meneriakan "Malaysia Boleh!".
Brunei Darussalam yang dibawakan oleh Nurul Hadina Haji Alias dan Muhammad Hazim
Kamboja oleh Chhor Siekhouy
Indonesia oleh Putri Jasmin, Sarah Desideria, dan Bang Fauzan
Laos oleh Vannaseng Ounalom
Malaysia oleh Mohammad Firdaus Johar dan Sareeka Balakrishnan.
Setelah sesi presentasi per negara, kami menjalani sesi diskusi dengan tema yang berbeda lagi, yaitu "Economic Connectivity" dengan narasumber-narasumber yang bagus pula, seperti Ranjit Barthakur (Founder and Chairman, Globally Managed Services), Himanta Biswa Sarma (Menteri Keuangan, Kesehatan & Kesejahteraan Keluarga, PWD, Transformasi & Pengembangan, Pemerintah Assam dan Anggota, Dewan Gubernur), Chutitorn Gongsakdi (Duta Besar Thailand untuk India), Yash Gandhi (Senior Investment Specialist, Invest India). Lalu terdapat Parallel Group Discussion I yang dibagi menjadi tiga grup terpisah di mana semua grup akan menerima materi mengenai Governance and Polity, Cultural and Historical Linkages, dan Entrepreneurship and Skill Development. Kemudian kembali pada Panel Discussion, "Youth & Socio-Cultural Connectivity" yang diisi oleh Fientje Maritje Suebu (Deputy Chief of the Mission of India to Indonesia), Bhaichung Bhutia (Pesepakbola & kapten Tim Nasional Nasional India), dan Temjen Imna Along (Menteri Pendidikan Tinggi & Pendidikan Teknis, Pemerintah Nagaland). Kemudian sesi High Tea dan presentasi Negara lagi. Dan masih, Bang Jamson meneriakan "Malaysia Boleh!".
Myanmar oleh May Thu Khine
Filipina oleh Nina Arquiza
Singapur oleh Cho Ming Xu dan Maanasa Sri Ganesh
Thailand oleh Ksamporn Nakdontri, Piyanat Soikham, dan Surat Phinhongthong
Vietnam oleh Le Phuong Hien dan Nguyen Minh Anh.
Setelah berdiskusi dari pagi, tiba waktunya kami dalam sesi
North East Cultural & Cuisine Festival. Di mana semua delegasi mengenakan pakaian tradisional negara masing-masing. Kami juga disuguhkan tarian daerah Assam, yaitu tarian
Juju-Jaja Jamin Ja, Lai Haraoba, Nongkrem, Cheraw, Vami Shari, Chandi (Rai), Hojagiri,dan
Bihu.
Nadirah Ali (saya), Kasamporn Nakdontri, Nguyen Minh Anh, Kak Nikki, Lim Houng, Mbak Elly. dan Maya
Pada sesi makan malam, salah satu delegasi kami, Jamson membuat jargon "Malaysia boleh! Singapur Maju! Indonesia Bisa! Thailand sawadikap! Vietnam Tết Happy New Year! India Incredible! How's the joy? Haise!.." Pada sesi ini, semua delegasi mulai membaur. Tidak seperti hari pertama, yang masih mengelompok per negara.
Di hari ketiga, masih dengan Parallel Group Discussion yang dimoderatori dan diisi oleh Aniket Kale (Sekretaris Jenderal, Organisasi Mahasiswa & Pemuda Dunia), Archana Chitnis (Mantan Menteri, Pemerintah Madhya Pradesh), Dato Hidayat Abdul Hamid (Komisaris Tinggi Malaysia untuk India), Apurv Kumar Mishra (Peneliti Senior, India Foundation), Sunaina Singh (Wakil Rektor, Universitas Nalanda), Priyang Pandey (Penasihat Politik untuk Kepala Menteri Nagaland), Shaurya Doval (Direktur Pelaksana, Zeus dan Anggota, Dewan Gubernur, India Foundation), dan Chuntitorn Gongsakdi (Duta Besar Thailand untuk India). Kini giliran tuan rumah berpresentasi yang dibawakan oleh Soumya Aggarwal. Dan selanjutnya sesi Conversation on "North-East as India's Gateway to ASEAN" oleh Ram madhav (Sekretaris Jenderal Nasional, Partai Bharatiya Janata dan Anggota, Dewan Gubernur, India Foundation), Biplap Kumar Deb (Chief Minister, Tripura), Conrad Sangma (Chief Minister, Meghalaya), dan Pema Khandu (Chief Minister, Arunachal Pradesh). Siang harinya terdapat pidato perpisahan dan pengumuman penerima penghargaan pada masing-masing negara. Dari Brunei Darussalam diraih oleh Nurul Hadina, Kamboja oleh Chhor Siekhouy, Indonesia oleh Ni Nyoman Ayu Nikki, Laos oleh Sayavong, Malaysia oleh Tharishini Krishnan, Myanmar oleh May Thu Khine, Filipina oleh Nydia Delfin, Thailand oleh Piyanat Soikham, Vietnam oleh Minh Anh, India oleh Somya Aggarwal dan Jigar Inamdar. Setelah itu kami mengikuti presentasi dari Menteri pariwisata India dan lalu kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat sebentar karena pukul 18.00 akan ada acara makan malam di kapal pesiar di Sungai Brahmaputra.
capture-20190210-205712-5c684f15c112fe49823edde6.png
Esoknya tidak ada kegiatan diskusi. Hari itu kami full rekreasi ke Pobitora Wildlife Sanctuary seluas 38,80 km persegi. Kami melihat aneka satwa menggunakan mobil off road, makan siang di sana, dan menyaksikan tarian tradisional
bihu.
