Sampah menjadi salah satu masalah serius di Indonesia. Belum ada titik terang untuk mengatasi permasalahan sampah secara menyeluruh. Setiap tahun, jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia semakin meningkat, sedangkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) jumlahnya sangat terbatas. Menurut Suhardi Anggota Komisi IV DPR RI, pada tahun 2021 tercatat volume sampah di Indonesia mencapai angka 68,5 juta ton, dan pada tahun 2022 naik hingga 70 juta ton. Ada 24% atau sekitar 16 juta ton sampah yang masih belum dikelola sampai saat ini oleh Ditjen PSLB3.
Sampah tidak hanya menjadi masalah di kota yang padat penduduknya saja, di desa pun banyak dijumpai sampah di kanan dan kiri jalan. Salah satu sampah yang jumlahnya sangat banyak yaitu sampah plastik. Sampah plastik adalah sampah yang paling dekat dengan masyarakat, hampir disetiap kegiatan setidaknya melibatkan penggunaan plastik. Misalnya ketika membeli minuman atau makanan dalam kemasan. Kemasan makanan/minuman biasanya terbuat dari plastik, untuk membawanya pun juga menggunakan kantong plastik. Hal tersebut adalah sebagian kecil contoh sehari-hari penggunaan plastik dalam kehidupan manusia, yang menyebabkan tingginya sampah plastik yang menumpuk apabila tidak ada tindakan lebih lanjut seperti pengolahan/pemanfaatan sampah plastik menjadi barang yang bernilai jual.
Sebagai usaha untuk mengurangi sampah plastik, kelompok mahasiswa KKN UNNES Giat 3 di Desa Kemuning, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menginisiasi pembuatan Ecobrick. Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah non biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali. Ecobrick merupakan pilihan terakhir untuk mengolah sampah plastik ketika penanggulangan seperti reduce, reuse, recycle sudah tidak bisa lagi diandalkan untuk mengatasi sampah plastik yang kian bertambah setiap harinya. Ecobrick merupakan metode yang digunakan untuk meminimalisir sampah plastik dengan media botol plastik yang diisi penuh dengan sampah anorganik bersih hingga botol tersebut benar-benar keras dan padat. Tujuan dari Ecobrick adalah untuk mengurangi sampah plastik, serta mendaur ulang sampah plastik dengan media botol plastik untuk dijadikan sesuatu yang berguna. Contoh pemanfaatan pembuatan ecobrick adalah untuk pembuatan meja, kursi, tembok, maupun barang kesenian lainnya.
Kelompok mahasiswa KKN UNNES Giat 3 mengajak siswa-siswi di SDN Kemuning mengumpulkan sampah anorganik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan ecobrick. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu 2 minggu, dimulai tanggal 12 November sampai 26 November 2022. Dalam pembuatan ecobrick diperlukan alat dan bahan seperti gunting, stik drum, serta sampah plastik yang meliputi kantong plastik, plastik kemasan detergen, plastik kemasan makanan dan botol plastik. Kegiatan dilaksanakan melalui tiga tahapan. Tahapan permata yaitu memperkenalkan ecobrick kepada siswa-siswi SDN Kemuning yang dilaksanakan pada tanggal 12 November 2022.
Nur Rizki Amalia, mahasiswa UNNES Giat 3 menjelaskan, "Untuk membuat ecobrick, langkah utama yang harus kalian lakukan yaitu menyediakan botol plastik bekas dan mengumpulkan sampah-sampah plastik bekas kemasan makanan/minuman, maupun kemasan detergen. Setelah sampah plastik terkumpul, cuci sampah kemudian dikeringkan. Sampah plastik harus dipotong kecil menggunakan gunting, kemudian masukkan sampah tersebut ke botol plastik. Dorong dan padatkan menggunakan stik drum atau tongkat kayu. Lakukan hal yang sama hingga botol plastik penuh dan padat". Selain dijelaskan mengenai cara pembuatan ecobrick, siswa-siswi SDN Kemuning juga diajak untuk membuat ecobrick bersama-sama.
Tahapan kedua yaitu pengecekan rutin perkembangan ecobrick yang dibuat oleh siswa-siswi SDN Kemuning. Pada tahapan tersebut, mahasiswa UNNES Giat 3 mengecek isi sampah dan membantu memadatkan sampah dalam botol.
Dan tahapan yang ketiga yaitu merangkai ecobrick yang telah dibuat oleh siswa-siswi SDN Kemuning menjadi kursi.
Pembuatan ecobrick yang dilakukan oleh mahasiswa UNNES Giat 3 Desa Kemuning bersama siswa-siswi SDN Kemuning diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Desa Kemuning, serta dapat menjadi ajang penggerak untuk memanfaatkan sampah plastik menjadi bernilai seni tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H