Untuk meningkatkan pemahaman dan pengembangan potensi pariwisata Natuna, diperlukan upaya sosialisasi dan kerja sama yang lebih baik antara pemangku kepentingan. Dimulai dari peningkatan SDM dan mengelola alam sekitar sehingga layak menjadi pusat wisata. Peran lanjutan adalah berupa proses koordinasi antar lembaga kepariwisataan daerah. Terakhir tentu saja perencanaan konsep pengembangan Ekowisata dengan melibatkan lintas sektoral melalui satuan kerja tingkat daerah.
Aspek tambahan yang wajib diperhatikan seperti meningkatkan kualitas pelayanan saat turis datang. Letak Kepulauan Natuna yang jauh dari daratan membuat aksesnya sulit dan mahal, wisatawan yang datang harus mendapatkan pelayanan terbaik. Mereka sudah menghabiskan banyak uang, pelayanan informasi, transportasi dan akomodasi membuat mereka bisa betah saat tiba di Kepulauan Natuna.
Wisata yang dijual juga harus punya kualitas yang baik, apakah dengan mengembangkan wisata berbasis budidaya, pemandangan alam, situs bersejarah hingga budaya. Ini mampu menarik minat wisata, sekaligus pengelolaan wisata baik. Dikelola oleh orang yang profesional terlatih yang berasal dari masyarakat sekitar.
Bila dirasa sudah layak, barulah dimulai diplomasi dengan menggunakan instrumen kekuatan ekonomi dengan mengundang investor asing. Melihat potensi yang ada di Natuna dan mampu menarik banyak wisata mau ke sana. Dengan demikian, diplomasi dengan menggunakan instrumen kekuatan ekonomi dapat membantu meningkatkan potensi wisata di Natuna dan menarik banyak wisatawan mau ke sana.
Kesimpulan Akhir
Indonesia cukup sigap dalam menghadapi isu perbatasan dengan sejumlah negara yang terjadi di LNU. Salah satu cara yang Indonesia lakukan ialah dengan menerapkan strategi Diplomasi Maritim yang sifatnya kooperatif, persuasif, dan koersif terutama dalam menjaga kedaulatan dari gangguan negara lain. Indonesia juga menolak klaim sepihak dari Tiongkok terkait dengan NDL yang tidak punya landasan kuat dari UNCLOS. Salah satu hal yang Indonesia adalah mengubah nama LCS menjadi LNU sebagai wujud wilayah kedaulatan RI.
Diplomasi yang Indonesia lakukan berkonsep pada Diplomasi Maritim Indonesia. Aspek yang ditekankan berupa peningkatan kekuatan militer, akses maritim secara global, menakut-nakutkan target yang melanggar tapal batas hingga menenangkan konflik. Apalagi Indonesia ingin menjadi Poros Maritim Dunia, peran diplomasi maritim selaras dengan tujuan Indonesia sebagai negara maritim.
Faktor lainnya yang cukup krusial tentu saja isu penangkapan ilegal yang semakin sering terjadi di perairan Natuna. Keterbatasan manajemen perbatasan dan minimnya pengawasan terhadap aksi penangkapan ikan ilegal di LNU. Oleh karena itu, Indonesia perlu meningkatkan pengawasan dan manajemen perbatasan untuk mengantisipasi potensi konflik dan mempertahankan kepentingan nasionalnya. Salah satunya dengan melakukan tindakan pencegatan, penangkapan hingga penenggelaman bagi kapal asing yang tidak memiliki izin tangkap di Perairan Natuna.
Menghadapi Tiongkok yang juga mengklaim wilayah di Laut Natuna Utara, Indonesia telah mengembangkan Strategi Hedging yang memungkinkan negara untuk menjaga hubungan bilateral yang baik dengan Tiongkok sementara juga mempertahankan kepentingan nasionalnya. Dengan demikian, Indonesia dapat menjaga stabilitas di wilayahnya dan mempertahankan kekayaan alam yang melimpah di Natuna.
Terakhir tentu saja bagaimana Natuna punya potensi dari wisata yang bisa dibangun. Aspek ini perlu dikembangkan karena mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar yang selama ini datang dari kalangan nelayan. Potensi wisata juga mampu menarik wisata untuk datang dan berkunjung ke Natuna, sembari melihat luasnya Indonesia dari ujung negeri bernama Natuna.