Kadang dengan aturan batasan pertanyaan ini wartawan jadi mengeluh pada kami. Namun kadang pula atletnya yang mau diwawancara lebih dari lima pertanyaan, seperti contohnya Chou Tien Chen, saya sudah membisikan untuk menyudahi wawancara, tapi ia sendiri yang bilang tetap mau melanjutkan wawancara. Namun yang paling tidak enak buat saya adalah ketika Kento Momota bolak-balik mixed zone, tapi sebagai sukarelawan saya dilarang untuk berfoto dengan atlet. Saya dan sukarelawan lainnya tetap harus professional bekerja. Â Di sini juga saya juga 'dapat' raket gratis dari atlet Jepang. Selama bertugas di mixed zone saya jadi bisa berteman dengan teman-teman broadcasting IGBS, ada Jia, Teara, Liana, Monica, dan Devina.
Di sini juga, di Istora Senayan, saya bersama delapan belas teman saya lainnya yang dari pagi hingga larut malam selama sepuluh hari bekerja sama. Merasakan lelah yang sama. Namun semua itu terbayar dengan kesuksesan penyelenggaraan Asian Games cabor bulutangkis. Memang kami lelah, namun yang perlu diingat rasa lelah itu hanya sementara, tapi kenanagannya, ingatanya, memori ketika kami bertugas yang pasti akan dikenang seumur hidup. Selamanya. Nanti di masa yang akan datang, saya akan bangga membagi cerita ini pada anak dan cucu. Cerita mengenai saya yang pernah terlibat dalam perhelatan sebesar ini. Terbesar di Asia. Ada saya ada di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H