Sekitar empat jam di sana, kami kembali ke hotel lagi dan malamnya kami berbelanja oleh-oleh di pasar. Saya membeli gelang, bindi, pashmina, teh Assam, dan oleh-oleh wajib,
saree.
Sepulangnya dari pasar, kami semua delegasi melakukan 'pesta perpisahan'. Saya dan teman sekamar saya, Salsa sepakat mengenakan
saree yang baru kami beli. Kami kira tidak sulit cara pakainya, tapi ternyata kami kesulitan dan tidak jadi memakainya. Ketika keluar kamar, kami bertemu Sarah yang kamarnya tidak jauh dari kamar kami. Kemudian dia menyuruh kami tetap mengenakan saree. Karena kami semua tidak bisa memakainya akhirnya Sarah memanggil Yoga 'Kak Ros' yang pasti tau cara memakainya karena dia merupakan India-Malaysia. Kami sempat menyerah, tapi dia bilang "This is our last life lah.."
Putri Jasmine, Nadirah Ali, Putri Salsa, dan Sarah Desideria
Saya kembali ke kamar dan mulai membereskan barang-barang sampai pukul 03.00. Dan pada 6 Februari 2019 pukul 14.50 kami berangkat ke bandara untuk pulang Jakarta dengan rute Guwahati - Delhi, Delhi - Singapur, dan Singapur - Jakarta.
Bersama seluruh delegasi Negara India dan ASEAN tentu sangat membekas buat saya. Memang hanya lima hari, namun pengalaman ini terasa sangat berharga. Untuk seluruh delegasi Indonesia, yang menurut Salsa, Kak Nikki itu super berprestasi, Jasmine yang sering minder padahal pintar, Bang Novin si fotografer andalan kami. Ada juga Bang Fauzan yang paling perhatian, Mbak Elly yang begitu mencintai India, Sarah yang ramah dan selalu mencairkan suasana, Maya si dewa eyeliner yang selalu mentolerir kerempongan Salsa, Bang Jamson yang ramai di semua situasi, mungkin tanpa Bang Jamson suasana konferensi tidak secair kemarin, dan Salsa yang entah kenapa kami memiliki banyak persamaan. Ulang tahun kami hanya berjarak dua hari, warna pakaian kami selalu sama padahal tidak direncanakan, bahkan di booklet pun kami sama-sama mengenakan baju biru dan kerudung kuning, kami berada di grup diskusi yang sama, kami memiliki kardigan yang sama.
Dan untuk delegasi negara-negara ASEAN, kalian adalah negara-negara tetangga yang menyenangkan. Untuk India foundation, kalian adalah orang-orang hebat di balik acara ini. Penyelenggara acara sangat baik dan ramah kepada kami. Mereka memperlakukan kami dengan baik. Itu lah mengapa saya katakan ini adalah salah satu konferensi terbaik di dunia.
Selama di sana saya mendapati banyak persamaan India dan negara saya, di antaranya warung yang berjejer di jalan-dengan etalase di dalamnya lengkap dengan makanan ringan yang digantung, tuktuk yang kalau di Indonesia kita sebut bajaj (berdasarkan sejarahnya bajaj berasal dan kali pertama diekspor oleh PT Bajaj Auto ke Indonesia terutama ke Jakarta sejak tahun 70an). Pedagang kaki lima yang cara berdagangnya juga mirip, menjual minuman dingin beraneka rasa dengan gelas plastik, dan suhu Kota Guwahati yang mirip dengan Puncak, dinginnya mencapai 12C dengan kondisi alamnya yang mirip dengan banyak daerah di Indonesia.
Banyak sekali hal-hal yang jauh dari ekspektasi saya ketika sampai di kota ini. Saya tidak pernah menyangka kalau kami akan mendapatkan pelayanan seistimewa ini. Kami disambut di bandara dan sampai di hotel pun disambut lagi. kami diberi oleh-oleh sejak hari pertama, ada kain, patung badak, parsel, medali, goodie bag, tas ransel, kaos ofisial, dan peralatan tulis. Makanannya yang enak dn entah kenapa saya bisa cocok dengan makanan India terutama butter naan. Moderator dan pembicara acara yang bagus. Mulai dari pejabat pemerintahan sampai tokoh olahraga dengan materinya yang menarik. Saya yang tadinya tidak begitu antuasias malah jadi sangat antusias dengan konferensi ini. Saya tidak pernah berekspektasi tinggi sebelumnya akan bertemu dengan orang-orang hebat di sana mulai dari penyelenggara, pengisi acara, dan tentunya para delegasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Worklife Selengkapnya