Nanti saya akan tampilkan beberapa foto direstaurant Ecolodge ini. Harga dari kamar Ecolodge ini sekitar Rp.400k-Rp.500k, ketika itu saya reserve kamar melalui Traveloka dengan harga yang lebih miring lagi.Â
Fasilitas kamar yang disediakan adalah baik dan pasti tidak seperti hotel - hotel diperkotaan, karena Ecolodge ini sepertinya mengusung penggunaan Bambu untuk semua furniture yang ada, mulai dari tempat tidur, kursi, meja rias, dll.Â
Ada kenyataan yang saya temukan disini yaitu bahwa mostly the waitress are less friendly to local people although not all of them did the same thing. And someday, if I want to visit this place anymore, I will try to find another guesthouse that can be friendly for me as a local visitor. Maaf karena saya sudah menuliskan tentang hal ini di beberapa media travelling, seperti Google Local Guide, Tripadvisor dan Traveloka. Â Â Â
Point ketiga yang akan saya jelaskan adalah Makanan. Kemanapun kita pergi, pasti makanan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena waktu perjalanan kami yang sangat singkat, ketika itu kami tiba di penginapan pukul 19.00, langsung check in, mandi dan having dinner in restaurant.Â
Makanan yang ditawarkan di restaurant Ecolodge ini cukup bervariasi dan didominasi oleh Western Food. Kalau soal harga saya pikir cukup wajar dibandrol dengan harga mall karena kemungkinan mereka memakai ingredients dengan kualitas terbaik.Â
Sepertinya ini adalah restaurant terbaik disekitar Bukit Lawang sehingga sepanjang mata memandang seluruh meja di isi oleh foreigner, dimalam itu hanya meja saya saja  yang ditempati oleh local people. Contoh makanan yang disediakan adalah Vegetable with peanut sauce( in bahasa: Gado-gado) dibandrol dengan harga Rp.35.000 dan Lemon tea Rp. 25.000. Menurut saya masih harga yang wajar.Â
Dan keesokan harinya kami mendapat free breakfast direstaurant karena sudah satu paketan dengan penginapan, menu sarapan sangat baik menurut saya. Dari seluruh menu saya jatuhkan pilihan saya ke American breakfast dan menurut saya sangat baik. Yang paling membuat saya senang adalah bagaimana cara mereka mempresentasekan makanan yang disajikan.Â
Hal terakhir yang akan saya jelaskan adalah Trekking. Ini adalah hal yang paling saya tunggu-tunggu. Karena tujuan utamanya adalah trekking. Ketika kami makan malam saya mengundang seorang teman saya (dulunya adalah mahasiswa saya) untuk menanyakan tentang trekking disana. Saran untuk teman - teman yang pertama sekali trekking, pilihlah guide yang benar memiliki ijin resmi dan sangat tidak disarankan untuk melakukan trekking dengan guide amatiran.Â
Ketika itu saya memakai jasa Bukit Lawang Travel (bisa di cek di Tripadvisor), saya memilih trekking selama 6 jam dengan biaya RP.250k. Keesokan harinya kami berjanji bertemu dengan para guide direstaurant ecolodge pada pukul 09.00, seluruh visitor ada 7 orang termasuk saya, 5 adalah foreigner dan 2 orang adalah local visitor. Sebelum berangkat kami briefing dulu, pakai lotion nyamuk, dan saling berkenalan satu sama lain.Â
Perjalananpun dimulai, ketika di awal perjalanan, guide yang bernama Tyson berhenti pada setiap pohon, rasanya geli juga mendengar penjelasan Tyson, tentang Pohon Karet, Pohon Kelapa dll.Â
Mungkin karna kami adalah orang lokal dan sudah terbiasa melihat pohon - pohon tersebut. Terkadang saya juga ikut menjelaskan tentang beberapa hal tentang pohon - pohon tersebut. Salah seorang foreigner mengajak saya berbicara, dia berkata sangat banyak tanaman-tanaman di hutan tersebut, foreigner ini bernama Cathrine, dia berkata bahwa di negaranya yaitu Holland, mereka hanya memiliki 10 jenis pohon, dan ketika dia bertanya ke saya, berapa banyak jenis pohon yang ada Indonesia, saya bingung mau jawab apa, saya hanya jawab dengan "I'm not sure, maybe thousands".Â