Selama di sana saya mendapati banyak persamaan India dan negara saya, di antaranya warung yang berjejer di jalan-dengan etalase di dalamnya lengkap dengan makanan ringan yang digantung, tuktuk yang kalau di Indonesia kita sebut bajaj (berdasarkan sejarahnya bajaj berasal dan kali pertama diekspor oleh PT Bajaj Auto ke Indonesia terutama ke Jakarta sejak tahun 70an). Pedagang kaki lima yang cara berdagangnya juga mirip, menjual minuman dingin beraneka rasa dengan gelas plastik, dan suhu Kota Guwahati yang mirip dengan Puncak, dinginnya mencapai 12C dengan kondisi alamnya yang mirip dengan banyak daerah di Indonesia.
Banyak sekali hal-hal yang jauh dari ekspektasi saya ketika sampai di kota ini. Saya tidak pernah menyangka kalau kami akan mendapatkan pelayanan seistimewa ini. Kami disambut di bandara dan sampai di hotel pun disambut lagi. kami diberi oleh-oleh sejak hari pertama, ada kain, patung badak, parsel, medali, goodie bag, tas ransel, kaos ofisial, dan peralatan tulis. Makanannya yang enak dn entah kenapa saya bisa cocok dengan makanan India terutama butter naan. Moderator dan pembicara acara yang bagus. Mulai dari pejabat pemerintahan sampai tokoh olahraga dengan materinya yang menarik. Saya yang tadinya tidak begitu antuasias malah jadi sangat antusias dengan konferensi ini. Saya tidak pernah berekspektasi tinggi sebelumnya akan bertemu dengan orang-orang hebat di sana mulai dari penyelenggara, pengisi acara, dan tentunya para delegasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H