Pada bulan Rabiul Awal, mayoritas umat Islam di berbagai belahan dunia merayakan kelahiran nabi Muhammad, bahkan di Indonesia hari ini dijadikan hari libur nasional.
Maulid nabi Muhammad pada hakikatnya adalah bentuk rasa syukur karena Tuhan telah menciptakan manusia mulia dan terbaik di muka bumi. Merayakan maulid berarti umat Islam menghormati kelahiran nabi dengan cara memuliakannya dengan kembali mengenang sejarah, menceritakan perjuangan beliau dalam mendakwahkan Islam, dan banyak bersholawat kepadanya.
Berbicara mengenai maulid nabi Muhammad tidak hanya sebatas ungkapan kegembiraan, lebih dari itu, kita seyogyanya merenungkan sejauh mana perilaku kita telah sesuai dengan ajaran Rasulullah.
Nabi Muhammad diutus ke dunia untuk menyampaikan risalah ketuhanan dan dicontoh segala sikap serta perilakunya. Namun kenyataannya sekarang justeru berbanding terbalik, begitu banyak umat yang saling bertikai, terpecah belah hanya karena masalah furiyyah.
Sejenak mari kita telaah kembali apa tujuan kita merayakan maulid nabi? Apakah keinginan untuk menguatkan persatuan dan persaudaraan umat Islam atau sebatas menguatkan argumen boleh tidaknya merayakan maulid?
Jika tujuannya adalah murni untuk kembali meneladi Rasulullah, maka kita berkewajiban membangkitkan semangat ukhuwah berbangsa karena beliau menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, persaudaraan, dan perdamaian.
Hasil akhirnya maulid akan menciptakan masyarakat yang berperadaban. Namun jika tujuannya hanya untuk memenangkan argumen bolehnya merayakan maulid, bisa jadi hasilnya adalah perpecahan dengan saudara seakidah.
Tugas umat muslim zaman milenial adalah menjadi agen yang dapat membangkitkan spirit rahmatan lil alamin. Sebagaimana diketahui bahwa pesatnya perkembangan tekhnologi memberikan tantangan baru bagi umat Islam.
Begitu banyak kita temui pesan-pesan kebencian dan fitnah yang bertebaran dengan bebas di media sosial. Akibatnya kita hanya disibukkan dengan saling menghujat, merasa diri paling benar, membuang tenaga dengan sia-sia, hingga akhirnya lupa untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa.
Segala bentuk kebencian harus dilawan dengan semangat meneladi perilaku Rasulullah. Tanggungjawab tersebut harusnya banyak diemban oleh para generasi muda Indonesia. Pemuda merupakan potensi paling penting karena mereka memiliki semangat dan idealisme yang jika diarahkan dengan benar akan mampu menciptakan kemajuan bagi bangsa Indonesia.
Maulid adalah sarana untuk mengajarkan para pemuda mengenai perilaku nabi Muhammad. Mereka harus mengetahui bahwa nabinya tidak pernah mencaci ataupun membenci, karena Islam adalah agama kasihsayang. Mereka juga harus mengetahui bahwa diutusnya Rasulullah bukan sebagai pelaknat, melainkan sebagai rahmat.
Jadi harapannya peringatan maulid nabi dapat dijadikan momentum oleh para pemuda untuk me-recharge pengetahuan akan perilaku Rasulullah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya melalui media yang ada---utamanya media online yang tak terhalang ruang dan waktu---pemuda dapat menyebar luaskan semangat perdamaian dan persatuan.
Alangkah lebih baiknya lagi jika pesan perdamaian tersebut dikemas dengan apik sesuai kreatifitas khas anak muda, seperti film pendek, quotes, atau komunitas anti kebencian di dunia maya. Namun perlu diingat bahwa peace cannot be achieved through violence, it can only be attained through understanding.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI