Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Wujud Nyata Rumah Buatan 3D Printing

10 Oktober 2019   18:35 Diperbarui: 11 Oktober 2019   18:32 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan rumah jadi sebuah masalah klasik yang terjadi untuk kalangan bawah. Banyak dari mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak. Hidup menggelandang tanpa tempat berteduh yang nyaman atau menumpang di rumah karib kerabat sambil menahan rasa malu.

Urusan menyewa rumah pun harganya selangit atau yang ingin mencoba KPR rumah bahkan bisa mencekik leher. Persoalan perumahan yang layak jadi isu klasik dari besarnya jumlah populasi penduduk berbanding terbalik dengan rumah layak huni.

Sama halnya dengan para milenial yang darurat rumah. Harganya yang terus meroket dan kadang tidak masuk akal. Para keluarga baru yang ingin menata hidup baru seakan butuh rumah. Permasalahan bukan hanya sebatas rumah saja, lahan yang kian terbatas dan mahal jadi segudang masalah di perkotaan.

Image via cbsnews
Image via cbsnews
Butuh waktu beberapa tahun atau kredit KPR rumah yang berdarah-darah, barulah rumah bisa terbeli.  Saat ini ada 61% dari milenial yang belum memiliki rumah. Jumlah itu setara dengan 81 juta.

Belum lagi data jumlah masyarakat yang belum punya rumah layak huni dan rumah bersertifikat tahan bencana seperti tahan gempa, banjir, dan bahkan angin.

Butuh solusi dalam menjawab itu semua, dalam salah satunya melalui teknologi. Baru-baru ini sedang marak teknologi 3D Printing yang mampu membuat berbagai bentuk benda.

Punya nilai yang efisien dan bahkan detail. Paling mengejutkan adalah kemampuannya membuat bentuk besar dan rumit seperti rumah. Kini teknologi seakan membantu menjawab persoalan tersebut.

Solusi dari 3D Printing
Bagi kita sudah sangat akrab dengan printing yang mengandalkan 1 dimensi atau bahkan 2 dimensi. Khususnya dalam proses mencetak berbagai dokumen, majalah hingga buku. Printing bisa sudah cukup lama dan kini inovasi yang telah berkembang adalah konsep 3D Printing.

Membuat masa depan mencetak benda yang berbentuk 3D menjadi sebuah kenyataan. File digital seakan jadi kenyataan dan industri ini seakan jawaban atas efisiensi bahan.

Proses yang paling ditekankan dalam pembuatan objek dilakukan oleh komputer atau bahkan dari smartphone, tinggal dilakukan proses mencetaknya. Bahkan sangat minim kesalahan karena mekanisme yang ia ciptakan.

Siapa lagi kalua bukan penemunya Chuck Hull yang menciptakan model dari 3D printing sederhana pada laboratoriumnya di tahun 1980. 3D printing yang ia buat tersebut berada di bawah lembaga 3D Systems Corp. Setelah itu, semakin banyak 3D printing yang berkembang dan kini telah coba diterapkan oleh industri besar.

Ada banyak industri yang kemudian akan berkembang dalam proses penggunaan 3D printing. Di era Industri 4.0 ada banyak bidang yang mengalami transformasi dengan sangat cepat. Mulai dari otomotif, medis, fesyen, bioteknologi hingga arsitektur.

Proses rumit, ketelitian tinggi, dan memakan waktu lama seakan bisa dipangkas dengan penerapan 3D printing. Sehingga jadi lebih mudah dalam menghemat waktu dan bahan.

Serta material bahan yang digunakan ada sebanyak 10 material yang disesuaikan dengan produk yang dirancang. Untuk bahan yang paling sering digunakan ialah Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS) serta Polytactic Acid (PLA).

Bahan ini mudah digunakan karena proses pemanasannya yang cepat, bisa didaur ulang, dan tentunya ramah lingkungan. Bahan baku tersebut bisa disesuaikan dengan warna produk yang dicetak atau bahkan proses pengecatan bisa dilakukan secara manual setelahnya.

Indonesia dan krisis pengadaan rumah layak huni
Saat ini sendiri ada sebanyak 3 juta penduduk yang belum memiliki rumah layak huni yang disesuaikan dengan standar pemerintah. Dalam hal ini, yang menjadi tugas KemenPUPR agar masyarakat bisa punya rumah yang aman ditempati.

Banyak standar yang dikedepankan di dalamnya, mulai dari keselamatan, kesehatan luas minimum, dan pastinya nilai keindahan di dalamnya. Ada banyak pemilik rumah yang kurang peduli dan bahkan kesulitan dana dalam proses mewujudkannya.

Pemerintah mencari cara dalam proses pembangunan rumah yang makin bertambah jumlahnya. Target yang mereka tetapkan juga sangat besar yaitu 1 juta unit setiap tahunnya dalam menampung masyarakat.

Jelas butuh dana besar, lahan yang luas, waktu yang panjang dan pastinya pekerja sangat banyak. Sangat menekan kas negara yang kini sering kali digunakan dalam berhemat. Salah satu pilihannya adalah dengan membangun rumah menggunakan teknologi 3D printing.

Mulai dari menekan jumlah pekerja dan bahkan waktu lebih cepat, modal paling besar hanyalah alat printer 3D dan kemampuan mengoperasinya secara optimal. Jumlah pekerja bisa ditekan dan otomatis lebih efisien, akan lebih banyak rumah yang bisa dibangun oleh pemerintah.

Cara kerja dari 3D printing menggunakan konsep AI yang sudah terprogram secara kompleks dalam software komputer. Pastinya yang tak mungkin ketinggalan adalah mesin printer yang siap mencetak setiap sisi rumah dari berupa wujud gambar 3D menjadi bangunan nyata.

Pemerintah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan penyedia 3D printing dalam penggarapan rumah. Jumlahnya pun jadi lebih banyak dan dengan proses lebih cepat. Artinya KemenPUPR bisa menekan biaya pembangunan rumah dan bisa menaikkan jumlah produksi rumah untuk masyarakat.

Mimpi memiliki rumah pun jadi lebih mudah dan harganya lebih murah, artinya siapa saja, baik warga miskin, milenial dan bahkan tuna wisma mendapatkan kelayakan hidup. Suasana kumuh dan semrawut berubah jadi bentuk rumah layak sesuai standar pemerintah.

3D Printing di bidang perumahan
Kini hanya butuh waktu singkat dalam proses pengerjaan, hanya memakan waktu kurang dari 24 jam. Sebuah rumah layak huni dengan bentuk yang unik dan presisi berhasil berdiri. Mungkin dulunya butuh waktu berbulan-bulan si pemilik rumah dan banyak tukang yang siap membangun fondasi, mengaduk semen hingga menyusun bata rumah Anda.

Hadirnya teknologi 3D printing dinilai cukup baik dalam menekan biaya pembangunan yang sudah tidak masuk akal. Pemerintah pun bisa membantu dalam penyediaan rumah buat masyarakat.

Faktor pertama adalah kesehatan, rumah layak huni harus memiliki sisi kesehatan yang memadai. Ada banyak rumah yang tidak aman dan sehat dari berbagai bencana. 

Mulai dari letaknya yang mudah terkena banjir, dekat lokasi TPS, udara sehat hingga pencahayaan yang cukup baik. Tak hanya itu saja, ketersediaan listrik, air bersih dan akses jalan yang memudahkan proses. Artinya rumah tersebut tidak membuat penghuninya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

Faktor ketahanan dan keamanan rumah, konstruksi yang dibangun harus layak dari berbagai bencana alam. Apalagi di Indonesia, sebagian besar masyarakat hidup di cincin api (ring of fire).

Sangat mungkin terjadi gempa dengan magnitudo besar yang bersifat destruktif. Selain itu harus diperhatikan juga kemiringan atap yang sesuai dengan bahan penutup digunakan. Menghindari bocor dan rembesan air saat hujan deras. Tingkat kebocoran yang perlu diperhatikan adalah >20% dari total luas atap rumah.

Lanjut pada bagian lantai, harus terbuat dari material yang mudah dibersihkan. Dalam kata lain tidak gampang lembab, kuat dan mampu menahan beban barang yang ada di rumah. 

Serta tidak kopong pada bagian tertentu. Nantinya dinding dirancang dengan sedemikian rupa mampu menahan beban berat atap atau bahkan kala angina kencang menerpa. Pada bagian dalam kamar mandi juga haru memiliki ketinggian 1,5 meter dari lantai, supaya dindingnya awet dari sentuhan air setiap saat.

Faktor terakhir yang sering diabaikan yaitu keindahan dan kenyamanan, karena rumah ibarat surga kecil untuk beristirahat pemiliknya. Ada estetika di dalamnya, khususnya dari bentuk yang mengedepankan kearifan lokal di dalamnya. Sehingga pengguna nyaman dan tamu yang datang merasa senang datang ke rumah Anda.

Semua itu coba diwujudkan agar penduduk Indonesia yang belum memiliki rumah dapat punya rumah impiannya. Tak perlu besar, tapi nyaman dan aman di dalamnya. Proses pembuatan dan biaya bisa ditekan dengan teknologi. Inilah yang diharapkan oleh jutaan masyarakat. 

Dalam kurun waktu seharian, sebuah rumah idaman telah berdiri kokoh, dan esoknya Anda sudah bisa mengemasi barang-barang ke rumah baru. Semuanya hadir dari 3D Printing berbasis perumahan (housing). 

Mekanisme kerjanya sangat sederhana, berawal dari desain virtual dalam bentuk file CAD (Computer Aided Design). File tersebut kemudian menggunakan aplikasi 3D modeling dalam melakukan scanning objek yang ada menjadi sebuah bentuk nyata.

- Apakah rumah dari 3D Printing kokoh?
Pastinya setiap rumah yang dibangun harus memenuhi standar material dan konstruksi. Apalagi yang sifatnya dalam jumlah banyak. Material yang digunakan harus baik supaya tahan akan beragam bencana, sesuai dengan bencana sejumlah daerah di Indonesia.

Standar operasional harus disesuaikan sama layaknya rumah buatan tangan para tukang. Sehingga minimal bencana yang menimpa si pemilik rumah andai saja bencana datang.

Melihat mekanisme kerjai 3D Printing 
Pada proses membuat sebuah mahakarya dari 3D printing yaitu adalah dengan membuat modelling terlebih dahulu. Salah satu program yang wajib dipelajari adalah Auto CAD dan software animasi 3D.

Kemampuan wajib yang harus dipelajari dalam membuat sebuah model produk. Kita bisa menyesuaikan dengan ukuran, bentuk, warna hingga detail lainnya. Sebelum proses cetak dilakukan, kesalahan produksi bisa ditekan. Ibarat kita ingin mencetak sebuah dokumen, kita bisa melakukan print preview.

Proses yang paling ditunggu-tunggu adalah proses cetak, kita ingin melihat produk yang telah didesain. Lamanya sebuah produk tergantung dari ukuran dan kerumitannya. Terakhir adalah proses akhir, yaitu dalam proses kelayakan sebuah produk. Proses quality control yang dilakukan dengan melibatkan tangan manusia, salah satunya adalah proses ampelas.

- Bagaimana dengan desain yang lebih besar, seperti rumah?
Saat ini industri 3D printing sudah bisa melibatkan berbagai komponen yang lebih besar dan kompleks. Bukan hanya membuat mainan Robot Goddam saja tetapi rumah layak huni dengan susunan beton padat di dalamnya. 

Ukuran mesinnya jauh lebih besar dan menunjang proses percetakan dengan lebih besar. Ibarat mencetak es krim dengan tekstur dan bentuk presisi, kini dalam bentuk membangun rumah. Alat akan menyesuaikan dirinya sesuai bentuk awalnya dan operator hanya mengawasi proses percetakan hingga selesai.

Nasib para kuli di tengah gempuran kecerdasan buatan
Perubahan zaman seakan memberikan kejutan bagi siapa saja yang tak siap. Ia bisa saja tergusur atau bahkan jatuh ke jurang yang sangat dalam. Bukan hanya itu saja, mobil di masa depan akan mengandalkan banyak software di dalamnya.

Jadinya harus banyak pelatihan yang melibatkan dalam proses pengadaptasian dengan teknologi. Bahkan pekerjaan manusia jadi lebih mudah dan cerdas dalam bekerja dengan mesin.

Tak terkecuali para tukang atau kuli bangunan yang harus khawatir akan pekerjaannya tergantikan oleh teknologi. Salah satu caranya adalah dengan beradaptasi dan menjadi pribadi yang unik. 

Andai mereka menerapkan hal tersebut, tak perlu khawatir hadirnya teknologi. Para pekerja bisa belajar dan terampil, melihat bahwa AI bukanlah sebuah musuh tetapi lebih tepatnya sebagai teman dalam proyek yang sedang dilaksanakan. Otomatis para tukang dan pekerja tak harus mengeluarkan banyak keringat lagi.

Mereka kini lebih bekerja cerdas dibandingkan selalu identik dengan kerja keras. Kini saatnya jadi operator yang punya peran besar dalam pengoperasian alat 3D printing tersebut. Kemudian tinggal bagaimana caranya memanfaatkan AI dan IoT dalam menunjang pekerjaannya.

Teknologi 3D Printing Masih Punya Cela
Kemunculannya seakan memberikan warna baru dalam teknologi masa depan. Hanya saja setiap teknologi sering punya kekurangan dan bahkan punya sejumlah cela di dalamnya. Para ilmuwan mencoba memperbaiki kekurangan, sehingga akhirnya jadi teknologi yang sempurna dan efisien. 

Terlepas dari itu semua, teknologi itu belum familiar di masyarakat termasuk di Indonesia. Banyak yang skeptis hingga dianggap membahayakan sejumlah industri manufaktur di tanah air. Akibatnya belum banyak ditemui 3D printing dan bahkan dianggap barang mahal yang tak sebanding dengan hasilnya.

Sebagai contoh adalah, setiap mesin hanya bisa mencetak satu jenis material dan ini dinilai lamban. Meskipun sangat detail, tetap saja kurang efisien digunakan dalam skala besar. Alasan itulah mengapa 3D printing lebih layak digunakan secara eksklusif. Bahkan 3D printing bisa digunakan dalam aksi kriminal dan melawan hukum.

Misalnya, saja mencetak senjata hingga benda berbahaya lainnya yang sulit dibeli masyarakat. Mengingat nantinya 3D Printing akan mudah ditemukan layaknya printer biasa di setiap rumah.

Semua itu kembali ke fungsi, nilai praktis, dan pastinya edukasi si pengguna dalam menggunakan teknologi. Segala kepraktisan tersebut jadi cara baik dalam membantu manusia terhadap bentuk dan desain yang diinginkan. Salah satunya bisa punya rumah layak huni hanya dalam satu malam saja. 3D printing adalah jawabannya melalui masa depan.

Semoga postingan ini bermanfaat dan menambah pengetahuan, Have a Nice Day!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun