Mohon tunggu...
Iqbal Dewandhi
Iqbal Dewandhi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa Biologi

Biologi UI 2018

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pelican Eel, Belut Penghuni Laut Dalam

30 Desember 2021   19:17 Diperbarui: 31 Desember 2021   10:17 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelican Eel (sumber = plate 49 of ''Oceanic Ichthyology'' by G. Brown Goode and Tarleton H. Bean., published 1896. )

Belut, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan hewan yang satu ini. Mulai dari belut yang biasa disantap ataupun belut yang biasa digunakan di perlombaan 17 Agustus. Umumnya belut memang mudah untuk ditemukan, dari dipersawahan hingga seringkali dijual di pasar. Tapi tahukan anda ada spesies belut yang hidup di lautan dalam?.

Mari berkenalan belut penghuni laut dalam yaitu pelican eel / belut pelikan. Belut pelikan merupakan hewan yang termasuk kedalam famili  Eurypharyngidae, genus Eurypharynx dan spesies E.  pelecanoides. Belut ini sering ditemukan di zona laut bathypelagic yaitu zona laut dengan kedalaman 1 - 4 km. Zona ini seringkali disebut sebagai zona midnight zone karena sinar matahari sudah tidak dapat menembus zona ini. Belut pelikan terdistribusi secara global umumnya berhabitat di lautan yang beriklim tropis hingga sedang.

Belut pelikan berbentuk lonjong dengan ekor yang panjang seperti cambuk. Belut ini dapat tumbuh hingga berukuran 100 cm. Pada bagian kepala terdapat mata yang sangat kecil. Walaupun pada habitatnya tidak terdapat cahaya matahari, namun fungsi mata dari belut ini diyakini hasil dari evolusi untuk mendeteksi cahaya yang redup. 

Pada bagian dada terdapat sirip yang sangat kecil dan hampir tidak terlihat. Pada bagian ujung ekor terdapat organ yang mampu untuk menghasilkan cahaya. Melalui proses bioluminesens, organ photophore yang dimilikinya dapat berpendar menghasilkan kilatan cahaya berwarna merah muda. Cahaya yang dihasilkan bukan untuk penerangan di laut dalam, namun sebagai umpan agar mangsa tertarik dan mendekati cahaya yang dihasilkan sehingga belut pelikan dengan mudah mendapatkan mangsa.

Proses memangsa Pelican Eel (sumber = Beth Beyerholm dalam Nielsen (1989) )
Proses memangsa Pelican Eel (sumber = Beth Beyerholm dalam Nielsen (1989) )
Hal yang unik dari belut pelikan terletak pada bagian mulutnya. Sesuai dengan namanya, mulut dari belut pelikan dapat membesar menyerupai mulut burung pelikan. Mulut dari belut pelikan dapat dibuka dengan lebar, bahkan hingga 2 kali lipat dari ukuran tubuhnya. Meski demikian, belut ini tidak memangsa ikan yang berukuran besar, melainkan hanya memangasa krustasea, cephalopoda dan ikan yang kecil. Penyebab belut ini tidak memakan ikan berukuran sedang dikarenakan belut ini hanya memiliki gigi yang sangat kecil, dan rongga mulutnya yang besar hanya untuk mempermudah menangkap mangsa.

Kondisi habitat di laut dalam cukup berbeda dengan habitat di zona pelagis. Selain tidak adanya penetrasi cahaya, berbagai biota laut perlu berkompetisi dalam mencari sumber makanan yang terbatas. Oleh karena itu, kemampuan belut pelikan yang mampu membuka lebar mulutnya menjadi salah satu bentuk adaptasi morfologi dari belut ini dalam mencari makan. 

Dengan adanya bioluminesens pada ekor maka berbagai mangsa belut seperti krustasea akan menghampiri belut tersebut, saat mangsa sudah dekat dengan belut, maka belut akan membuka lebar mulutnya dan langsung melahap mangsanya beserta air di sekitarnya. Air yang tertelan nantinya akan dikeluarkan melalui insang dan menyisakan mangsa tersaring di dalam mulutnya.

Perbedaan jantan dan betina. (Sumber = Gartner (1983) )
Perbedaan jantan dan betina. (Sumber = Gartner (1983) )

Hal unik lainnya dari belut ini yaitu dapat dilihat dari perilaku reproduksinya. Belut pelikan merupakan hewan dengan sexual dimorphism, yaitu kondisi dimana jantan dan betinanya dapat dibedakan dengan mudah karena adanya perbedaan fisik di antara keduanya. 

Belut pelikan jantan umumnya memiliki mata yang lebih besar dibandingkan dengan betina. Ilmuan meyakini jantan dapat bertemu dengan betina utamanya karena jantan mengikuti aroma feromon yang dikeluarkan oleh betina, namun kemampuan belut pelikan menghasilkan cahaya pada ujung ekor juga digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis untuk bereproduksi. Belut betina dapat menghasilkan sel telur yang sangat banyak. Belut jantan mengeluarkan seluruh energinya untuk bereproduksi, hal ini menyebabkan belut jantan akan mati setelah bereproduksi.


Referensi

Gartner, J. V. (1983). Sexual Dimorphism in the Bathypelagic Gulper Eel Eurypharynx pelecanoides (Lyomeri: Eurypharyngidae), with Comments on Reproductive Strategy. Copeia, 1983(2), 560. doi:10.2307/1444413

Nielsen, J. G., Bertelsen, E., & Jespersen, . (1989). The Biology ofEurypharynx pelecanoides(Pisces, Eurypharyngidae). Acta Zoologica, 70(3), 187--197. 

Owre, H. B., & Bayer, F. M. (1970). The deep-sea gulper Eurypharynx pelecanoides Vaillant 1882 (order Lyomeri) from the Hispaniola basin. Bulletin of Marine Science, 20(1), 186-192.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun