Mohon tunggu...
Iqbal Tawakal
Iqbal Tawakal Mohon Tunggu... Konsultan - Jakarta

Artikel baru, setiap Rabu dan Sabtu. Lihat artikel lainnya di bit.ly/iqbalkompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Uang Memang (Bukan) Segalanya

11 November 2020   12:50 Diperbarui: 11 November 2020   13:05 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah besar imbalan sebanding dengan produktivitas?

Ternyata tidak. Kelompok C berhasil memasukkan sebanyak 168 lingkaran. Kelompok A di posisi kedua sebanyak 159 lingkaran, dan Kelompok B hanya 101 lingkaran.

Artinya, manusia cenderung akan memberi hasil yang optimal ketika bekerja tanpa embel-embel apapun. Social reward akan memunculkan highest effort. Output dari setiap interaksi kita sangat dipengaruhi dengan bagaimana pendekatan interaksi kita dalam dua sisi mata koin, apakah dengan market norm atau dengan social norm. 

Kelompok C mungkin senang berpartisipasi karena merasa ikut berkontribusi dalam riset ilmiah, ketika uang sama sekali tak pernah dibahas. Niat baik dan keinginannya untuk membantu timbul. Tapi, meski hanya sepuluh sen, aktivitas apapun akan berubah menjadi transaksional. Dan manusia pasti akan menyesuaikan usahanya sesuai dengan imbalan yang diterima.

Dua Dunia yang Tak Bisa Bersatu

Dalam market norm, semua serba angka, transaksional, perhitungan, jangka pendek, penuh analisis, cost & benefit, timbal balik instan, untung rugi, penuh kepentingan, dan ekspektasi. Sementara itu, social norm adalah kebalikannya. Di sisi ini, yang diutamakan adalah hubungan rasa, relasional, jangka panjang, tanpa pamrih, tanpa ekspektasi. Dan jika keduanya disatukan, semua pihak akan terkena imbasnya.

Anda mungkin sudah sering mendengar alasan mengapa sebisa mungkin kita tak memiliki hubungan bisnis dengan teman sendiri. Semacam ada tabir tak terlihat yang membatasi dua dunia ini. Ketika salah satu mencampuri yang lain, output yang buruk bisa saja akan timbul.

Namun, it's non binary. Meski hitam putih, bukan tak mungkin kita bisa berselancar di antara keduanya. Ketika kencan misalnya, setiap pasangan bisa sepakat untuk bergantian membayar tiket nonton atau bill makan malam di resto kesayangan. Ketika di rumah, apresiasi tak melulu harus dengan uang atau hadiah. Membantu pekerjaan rumah, seperti mencuci piring sendiri, membersihkan kamar tidur dan kamar kecil, membuang sampah, dan membantu perawatan tanaman bisa dilakukan sebagai bentuk dukungan kepada anggota keluarga yang lain. Kembali ke cerita saya di rumah. Karena orang tua selalu mengembalikan uang yang sudah diberikan, akhirnya, sementara ini saya tak lagi memberi uang dalam bentuk cash, melainkan langsung dalam bentuk sembako bulanan dan token listrik.

Mengerti dan memahami perspektif orang lain adalah langkah pertama yang bisa dilakukan untuk menempatkan diri. Kapan kita harus masuk ke market norm, kapan harus menjaga social norm. Ketidakterbukaan hanya akan membuat suasana tambah runyam. Kalau ada waktu, silahkan ngobrol sambil ngeteh dengan teman, sahabat, kekasih, dan keluarga Anda untuk membahas masalah ini.

______________________

Artikel ini adalah bagian dari serial Behavioral Economy. Tulisan baru, setiap Rabu dan Sabtu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun