DEG! Lagi-lagi Nadia merasa ada hantaman keras di dadanya. Nadia hanya memandangi makanannya tanpa ada sepatah kata pun terucap. Sekarang ini, Nadia ingin sekali menangis. Nadia membatin dalam hatinya, Gue selalu nunggu itu Yo. Gueselalununggu lo nembak gue..
***
Nadia melamun di depan meja kerjanya dalam waktu yang cukup lama. Pekerjaannya terbengkalai. Nadia memiringkan kepalanya di atas kepalan tangan kirinya. Ia hanya menggoreskan tinta pulpennya asal di atas buku kerjanya sedari tadi. Pandangannya tetap kosong.
Ayah memasuki kamar Nadia tanpa getukan pintu seperti biasanya. Ayah melihat kondisi kamar Nadia yang masih sama seperti beberapa hari yang lalu, kecuali sepasang pakaian berwarna ungu yang terlipat rapi di atas kasurnya. Ayah menghampiri tempat pakaian itu. Namun Nadia sadar dan langsung berjalan menuju ranjang tidurnya.
"Papah mau apa?." tanya Nadia agak kesal.
Ayah menoleh pelan dan kembali melihat sepasang pakaian itu.
"Pah!." panggil Nadia dan ayah kini duduk di kasur Nadia.
Ayah menatap lurus ke depan. Nadia ikut duduk sambil terus memerhatikan sang ayah.
"Nad.. papah bener-bener nggak tahu dimana Nabilah."
Nadia menggeleng pelan dan mengernyitkan dahinya. "Gimana mungkin? Papah nggak tahu ya, kalo aku kangen banget sama Nabilah? Kalo aku sayang banget sama Nabilah?."
"Papah beneran nggak tahu Nad. Waktu itu, papah cuma mau ngadopsi kamu dan Nabilah diadopsi orang lain. Cuma itu."