Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terus Bersatu Menuju Indonesia Emas

8 Juni 2024   21:31 Diperbarui: 8 Juni 2024   21:33 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda pernah ke luar negeri ?

Jika tidak pernah, mungkin perlu melihat beberapa media sosial beberapa orang yang tinggal di luarg negeri dan perasaan mereka terhadap tanah air. Air? Suka menangis jika mendengar lagu Indoensia . Bahkan beberapa orang warga Indonesia yang pernah memutuskan untuk ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS menyatakan bahwa mereka ingin pulang ke tanah air, meski semua harta sudah habis terjual saat mereka pergi ke Suriah atas bujukan ISIS.

Memang tak ada yang bisa menandingin hangatnya Indonesia. Negeri kepulauan yang berada di tengah khatulistiwa, dan punya dua musim saja. Musim hujan dan kemarau. Memungkinkan tumbuhan bisa tumbuh dengan baik.

Dan jika anda seorang yang pernah keluar negeri, mungkin Anda pernah menitikkan air mata saat menyanyikan Tanah Airku. Lagu itu memang begitu menyentuh dan membuat seseorang ingat akan keluarga dimana dia tumbuh bersama dan lingkungan tempat dia tumbuh. Teman-teman sekolah, kakek nenek yang menyanyangi mereka, juga tante dan pakde yang perhatian kepada mereka.

Mereka yang "pernah berjarak" dengan negara ini secara fisik, cenderung akan menghargai apa yang pernah membesarkannya. Termasuk negara dengan berbagai perbedaan yang mungkin tak dimiliki oleh negara lain.

Dalam lingkungan Indonesia sendiri, tidak mungkin kita tidak tergantung atau terkait dengan pihak lain yang mungkin berbeda. Mungkin itu tukang sayur, mungkin itu penjaga kantor, ataui bos kerja anda. Tidak mungkin juga kita menerapkan pola hidup eksklusif sehingga hanya orang-orang tertentu saja atau kalangan tertentu saja yang bisa berhubungan dengan Anda. Sehingga, hidup eksklusif fi Inonesia, jelas amat sulit keculia kita punya segala sarana dan prasarana.

Hanya saja amat disayangkan, selalu ada pihak-pihak yang menginginkan ekslusifitas di hidupnya; hidup dan tiumbuh dengan orang-orang seagama saja. Kita bisa melihatnya dengan berbagai kecenderungan saat ini. Intoleransi ayng semakin banyak di kalangan pendidikan, rumah dengan cluster yang satu agama dll.

Pancasila yang menjadi dasar negara seringkali diabaikan oleh beberapa pihak. Bahkan mereka selalu berkilah bahwa negara dengan falsafah agamalah yang akan bisa menjaga Indonesia.

Ingatlah perbedaan adalah takdir kita , warga Indonesia. Karena itu tetaplah berkarya terbaik, beribadah dengan baik sampai tercapai Indoensia Emas 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun