Mohon tunggu...
Ira Khairunnisa
Ira Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Tanjungpura Pontianak

Hobi Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KISAH KESENJANGAN SOSIAL : ANTARA PERUMAHAN ELITE DAN REALITAS KEHIDUPAN SEDERHANA DI PONTIANAK SELATAN

8 April 2024   16:00 Diperbarui: 13 April 2024   23:57 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis, 22 Februari 2024, Saya dan Tim berkumpul di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untan untuk mengunjungi rumah responden yang akan kami wawancarai dan lokasinya tidak jauh dari rumah tim kami yang berada di Kelurahan Benua Melayu Darat, Pontianak Selatan, Provinsi Kalimantan Barat. 

Ketika kami menuju rumah responden pada jalan yang sama hampir sepanjang jalan tersebut adalah perumahan elite tidak ada satu pun rumah yang sepetak saja namun hanya ada perumahan besar dengan halaman luas dan pagar yang sangat tinggi menutupi setengah kemegahan rumah tersebut. Ketika kami hampir sampai di rumah responden tampak sekali kesenjangan sosial yang jauh berbeda dari perumahan elite yang kami lewati, ternyata masih banyak sekali perumahan yang terbilang cukup sederhana dan sebagian dari mereka tidak memiliki WC pribadi melainkan menggunakan WC umum yang di bangun oleh pemerintah pada tahun 2023, dan sebagian lagi masyarakat disana memiliki wc pribadi namun tidak menggunakan septic tank.


Setibanya kami di rumah responden tersebut di sambut dengan hangat di karena kan sebelum kami berkunjung sudah menelpon responden yang akan kami wawancarai. Kami mewawancarai Ibu Abo wanita kelahiran 1981, adalah seorang Ibu rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir Bu Abo adalah Sekolah Menengah Akhir/SMA. Yang bekerja hanya Suami Ibu Abo dengan penghasilan hanya 2.5 JT/bln dan itu tidak menentu. Namun Suami Bu Abo harus menanggung sebanyak 3 tanggungan yaitu Ibu Abo, dan kedua anaknya yang masih bersekolah. Bu Abo menghabiskan 1.8 JT/bln hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dengan porsi makan 2-3x sehari. Lalu penghasilan selebihnya hanya cukup untuk kebutuhan lainya seperti membayar Listrik, Gas, dan Air PDAM.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Rumah yang di tempati Bu Abo dan keluarganya memiliki Luas Rumah 15 x 15 Meter dengan Luas Tanah sama. Rumah Ibu Abo ternyata bukan rumah milik pribadi, melainkan milik Paman Bu Abo yang sudah tidak di tempati lagi, maka dari itu Bu Abo di beri kepercayaan untuk menjaga, merawat sekaligus tinggal di rumah tersebut. Namun rumah tersebut sewaktu-waktu bisa saja di ambil kembali oleh paman Bu Abo. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dengan keadaan rumah yang masih di bilang layak dengan dinding semen, atap seng dan lantai setengah keramik dengan semen, yang memiliki 4 ruangan saja yaitu 2 kamar, dapur, dan ruang televisi yang bersatu dengan ruang tamu, rumah yang di tinggali Bu Abo memiliki WC pribadi namun tidak ada septic tank. Bu Abo menggunakan lampu listrik dengan daya  900 Watt untuk penerangan ketika malam hari dan keperluan elektronik lainnya. Bu Abo menggunakan air galon untuk keperluan minum dan masak, Air PDAM untuk Mandi dan mencuci. Aset yang dimiliki Ibu Abo hanya 1 buah motor tahun pembelian 2015, lalu Televisi ukuran 21 dan 2 buah Handphone. Dan Bu Abo tidak memiliki aset tanah, kebun maupun sawah. 

Tempat pengobatan Bu Abo dan keluarga ketika sakit lebih memilih untuk pergi ke Puskesmas terdekat yang tidak jauh dari kediaman Bu Abo. Ketika kami bertanya terkait bantuan sosial kepada responden, Bu Abo pernah mendapat bantuan berupa sembako dari pemerintah pada tahun 2023, Bu Abo menerima bantuan sosial dari pemerintah berupa sembako Beras 5 Kg, Minyak Makan 1 L, dan Gula 1 Kg. 

Bu Abo juga bercerita sebelumnya hampir  mendapat bantuan sosial PKH yang di urus oleh Pak RT namun sayangnya ketika pengurusan bantuan sosial PKH tersebut Bu Abo sedang tidak ada di rumah. Sedangkan ketika Bu Abo ingin mengurus kembali bantuan sosial PKH tersebut, Bu Abo tidak bisa mendapatkan bantuan PKH di karena kan Kuota penerima Bu Abo sudah di kembalikan ke pusat.

Kondisi Bu Abo dan keluarga merupakan sedikit gambaran nyata terhadap kesenjangan sosial yang masih terjadi di masyarakat dan kota-kota besar. Di satu sisi, terdapat perumahan elite dengan kemegahan, dan kekayaan. Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang hidup dalam keterbatasan dan kekurangan.

Pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dengan memberikan bantuan sosial yang tepat sasaran dan meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan. Terima kasih.

Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada  Kamis, 22 Februari 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun