Asian Games buat saya sangat tidak asing. Kali pertama saya dibuat jatuh cinta adalah ketika menonton Thomas and Uber Cup yang saat itu ditayangkan di Trans 7 dan Trans TV. Sejak masih duduk di bangku SD saya sudah mulai menonton Asian Games. Ketika SMP saya sudah sering menonton pertandingan olahraga. Itu adalah kali pertama saya menonton Indonesia Open Super Series pada tahun 2010. GBK seakan menjadi rumah yang lain buat saya. Maka tak heran, momen Asian Games sangat saya tunggu-tunggu. Saya sudah menunggu momen ini bukan sebulan yang lalu, tiga bulan atau setahun yang lalu, melainkan sejak 2014.
Perekrutan sukarelawan Invitation Tournament Asian Games dibuka. Tentu saya sangat antusias dan langsung menyiapkan semua yang diperlukan untuk pendaftaran. Proses seleksi saya lewati satu per satu. Mulai dari seleksi dokumen, psikotes, Focus Group Discussion (FGD). Sampai saat dinyatakan lolos dan menjalani masa pelatihan. Saya masuk di department Akreditasi bersama teman-teman GBK lainnya, Wira, Denny, Akmal, Tedo, ka Irvan, Farah, Maria, ka Cahya, Aliya, Nia, ka Robert, Alvin, Fachri, ka Ummi, Egi, dan Vego.
Saya ditempat tugaskan pada cabor bola basket bersama tiga teman lainnya yaitu, Aliya, Denny, dan Nia. Saya dan Aliya di akreditasi VIP, Nia di akreditasi media, dan Denny di akreditasi atlet. Kami berempat selalu datang sebelum atlet sampai di venue dan pulang paling akhir. Betugas di akreditasi VIP membuat saya sering berdebat dengan orang-orang yang merasa dirinya tamu VIP. Sering pula berseberangan dengan panitia pelaksana. Belum lagi kalau terjadi kesalahan teknis dengan mesin akreditasi.
Dari Invitation Tournament menuju Games Time Asian Games 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H