Mohon tunggu...
Iqtara Rizky
Iqtara Rizky Mohon Tunggu... Lainnya - Apa adanya

Saling berbagi dan saling belajar bersama - sama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian dalam Kegelapan Malam

7 Januari 2023   09:54 Diperbarui: 7 Januari 2023   10:02 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah malam yang sunyi, kegelapan menyelimuti, datang merayap, menutupi semua tempat dengan tangan-tangan hitamnya yang dingin penuh dengan keheningan dan ketakutan. Semua terlelap dalam nyenyak tidur mereka, berbalut dengan hangatnya selimut dan empuknya bantal kasur mereka. Seakan tidak peduli dengan datangnya kegelapan yang menyelimuti mereka, terlelap dalam indahnya mimpi-mimpi yang tidak bisa mereka capai dalam kenyataan dunia ini.

Hembusan angin malam yang menerpa tubuh ini, menyebarkan hawa dinginnya yang membuat seluruh tubuh bergetar hebat. Aku kencangkan kembali sabuk diperutku ini, dengan harapan untuk menghentikan raungan hebat yang kurasakan dari dalam perut ini. Berjalan dan berjalan tanpa henti, menyusuri jalan-jalan kota, tak ada yang berbeda, semuanya sama. 

Sekumpulan orang-orang yang tanpa punya tempat bernaung, mengandalkan hangatnya api unggun dalam tong besi itu untuk bertahan dalam kerasnya kegelapan malam. Seorang pria tua dengan batuknya yang cukup keras dan memekakan telingan, berusaha untuk tidur diatas kursi kayu taman itu, hanya berbekal sebuah kain panjang sebagai selimut, berharap terhindar dari dinginnya kegelapan malam. Seorang ibu dan anak lelakinya yang masih kecil, berada dibawah dingin dan lembabnya jembatan, berusaha unutuk menenangkan sang anak, berharap agar sang anak bisa tidur terlelap dan melupakan rasa lapar hebat yang mereka rasakan.

Namun, kegelapan malam sudah merapatkan barisannya, menutupi seluruh dunia dengan kegelapan pekat dan dinginnya hingga tak ada tempat sekecil apapun itu tak terlewatkan olehnya. Di tengah kegelapan malam, kematian berjalan, melintasi seluruh penjuru tempat, matanya mulai menebar pandangan ke segala arah ketika senja mulai datang. Di tengah kegelapan malam, seorang ibu menenangkan anaknya, seorang pria tua berusaha menahan rasa sakitnya dengan tidurnya yang tidak nyaman, sekumpulan orang berkumpul didepan api unggun, menunggu nasib apa yang akan mereka terima. Ia melahap jiwa dan tubuh kami, minum darah dan air mata kami dan bahkan ia tidak pernah puas dan kenyang. Di tengah kegelapan malam, kami memanggil-manggil, merintih dan menangis, meminta pertolongan. 

Saat itu hantu kematian berdiri ditengah-tengah kami, sayapnya yang hitam melayang diatas kepala kami, dan tangan-tangannya yang sangat dingin melebihi dinginnya salju, menempelkannya ke pundak kami, merangkul kami, bahkan mendorong kami ke jurang yang sangat dalam.

Di tengah kegelapan malam, kematian melangkah maju dan menggiring kami untuk mengikutinya karena takut yang teramat dalam. Tidak ada seorang pun di antara kami yang dapat menghentikan barisan-barisan ini, ataupun sekedar mempunyai setitik harapan kapan siksaan ini akan berakhir. 

Di tengah kegelapan malam, kami saling memanggil, seseorang memanggil saudaranya, seorang ibu memanggil anaknya, seorang suami memanggil istrinya, dan seorang kekasih memanggil pasangannya. Dan ketika suara-suara kami berbaur sampai ke dalam relung surga, kematian menghentikan langkahnya, memandang wajah mereka yang ketakutan dengan tatapan dingin tanpa ekspresi, penuh dengan keputus asaan, memandang satu persatu dari mereka yang mengikutinya dari belakang, lalu, berjalan kembali merapatkan barisannya dan menggiring jiwa-jiwa mereka menuju tempat terakhir.

By Iqram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun