Monetary gifts adalah hadiah-hadiah yang bernilai ekonomis dan lebih efisien, seperti uang. Ini karena uang jauh lebih fleksibel ketimbang barang lainnya dan dapat ditukarkan ke dalam bentuk apapun sesuai kebutuhan si penerima.
Sementara itu, non-monetary gifts adalah hadiah-hadiah dalam bentuk selain uang yang sifatnya lebih personal dan emosional. Hadiah seperti ini lebih mengedepankan nilai sentimental ketimbang nilai materiil.
Namun, meski dinilai lebih efisien dan ekonomis, monetary gifts tak akan memperkuat social bond antara pemberi dan penerima hadiah. Tak hanya itu, monetary gifts sangat lekat dengan market norms, yang mana akan menimbulkan masalah di kemudian hari ketika kita memberi terlalu sedikit atau terlalu banyak. Maklum, persepsi uang bagi setiap orang berbeda-beda.
Maka, pilihan berikutnya adalah non-monetary gifts. Tak sedikit hadiah yang masuk ke dalam kategori ini, seperti makanan, pakaian, tiket nonton, perhiasan, tiket liburan, barang elektronik, kerajinan tangan, dan lain-lain. Namun, sebatas mengetahui jenis-jenis hadiah dalam kategori ini saja belum cukup.
Dalam sebuah studi, Guy Hochman menganalisis jenis-jenis hadiah non-monetary apa yang paling digemari oleh partisipan ketika memberi. Dari jenis-jenis non-monetary gifts yang disebutkan di atas, diketahui makanan, pakaian, dan produk-produk hiburan ternyata tak begitu populer.
Ia juga menganalisis, dari subyek yang sama, tentang hadiah apa yang paling mereka sukai jika menerimanya dari orang lain. Hasilnya, uang tunai, voucher belanja, dan makanan bahkan tak masuk lima pilihan terbanyak.
Sementara itu, hasil riset menunjukkan, banyak partisipan justru lebih menginginkan karya seni atau kerajinan tangan, barang elektronik, atau pengalaman baru sebagai hadiah dari orang lain. Ini sejalan dengan logika yang menyebutkan, kita kerap mendapat hadiah yang sebenarnya tidak sedang kita butuhkan dari orang lain. Sehingga, barang-barang konsumsi sering menumpuk tak jelas di rumah.
Maka, jika ingin mempertimbangkan hadiah lain yang mungkin jauh lebih berkesan, barang-barang non-konsumsi bisa menjadi pilihan. Atau ajaklah keponakan, sepupu, nenek/kakek, atau orang terkasih lainnya ke tempat-tempat yang selama ini mereka ingin datangi. Pada akhirnya, memberi pengalaman jauh lebih berkesan ketimbang sekadar memberi barang.
Kembali ke cerita kado perpisahan tadi. Untungnya, saya ingat ketika beberapa waktu yang lalu Ia menceritakan salah satu masalah kesehatannya belakangan ini. Ia mengaku sering mengalami gangguan tidur, jantung berdebar, pusing, hingga kaki tangan terasa dingin dan berkeringat.
Dari sini, pikiran saya langsung tertuju pada produk aromaterapi, lengkap dengan diffusernya. Selain sebagai tanda pengingat, mudah-mudahan kado tersebut bisa membantunya tidur lebih nyenyak di malam hari.
***
Artikel ini adalah bagian dari serial Behavioral Economy. Tulisan baru, setiap Rabu dan Sabtu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H