Pada tanggal 1 Januari 2024, disaat semua orang bergembira menyambut tahun baru. Prefektur Ishikawa, Jepang mengalami gempa yang sangat hebat yang berkekuatan hingga 7,6 atau 7 dalam skala intensitas seismik Jepang. Walaupun Jepang dikenal sebagai Negara yang memang sudah sering mengalami bencana alam, yakni gempa. Namun gempa kali ini amat berbeda dimana bencana ini terjadi dengan sangat kuat. Salah satu prefektur yang terkena adalah Wajima, sebuah kota yang dulunya dikenal sebagai kota wisata, kini hangus terbakar oleh api yang membara dikala gempa terjadi.
Wajima berada di Prefektur Ishikawa, dekat dengan pusat gempa di Noto. Karena gempa yang terjadi sangat besar dan hal utama yang menyebabkan terbakarnya kota tersebut adalah, adanya kompor/gas yang masih menyala. Setelah itu, Wajima terbakar sampai luluh lantak. Padahal, Wajima baru saja bernafas lega setelah pandemi melanda. Kota yang mengandalkan pariwisata ini, berupa kerajinan-kerajinan gerabah, keramik, dan sebagainya Kembali menjalani mimpi buruk lagi setelah melewati suramnya pandemic selama tahu atau bahkan dua tahun lamanya. Hal inilah membuat saya tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut.
Perjalanan ditempuh hampir 2 jam lamanya dari Kanazawa menuju ke Wajima. Melewati berbagai gunung yang dapat ditempuh dengan melewati lorong yang sudah dibangun untuk memudahkan akses menuju ke tempat tersebut. Ketika sudah hampir sampai dan mulai memasuki daerah yang terdampak gempanya, disitukah mulai terlihat keretakan jalanan yang amat parah. Namun ketika meuju kesana pada tanggal 31 Maret 2024, jalan tersebut sudah tidak terlalu parah seperti waktu terkena gempa. Tidak dapat dibayangkan bagaimana parahnya gempa pada waktu itu yang menyebabkan kerusakan yang amat parah.
Setelah panjangnya perjalanan yang dilawati, sampailah kami di Wajima. Singgah sebentar melihat kondisi laut yang sangat sejuk, ternyata tidak dengan kondisinya. Batu penahan laut yang mulanya berada di dalam laut, kini naik hampir sekitar 2-3 meter. Jalan yang mulanya mulus berubah menjadi jalanan yang hampir tidak layak lagi untuk dilewati.
Sepanjang jalan bangunan-bangunan mulai dari kecil maupun besar hancur semuanya. Pemerintah daerah tersebut sendiri melakukan pengecekan satu-persatu terhadap bangunan tersebut. Terdapat tiga tanda yang dibuat, kertas merah bertulisan "unsafe" mendankan bahwa bangunan tersebut tak lagi layak untuk dihuni. Sedangkan bangunan dengan tempelan kertas berwarna kuning menandakan bangunan yang masih bisa dihuni namun haru hati-hati. Lalu kertas berwarna hijau bertulisan "inspected" bermakna bangunan tersebut masih layak untuk dihuni.
Sepanjang jalan banyak sekali orang yang meninggalkan bucket bunga sebagai bentuk bela sungkawa atas korban-korban yang sudah meninggal di tempat tersebut. Seperti yang diketahui bahwasannya Wajima hangus karena kompo/gas yang masih menyala. Karena itulah tak hanya terkena gempa yang kuat namun juga harus ditelan oleh api merah.
Sangat terasa sekali ketika mengelilingi kota tersebut, bau sangit bekas kebakaran masih amat menempel pada saat itu. Terlebih masuk ke bagian restoran-restoran yang berada ke arah menuju sungai yang ada di sana, baunya tercium amat kuat. Tidak bisa dibayangkan sebesar apa api yang membuat sebuah kota yang dulunya dikenal sebagai kota yang memiliki tempat wisata yang indah, kini harus sirna ditelan oleh api.
Disana terdapat jembatan yang menghubungkan kota dengan sungai, namun kini telah retak dan belum bisa untuk digunakan. Tempat-tempat yang dulunya menjadi icon kota tersebut juga sudah hangus terbakar. Karena dulu Wajima adalah tempat penghasil kerajinan keramik, masih banyak sekali kerajinan yang tertinggal dengan berbagai kondisinya. Ada yang benar-benar sudah lebur, setengah hangus, dan masih ada juga yang masih utuh dengan kondisi bagus. Namun kerajinan-kerajinan tersebut tetap ditinggal di tempat, bahkan hingga ditata di depan bangunan karena takutnya anggota keluaga yang hendak mengunjungi tempat tersebut ingin mengembil kembali barang-barang tersebut.
Ratusan korban ditemukan di tempat tersebut, baik dari meninggal, luka-luka, ataupun selamat dengan trauma yang mungkin kita tidak tahu bagaimana. Menurut kabar yang ada Warga negara Indonesia (WNI) sendiri terdapat hingga 50-an warga yang ada disana dan puji syukur mereka selamat dan dilarikan ke tempat pengungsian.
Sungguh terharu saya dapat mengunjungi tempat dengan berbagai dukanya. Tak dapat senyum yang bisa ditampakkan pada hari itu. Semuanya terlihat begitu berduka,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H