Mohon tunggu...
Akhmad Rifqi Septiawan
Akhmad Rifqi Septiawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hobby singing and listening to the music, suka dengan segala sesuatu yang berbau art-health-nature. twitt @iQylicious29

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Waspadai Bullying yang Membudaya

23 Oktober 2012   13:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:29 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13509988231640234347

[caption id="attachment_219511" align="aligncenter" width="499" caption="bullying pada teman sebaya (source pribadi)"][/caption] Akhir-akhir ini banyak diberitakan di televisi kita tentang kasus bullying. Miris memang melihat generasi bangsa yang selalu penuh dengan kekerasan. kasus kekerasan di sekolah oleh senior terhadap junior di Indonesia makin banyak. Tentu kita masih ingat kasus yang terjadi beberapa tahun silam, kekerasan terhadap junior oleh senior di IPDN, yang mengakibatkan salah seorang praja meninggal dunia.atau kebrutalan yang dilakukan Genk Nero dari pati yang notabene adalah kumpulan remaja putri . dan bahkan yang baru- baru ini terjadi kasus kekerasan yang terjadi di SMA Seruni Don Bosco, Pondok Indah, Jakarta Selatan, bulanJuli lalu. Atau bahkan bullying yang marak terjadi di rumah tahanan tak hanya di Indonesia fenomena bullying juga banyak terjadi dinegara-negara lain, sebut saja Amerika Serikat dan Jepang. Seperti yang menimpa Yumi, gadis cilik Jepang berusia 12 tahun memutuskan mengakhiri hidupnya dengan melompat dari kondominium. karena merasa tertekan akibat perbuatan teman-teman sekelasnya, tekanan belajar,dan ujian.

Dari data National Mental Health and Education Center tahun 2004 di Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang umumnya terjadi dalam lingkungan sosial antara 15% adalah pelaku bullying dan 30% siswa adalah korban bullying.

Beberapa bentuk tindakan bullying antara lain,Bullying secara fisik: menarik rambut, meninju, memukul, mendorong, menusuk. Bullying secara emosional: menolak, meneror, mengisolasi / menjauhkan, menekan, memeras, memfitnah, menghina, dan adanya diskriminasi berdasarkan ras, ketidakmampuan, dan etnik. Bullying secara verbal: memberikan nama panggilan buruk, mengejek, dan menggosip. Bullying secara seksual: ekshibisionisme, berbuat cabul, dan adanya pelecehan seksual. Apapun bentuk bullying,baik langsung maupun tidak langsung pada dasarnya bullying adalah bentuk intimidasi fisik ataupun psikologis

pelaku bullying adalah seseorang yang secara langsung melakukan intimidasi baik fisik, verbal atau psikologis kepada orang lain dengan tujuan menunjukkan kekuatan atau kekuasaan pada orang lain.beberapa factor yang menyebabkan seseorang melakukan bullying,antara lain:

Faktor keluarga: Anak yang sering melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying akan menganggap perilaku bullying sebagai hal yang biasa dan bisa dilakukan terjadap teman sejawatnya. Faktor sekolah: Kurangnya pengawasan yang lebih terhadap siswa membuat banyak siswa senior merasa menguasai sekolah terhadap juniornya, mereka merasa memiliki daya dan kekuatan mengusai sekolah,hingga memunculkan bullying terhadap siswa junior. Faktor kelompok sebaya: hal yang biasa semisal mengejak sudah dianggap hal biasa di kalangan teman sebaya, Kadang kala beberapa anak melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

Siswa sebagai korban bullying sering menunjukkan beberapa gejala misalnya cemas, merasa selalu tidak aman, sangat berhati-hati, dan mereka menunjukkan harga diri yang rendah (low self-estem). Mereka memiliki interaksi sosial yang rendah dengan teman-temannya, kadangkala mereka termasuk anak yang diisolasi oleh teman sebayanya.

korban bullying sering mengalami ketakutan untuk pergi sekolah dan menjadi tidak percaya diri dan merasa tidak nyaman. Aksi bullying menyebabkan seseorang menjadi terisolasi dari kelompok sebayanya karena teman sebaya korban bullying tidak mau akhirnya mereka menjadi target bullying karena mereka berteman dengan korban.

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meyelamatkan perkembangan psikologis korban bullying. antara lain:Orang tua membiasakan memberikan feedback positif kepada anak, sehingga mereka terbiasa berkomunikasi dengan baik. tidak memberikan hukuman kekerasan fisik maupun psikologis ketika si anak melakukan kesalahn.orang tua juga harus berelasi dengan sekolah untuk berkonsultasi masalah bullying.Pihak sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang positif misal dengan adanya praktik pendisiplinan yang tidak menggunakan kekerasan. Selain itu juga, meningkatkan kesadaran pihak sekolah untuk tidak mengabaikan keberadaan bullying. "Dukungan dan komitmen dari semua pihak adalah langkah awal untuk dapat mengurangi tindakan bullying di sekolah dan menciptakan lingkungan sekolah yang positif dan sehat,". Untuk itu, seluruh pihak, baik orang tua dan guru perlu melakukan sesuatu karena bullying menimbulkan trauma dan sangat berpengaruh terhadap masa depan anak-anak mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun