4. Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas
Praktik pelaporan yang tidak transparan dan kurangnya akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan juga berkontribusi pada terjadinya fraud. Ketidakjelasan dalam laporan keuangan dapat mempersulit pemangku kepentingan untuk memahami kondisi sebenarnya dari perusahaan.
5. Motivasi Manajerial
Motivasi pribadi dari manajemen, seperti bonus berbasis kinerja atau tekanan dari pemegang saham, dapat mendorong tindakan curang. Ketika manajemen merasa bahwa keberhasilan mereka diukur berdasarkan kinerja finansial, mereka mungkin tergoda untuk melakukan manipulasi demi keuntungan pribadi.
6. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan yang tidak menekankan etika dan integritas dapat menciptakan lingkungan di mana kecurangan dianggap sebagai cara yang dapat diterima untuk mencapai tujuan bisnis. Jika karyawan melihat bahwa tindakan curang tidak ditindaklanjuti atau bahkan dihargai, mereka mungkin merasa terdorong untuk mengikuti jejak tersebut.
Dengan memahami penyebab-penyebab ini, PT Tiga Pilar Sejahtera dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif untuk menghindari terulangnya kasus fraud di masa depan.
F. Pencegahan kasus fraud pada PT Tiga Pilar Sejahtera, Tbk
Untuk mencegah terjadinya kasus fraud di PT Tiga Pilar Sejahtera, beberapa langkah strategis dapat diimplementasikan berdasarkan teori-teori fraud dan praktik terbaik dalam pengendalian internal. Berikut adalah beberapa cara pencegahan yang dapat diterapkan:
1. Memperkuat Pengendalian Internal
* Melakukan audit internal secara berkala untuk memastikan bahwa semua laporan keuangan akurat dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Audit ini juga dapat membantu mengidentifikasi potensi risiko fraud sebelum menjadi masalah besar.
* Memastikan bahwa tidak ada satu individu yang memiliki kontrol penuh atas semua aspek transaksi keuangan. Misalnya, pemisahan antara fungsi penerimaan kas dan pencatatan akuntansi.
2. Menerapkan Kebijakan Etika yang Kuat
* Mengembangkan dan menerapkan kode etik yang jelas bagi semua karyawan, termasuk konsekuensi bagi mereka yang melanggar. Ini membantu menciptakan budaya perusahaan yang menekankan integritas.
* Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang bagaimana mengenali dan melaporkan kecurangan serta pentingnya etika dalam bisnis.
3. Meningkatkan Pengawasan dan Pengendalian
* Menyediakan saluran pelaporan anonim bagi karyawan untuk melaporkan kecurangan atau perilaku tidak etis tanpa takut akan pembalasan.
* Menggunakan teknologi untuk memantau transaksi keuangan secara real-time dan mendeteksi anomali yang dapat menunjukkan adanya kecurangan.
4. Mengadopsi Teori Fraud Hexagon
* Memahami enam komponen dalam Fraud Hexagon (stimulus, capability, collusion, opportunity, rationalization, ego) dapat membantu perusahaan mengidentifikasi potensi risiko fraud di dalam organisasi.
* Mengurangi tekanan finansial pada karyawan melalui program kesejahteraan.
* Memastikan bahwa hanya karyawan yang berkompeten yang memiliki akses ke informasi sensitif.
* Mendorong transparansi dan komunikasi antar departemen untuk mengurangi kemungkinan kolusi.
5. Transparansi dalam Laporan Keuangan
* Menyusun laporan keuangan dengan transparan dan jelas agar mudah dipahami oleh pemangku kepentingan, serta melakukan pengungkapan penuh terhadap transaksi afiliasi dan potensi konflik kepentingan.
* Mengundang auditor eksternal untuk meninjau laporan keuangan secara independen guna meningkatkan kredibilitas laporan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari kasus fraud di PT Tiga Pilar Sejahtera adalah bahwa praktik shenanigans keuangan dapat memiliki dampak yang merugikan tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga bagi pemangku kepentingan, termasuk investor dan karyawan. Kasus ini menunjukkan bagaimana manipulasi laporan keuangan, seperti pencatatan pendapatan terlalu cepat dan pengakuan pendapatan fiktif, dapat dilakukan untuk menyembunyikan kondisi keuangan yang sebenarnya dan meningkatkan citra perusahaan di mata investor. Selain itu, lingkungan pengendalian yang lemah dan tekanan untuk menunjukkan kinerja yang baik berkontribusi pada terjadinya kecurangan ini. Fenomena ini menekankan pentingnya pengawasan internal yang kuat, transparansi dalam pelaporan keuangan, serta budaya perusahaan yang menekankan etika dan integritas untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan. Dengan demikian, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk memperbaiki sistem pengendalian internal dan mempromosikan akuntabilitas guna melindungi nilai pemegang saham dan reputasi perusahaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI