Mohon tunggu...
Iratas Manik
Iratas Manik Mohon Tunggu... Guru - Master Trainer Asah Digital, Guru Penggerak Angkatan 7, Instruktur DOLMEN Prov. Jateng

"Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan napas hidupnya". - Stephen King

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif

12 Februari 2023   20:37 Diperbarui: 27 September 2024   22:56 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ira.dok                 Pengalaman saya dalam menggunakan konsep-konsep budaya positif tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah.Yang saya pahami tentang disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Setiap tindakan atau perilaku yang kita lakukan di dalam kelas dapat menentukan terciptanya sebuah lingkungan positif. Perilaku warga kelas tersebut menjadi sebuah kebiasaan, yang akhirnya membentuk sebuah budaya positif. Untuk terbentuknya budaya positif pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama di antara para warga kelas.

                Hal ini berkaitan dengan modul 1.2 dan modul 1.3 yang membahas tentang nilai-nilai kebajikan dan visi sebuah sekolah yang perlu ada untuk menentukan arah tujuan dari sebuah institusi/sekolah. Penyatuan pemikiran untuk mendapatkan nilai-nilai kebajikan serta visi sekolah tersebut kemudian diturunkan di kelas-kelas menjadi keyakinan kelas yang disepakati bersama. 

                Disiplin positif adalah proses pembelajaran. Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri. Disiplin berbeda sama sekali dengan hukuman meskipun disiplin sering diterapkan dengan menggunakan teknik hukuman. Posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Posisi control guru dimana guru memposisikan diri untuk mengontrol murid didalam penerapan budaya positif. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. 

             Ada lima Kebutuhan mendasar manusia sebagaimana yang di kemukakan oleh Abraham Maslow, Kebutuhan Aktualisasi diri, Kebutuhan harga diri, Kebutuhan akan rasa cinta serta kebutuhan akan rasa. Segitiga restitusi adalah ebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi. Hal-hal yang menarik menurut saya dan diluar dugaan adalah untuk membentuk budaya positif dengan disiplin positif tidak boleh menggunakan hukuman yang merugikan. Justru dengan memberikan control yang baik, murid akan lebih memahami apa kesalahan yang telah dia lakukan dan berusaha untuk memperbaikinya.

         Pengalaman saya dalam menggunakan konsep-konsep inti tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah membudayakan budayo positif datang di sekolah tepat waktu. saya sebagai guru memberi tauladan ke siswa di man saya datang tepat waktu, saya juga bekerja sama dengan orang tua mengeai hal ini sehingga orang tua juga bisa mengingatkan ke anak tentang hal tersebut.

          Pernah ada satu kasus anak beberapa kali terlambat, teryata karena anak tersebut kalau ke sekolah di antar orang tuanya, dan di rumah ada neneknya yang sedang sakit. saat mau berangkat neneknya memerlukan sesuatu sehingga orangtuanya mengantarnya terlambat. alhamdulillah akhirna semua lancar kembali, setelah saya komunikasikan hal tersebut dengan orang tuanya, sehingga orangtuanya tersebut menyiapakan lebih dini semua keperluaan neneknya. Posisi saya sebagi menejer bagaimana orangtua siswa bisa menyadari dan mencari solusi sendiri.

         Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah saya setelah mempelajari modul bahwa anak akan lebih nyaman, cepat dan senang dengan posisi guru manager atau teman. Dimana anak akan menerapkan budaya positif berdasarkan keinginan mereka dan keyakinan kelas bukan dari paksaan guru.

          Dampak/perbedaan di lingkungan saya setelah saya mempelajari modul ini adalah saya akan menerapkan budaya positif yang berpihak pada anak, dimana anak akan disiplin karena kesadaran akan keyakinan yang ada untuk berbuat lebih baik lagi tanpa adanya paksaan dari orang lain.

           Selain konsep-konsep tersebut, hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah semua yang dilakukan adalah lebih berpihak pada anak, dimana anak akan lebih cepat mengerti apa yang harus mereka lakukan dalam disiplin positif.

          Langkah-langkah awal yang saya lakukan jika kembali ke sekolah/kelas saya setelah mengikuti sesi ini saya akan menjadi guru yang dalam menciptakan budaya positif lebih berpihak pada Murid dengan melakukan pendekan-pendekatan yang baik, tidak lagi menggunakan hukuman yang negative. menumbuhkan keyakinan kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun