Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Jakarta

Artikel baru, setiap Rabu dan Sabtu. Lihat artikel lainnya di bit.ly/iqbalkompasiana

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Cara Mengingat Momen-momen Indah dengan Lebih Jernih

20 Desember 2020   09:48 Diperbarui: 21 Desember 2020   22:58 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin mulai cerita kali ini dengan beberapa foto. 

4 Februari 2019

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Hari itu, saya dan kedua teman (kedua dari kiri dan ujung kanan) dinyatakan 'lulus' dari program apprenticeship di kantor kami, yang dimulai tepat pada Januari 2017. Kini, kami bertiga, awalnya berempat, sudah menempuh jalan hidup masing-masing, meski sesekali masih bertukar kabar melalui WhatsApp.

5 Juni 2019

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Waktu itu kami sekeluarga, dengan keponakan dari kakak saya (di gambar) sedang berkumpul. Saya tak ingat ini momen apa. Karena menurut kalender, 5 Juni 2019 adalah hari rabu. 

Yang jelas, waktu itu saya mengambil foto ini karena gemas dengan keponakan saya yang tiba-tiba menangis meraung-raung sambil memegang balon kesayangannya yang entah dia dapat dari mana.

9 Oktober 2019

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Hampir tak ada yang istimewa dari gambar ini. Hanya sebatang pohon bonsai mati yang saya lupa apa jenisnya. Seingat saya, pohon ini tak diurus dengan baik, dan sempat ditinggal selama tiga hari di ruangan ber-AC tanpa pasokan cahaya matahari dan air yang cukup. Padahal, ketika dibeli, bentuk pohon ini sangat bagus. Daunnya berwarna hijau stabilo.

3 Januari 2020

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tanjung Lesung. Pertama kali setelah dua atau tiga tahun tak 'melaut.' Sengaja pergi ke situ di awal tahun untuk mencari suasana baru. Dan ternyata, pantainya indah, dan tak juga ramai pengunjung. Hal lain yang diingat adalah rentetan hujan sejak malam tahun baru yang ternyata berdampak besar di sejumlah daerah, termasuk di Ibukota.

23 Agustus 2020

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Siang hari. Matahari tinggi. Lalu minum es cendol legendaris. Segarnya bukan main. Sebenarnya momen ini biasa saja. Tapi, diminum dengan siapa, itu yang istimewa.

_____

Di suatu tempat di otak kita, ribuan memori tersimpan, baik tentang kejadian-kejadian baru, maupun yang terjadi di masa lalu. 

Otak kita pun cenderung mampu mengingat hal-hal spesifik, seperti nomor handphone, nomor kendaraan, hari ulang tahun orangtua dan pasangan, atau hal penting lainnya, seperti kapan pertama kali keluar negeri, sensasi mendaki gunung tertinggi, hari pernikahan, kapan mendapat pekerjaan pertama dan memperoleh gaji perdana, hingga prosesi wisuda saat kuliah sarjana.

Namun, ternyata ada hal-hal lain yang menempati sisi gelap di ingatan kita, yang sama sekali tak bisa kita ingat apa, di mana, dan kapan hal itu terjadi. 

Misalnya, nama guru favorit saat sekolah, kapan terakhir kali sakit demam, kapan terakhir kali servis kendaraan, nama villa yang disewa ketika staycation bulan Juli kemarin, nama-nama mantan, atau judul lagu yang diputar di sebuah kafe dua bulan yang lalu. Ingatan manusia begitu terbatas.

Bayangkan otak manusia sebagai ikatan ion. Otak, sebagai pusat penyimpanan memori, ibarat ion memiliki rantai-rantai elektron (memori). 

Untuk setiap elektron yang berjarak lebih dekat dengan pusat, ikatannya sangat kuat. Begitu juga dengan memori. Kejadian-kejadian penting, memorable, dan punya nilai sentimental yang kuat cenderung mudah diingat dan ditarik kembali oleh otak.

Sementara itu, semakin jauh elektron dari pusat, maka elektron tersebut cenderung akan lepas, hilang, atau berpindah ikatan. 

Dalam hal ini, memori yang tak memiliki kedekatan emosional atau bersifat trivial, seperti beberapa contoh di atas, cenderung akan hilang.

Saya pun mengalami hal yang sama. Banyak lupa. Terlebih, sebuah riset menunjukkan, pembatasan sosial berskala besar (lockdown) yang mengisolasi kita dari interaksi langsung dengan teman, keluarga, kerabat, kekasih, selama pandemi ternyata berdampak buruk bagi ingatan-ingatan kita.

Fatigue, anxiety, a lack of cues, and fewer social interactions -- it's no wonder that some of us feel our memories are letting us down

Tapi, sebetulnya ada trik yang bisa kita lakukan untuk menolak lupa. Trik sederhana yang sudah saya lakukan sejak dua tahun lalu. Dan bagi saya, trik ini cukup manjur untuk mengingat-ingat hal-hal spesifik pada kejadian-kejadian tertentu.

Decluttering & Deleting Your Photos

Triknya adalah menghapus foto di galeri.

Beruntung kita saat ini hidup di era teknologi, di mana kamera sudah dapat kita temui di hampir semua gadget dalam genggaman. Namun, kondisi ini juga membuat kita impulsif dalam mengambil gambar. 

Niatnya untuk mengabadikan momen, tapi yang kita lakukan justru sebaliknya. Asyik mengambil banyak gambar, dan melewatkan sensasi riil yang seharusnya bisa kita rasakan di momen tersebut.

Riset lain menyebutkan, suatu gambar/foto hanya memberi kita representasi visual terhadap suatu kejadian, dan menghilangkan unsur-unsur lain yang lebih penting.

Contoh, sebuah gambar pantai hanya memberi kita informasi tentang apa dan di mana foto itu diambil. Namun, kita tak bisa mengingat dan merasakan kembali debur ombak, semilir angin yang menerpa wajah, aroma laut, atau suara kicauan burung saat itu, di tempat itu.

Ketika kita cenderung keasyikan mengambil gambar, itu membuat galeri foto kita penuh dengan gambar-gambar yang tak kita butuhkan. Dalam hal ini, memasukkan terlalu banyak memori, dalam bentuk foto, hanya akan membuat kita tambah stres.

Selain itu, ingatan manusia sangat terbatas, yang bisa dilakukan adalah menyeleksi, mana ingatan yang penting untuk diingat, mana yang harus dilupakan. 

Tentu hal ini akan sulit dilakukan jika hanya dibayangkan dalam kepala. Masuklah ke galeri handphone, harddisk eksternal, atau laptop. Pilih, seleksi, dan hapus foto-foto yang tidak penting. Karena semakin selektif kita memilih foto, akan semakin banyak ingatan berharga yang masuk ke dalam otak kita.

Contohnya saja, gambar-gambar yang saya cantumkan di atas. Beberapa di antaranya, menurut saya, cukup menarik, ada cerita di baliknya, dan mungkin punya nilai sentimental. Tapi, apakah cerita pohon bonsai mati layak untuk diingat hingga dua puluh tahun ke depan? Belum tentu. Hapus.

Atau misal foto keponakan saya yang saat itu sedang tantrum, dan minum es cendol segar di siang bolong. Mungkin menarik saat itu, tapi sepertinya ada banyak momen serupa lain yang lebih pantas untuk dimasukkan ke dalam ingatan.

Anda pun sebenarnya tak butuh menyimpan sepuluh foto reuni teman-teman SMA tahun lalu misalnya, dengan pose yang mirip-mirip di galeri. Sisakan satu.

Hal yang menarik dari trik ini adalah, sepanjang proses decluttering & deleting kita secara tak sadar juga mengingat-ingat kembali cerita di balik gambar tersebut. 

Dengan melihat foto satu per satu, dan memutuskan mana yang harus dihapus mana yang tidak, memori lama itu kembali masuk dalam ingatan. It's relieving and kinda good for our brain. 

Selamat mencoba!

***
Artikel baru, setiap Rabu dan Sabtu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun