Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berlomba Jaga Toleransi dan Keberagaman

9 April 2019   08:24 Diperbarui: 9 April 2019   08:34 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah melewati perang dahsyat dengan Inggris Raya, akhirnya Amerika Serikat dengan kepemimpinan Jenderal Washington berhasil merdeka pada 4 Juli 1776. Dengan Perancis yang memberi dukungan kepada perjuangan AS dengan militer dan financial yang cukup besar.

Ada sebuah ideology (baca : semangat) besar ketika Negara Amerika Serikat didirikan. Prinsip dasar kebangsaan Amerika adalah The right to life, liberty and persuit of heppiness. Kalimat itu penting bagi Negara AS karena dengan prinsip tersebutlah, AS menjadi sebuah Negara berdaulat.

Untuk mencapai mimpi itu warga Negara AS harus ounya otonomi (individual autonomy) kebebasan individual yang besar sehingga mampu bersaing dengan masyakarat (dunia) lainnya. Singkat kata, Prinsip hidup AS adalah individualism.

Namun seiring berkembangnya waktu , prinsip AS yang mengedepankan keunggulan diri dan individualism tersebut kian memudar dan tergantikan dengan asaz hidup gotong royong yang mulai diperkenalkan oleh Asia dan Eropa. 

Prinsip gotong royong mengedepankan kerjasama, solidaritas, kehidupan masyarakat yang harmoni dibandung keunggulan dalam berkompetisi, meskipun prinsip gotong royong atau kebersamaan itu juga tak lepas dari prestasi yang mau tak mau harus bersaing dengan orang / pihak lain, tapi masih dalam koridor kebersamaan.

Perkembangan dunia kian hari juga mengedepankan kerjasama, solidaritas, harmonisasi masyarakat dan bangsa dibanding kompetisi dan keunggulan individu. Meskipun banyak bangsa berbeda bangsa, suku, agama dan bahasa Hal itu juga yang dijunjung tinggi oleh United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dalam harmonisasi bangsa juga mengedepankan diplomasi dibanding peperangan.

Dalam skala kecil Indonesia sejatinya mirip dengan aneka bangsa di dunia. Indonesia punya pulahan ribu pulau membawa konsekwensi bahwa Indonesia punya Pancasila yang menyatukan semua bahasa yang terdapat di semua wilayah, adat istiadat yang beraneka juga  keyakinan (agama dan kepercayaan). Pancasila membawa semangat positif yaitu toleransi antar perbedaan itu. Dan toleransi membawa semangat kebersamaan dan persatuan bagi banyak etnis di Indonesia.

Tentu kita ingat bahwa Pancasila dipilih oleh the founding fathers Indonesia untuk menjadi dasar kebangsaan Indonesia. Ini adalah selangkah di depan dibanding semangat yang dijunjung oleh bangsa AS yaitu semangat individualistis. 

Pancasila menjunjung asas kebersamaan atas keberagaman tentu kini sejalan dengan semangat dunia yaitu berkontribusi dalam kemajuan dengan cara berkolaborasi. Individualisme sudah tidak bisa lagi diterapkan di dunia ini.

Karena itu, cintaian asaz kebangsaan kita yaitu Pancasila itu. Sebagai kaum millenials pasti paham bahwa prinsip kolaborasi dan kebersamaan amat penting bagi kemajuan prestasi dan kerja mereka. Karena itu berlomba-lombalah menjaga toleransi dan kebersamaan demi kemajuan kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun