Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Korona dan Kepedulian Kita

27 April 2020   18:57 Diperbarui: 27 April 2020   19:01 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu setelah pandemic Covid-19 melanda Indonesia dan korban meninggal ditemukan di beberapa kota, banyak pihak tersentak. Terlebih kemudian  beberapa ketentuan diberlakukan oleh pemerintah seperti social distancing (menjaga jarak satu sama lain), lalu ada anjuran untuk bekerja dan belajar dari rumah. Yang terakhir, pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) satu cara yang diyakini bisa memutus rantai penularan untuk virus korona yang sangat menular.  PSBB adalah kebijakan yang sangat moderat dari pemerintah Indonesia untuk mengurangi resiko penularan dibanding lockdown yang kaku dank eras.

Meski dianggap moderat dan bijaksana, ketentuan itu memang menimbulkan beberapa konsekwensi terutama karena tidak semua masyarakat bekerja formal tapi informal. Banyak tukang soto, tukang ojek, pelaku pariwisata, para pengusaha kuliner, para pelaku usaha transportasi dan beberapa komponennya. Semua profesi itu redup karena banyak orang tak pergi ke kantor, sehingga tak butuh ojek atau tukang becak, orang tak boleh berpergian sehingga tak perlu pesawat dan orang dianjurkan keluar rumah sehingga orang tak bisa makan-makan restoran atau caf.

Pandemi ini selain memakan korban jiwa, juga memakan begitu banyak mata pencaharian orang. Orang tak bisa lagi mendapat uang untuk menghidupi keluarganya. Tukang becak tak lagi mendapat rupiah, juga sopir angkot dan busa antar kota. Tak kurang , para pekerja hotel juga tak bisa lagi mendapt gaji penuh karena hotel tak lagi berpenghuni, begitu juga pilot yang tak bisa mendapat uang tambahan dari terbang mereka.

Dari semua hal di atas ini, yang paling terpuruk adalah lapisan terbawah dari masyarakat kita. Tukang becak, tukang ojek, para pengantar jasa pariwisata dll. Mereka tak bisa lagi makan karena mata pencahariannya hilang. Kita bisa melihat di tayangan televisi beberapa dari mereka kelaparan di rumah mereka, beberapa juga harus menahan lapar mereka karena tak bisa lagi mendapat uang. Juga keluarga mereka. Pemerintah memang menyediakan bantalan ekonomi untuk mengatasi itu semua, antara lain dengan memberikan bantuan berupa tunai dan sembako. Tapi memang ada syarat administrasi yang terkadang menyesakkan bagi korban ekonomi ini.

Hal yang harus kita apresiasi adalah adanya rasa simpati atas kondisi ini dari masyarakat yang mampu secara ekonomi. Mereka membantu dengan segala cara untuk membantu masyarakat lapisan bawah agar tak kelaparan. Hal yang menyenangkan dari gerakan spontan ini adalah tak ada syarat admisntrasi dari pemberi bantuan, sehingga pemberi bisa langsung memberikan bantuan ketika mereka menemukan mereka yang membutuhkan bantuan.

Kepedulian sosial ini harus kita hargai dan ditumbuhkan pada semua orang yang tidak terlalu terganggu kebutuhan dasarnya. Kepedulian sosial ini adalah salah satu sifat masyarakat kita yang welas asih terhadap sesama. Semoga pandemic ini segera berlalu dan kita bisa menjalani kehidupan dengan normal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun