Dan trekking pun dilanjutkan kembali, perjalanan pun semakin sulit, kalau pembaca tau lagu Ninja Hatori (mendaki gunung, lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra, bersama teman bertualang), begitulah yang saya rasakan saat itu.Â
Di tengah - tengah perjalanan kami, kami bertemu dengan banyak kera, kera hitam ekor panjang (Thomas) dan Babi Hutan. Beberapa kali didalam hutan kami berpapasan dengan kelompok guide lainnya dan saling memberi semangat. Disaat itu kami hampir patah semangat karna setelah perjalanan yang panjang, kami tidak bertemu juga dengan orang utan.Â
Ketika itu kaki saya semakin keram dan harus diistirahatkan, thanks a lot to Tysos and friends as our guide, yang sangat helpful, selalu menunggu dan membantu kami khususnya saya. Setelah beberapa jam kamipun melakukan break time, Tyson and friends memotong buah - buah yang mereka bawa dalam backpack mereka, sepertinya mereka sudah terbiasa dengan tugas ini.Â
Hal ini dapat saya lihat dari cara mereka memotong buah, sangat rapi dan cantik. Setelah duduk dan menikmati buah-buah tersebut, kamipun pergi melanjutkan perjalanan kami menyusuri hutan, disinilah kekuatan kaki saya diuji karena jalan yang dilalui adalah pebukitan, saya pun harus berhenti berkali-kali. Tetapi setelah melewati face kaki keram berkali - kali, saya dan teman saya pun berhasil sampai dipuncak, di mana sudah sangat banyak orang berkumpul disana dan menikmati makan siangnya.Â
Kami pun bergabung dengan anggota tim kami lainnya. Ketika kami akan memulai makan siang, salah seorang guide berteriak supaya menyimpan makanan yang ada, karna seekor orangutan sudah datang mendekat menuju tempat kami berkumpul. Finally, kami pun bertemu dengan orang utan tersebut beserta seekor baby orang utan tsb.Â
Sungguh agung dan sungguh sempurna ciptaan Tuhan. Semua orang berdecak kagum melihat orang utan tsb dan bersiap-siap mengabadikan kejadian tersebut dengan kamera masing-masing. Jika dilihat dari seluruh orang yang ada saat itu didalam hutan, hanya saya dan teman sayalah yang merupakan local visitor, selebihnya adalah foreigner.Â
Mereka sangat mengagumi dan menghargai sumber daya alam yang kita miliki, saya rasanya miris melihat senyum mereka saat itu, miris karena kemungkinan masih banyak orang - orang Sumatera Utara (hanya dengan jarak 3 jam dari Medan) yang belum pernah melihat Orang utan seumur hidupnya, sedangkan mereka para foreigner jauh-jauh datang ke Bukit Lawang hanya untuk melihat Orang Utan tersebut.Â
Setelah puas melihat orang utan, kami pun kembali ke penginapan melalui sungai dengan rafting, saran dari saya , selalu ingatkan kepada Guide untuk membawa Life Jacket ketika melakukan rafting. Sampai disini dulu cerita saya, jika ada editing atau hal yang terlupakan tentang cerita ini, akan saya tambahkan dikemudian hari. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H