Mohon tunggu...
Ira Rosi
Ira Rosi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mauludan atau Mau Pamer?

6 Desember 2017   11:04 Diperbarui: 6 Desember 2017   14:36 1563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maulud nabi adalah hari atau bulan dimana nabi Muhammad saw. di lahirkan, sebagian orang muslim pemperingati hari tersebut dengan acara maulud nabian dirumah, dengan mengundang para tetangga disekitar rumah untuk bersholawat berjamaah, berdzikir bersama dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. intinya, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad yang dilakukan oleh para umat muslim, dengan biasanya diakhiri dengan makan bersama dan membawa bingkisan ke rumah masing-masing.

Hal ini tentu sangatlah positif, mengingat segala sesuatu yang dilakukan sangat baik, bisa merekatkan tali silaturahmi dengan tetangga dan lingkungan sekitar, berbagi dengan mereka dan ikut sama-sama bergembira merayakannya. menunjukkan betapa kami begitu rindu dan mencintai kekasih Allah yang mulia, namun akhir-akhir ini kerap kali maulud nabi malah melenceng dari tujuan awal, mengapa bisa saya sebut demikian?

Sebut saja, keluarga si A merayakannya dengan mewah, karena ingin disebut baik, kaya dan sebagainya, si A melakukan maulid nabi memang untuk merayakan hari bahagia lahirnya Nabi SAw, namun tujuan awalnya bukanlah demikian, dia hanya ingin agar semua orang tau bahwa dia mampu, terkadang ada juga yang melaksanakan maulud nabi besar-besaran karna tak mau kalah dengan yang disebelah. mauludan kali ini menjadi ajang pamer kepada lingkungan, ajang untuk menunjukkan seberapa mampu dan hebat kita, ajang tak mau kalah, ajang ingin dipuji, ajang iri-irian. maaf, bukannya ingin menyindir, namun realita dilingkungan sekitar malah begitu.

Lebih-lebih, saya sempat pernah bertemu orang yang tidak mampu ntuk merayakannya secara besar-besaran malah memaksakan untuk tetap melakukanny dengan luntang lantung mencari hutangan kemana-mana, lantas ternyata alasan utama dia tetap bersikukuh merayakannya karena malu jika tak sama dengan yang lainnya. kegiatan mauludan malah melenceng jauh dari asalnya.

Untuk itu, mari kita kembali meluruskan niat dan tujuan awal kita untuk merayakan hari kelahiran rosul tercinta. lakukan semampu kita. yang penting ikhlas dan tidak riya', jadi mulai dari sekarang, mulai kembali kitaa pikir, Mauludan atau Mau Pamer?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun