Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Edukasi 4.0, Cara Menyerap Ilmu di Era Sekarang

31 Agustus 2019   16:35 Diperbarui: 31 Agustus 2019   16:40 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: buscarfoto.com

Di awali oleh langkah Bangsa Portugis yang penuh dengan ambisi besar, nusantara bak tanah empuk dalam mendapatkan rempah-rempah. Meski begitu mereka tak lupa juga mengenalkan pendidikan pada bangsa pribumi. Salah satunya dengan mendirikan sekolah yang memberikan pendidikan baca dan tulis, sekaligus menyebarkan agama Katolik. Sekolah saat hanya bisa didapatkan pada kalangan bangsawan saja.

Zaman pun beralih dengan sangat cepat, Belanda pun datang dan Portugis cukup banyak mengalami kekalahan dan masyarakat pribumi serta Belanda. Mau tak mau mereka harus angkat kaki dari tanah air. Abad 18 jadi era kejayaan Belanda di Nusantara. 

Saat itulah Belanda membangun banyak sekolah di nusantara, terhitung ada 20 sekolah, dari ibukota keresidenan. Para murid hanya harus berasal dari keluarga kerajaan atau bangsawan saja, sedangkan rakyat jelata tidak mendapatkan pendidikan serupa.

Kemudian di akhir tahun 1942, invasi Jepang di Asia Tenggara dan Belanda harus memberikan kekuasaannya pada Jepang. Saat itu pendidikan di Indonesia lebih setara tanpa mengenal latar belakangnya. Masyarakat biasa bisa mengecap dunia pendidikan dan tahu baca tulis kala itu. Hingga akhirnya di tahun 1945 Indonesia mengecap kemerdekaan dan jadi negara yang berdaulat. 

Saat itulah kurikulum pendidikan dibangun. Tujuannya mengentaskan buta huruf kala itu, saat itu pendidikan masih dilakukan secara satu arah saja. Pendidikan masih sangat menitikberatkan guru sebagai pusat pengetahuan dan buku pelajaran sumber materi. Cara ini lebih dikenal dengan Pendidikan 1.0.

Lebih dari lima dasawarsa, penetrasi internet mulai dikenal oleh sebagian masyarakat. Tepatnya di awal tahun 2000-an. Model Edukasi 1.0 sudah kurang relevan, lahirlah konsep Edukasi 2.0. Peran Pendidikan tidak sepenuhnya pada guru, tapi juga tukar pikiran dengan siswa. Interaksi lebih luas, bisa guru dengan murid, murid dengan murid lainnya serta murid dengan ahlinya.

Sekolah mulai memiliki gedung bukan hanya ruang sekolah saja. Pembangunan seperti laboratorium dan jaringan komputer sekolah jadi awal perubahan itu. Saat itulah siswa mulai mengenal praktik dan mencari tahu pengetahuan lebih luas lagi dengan internet. Saat itu siswa mungkin sudah mencari tahu segala info, bisa saja melalui Wikipedia atau website pembelajaran lainnya.

Tahun 2010 jadi era baru di dunia pendidikan, model baru dalam belajar diterapkan yaitu edukasi 3.0. Proses belajar bukan hanya dengan guru saja tapi sudah bersifat kolaborasi dan saling mencari tahu. Pengajar pun datang dari tenaga profesional dan orang yang ahli di bidangnya. Dengan begitu ilmu pengetahuan tersebut lebih mudah diarahkan pada peserta didik, sekaligus melihat bakat si anak ke depan.

Terobosan paling terasa adalah lahirnya repositori yang memuat konten pendidikan secara digital. Ia bisa mengaksesnya kapan saja dan di mana saja. Proses pembelajaran jadi lebih fleksibel dan terarah sesuai keinginan peserta didik. 

Misalnya saja Pustekkom yang sudah membangun konten belajar berbasis Pendidikan bernama Rumah Belajar, Quipper, Ruang Guru hingga Zenius. Para pembuat atau pengguna konten pun bisa saja berasal dari pelajar. Jadinya para pelajar lebih aktif dan interaktif dalam menerapkan ilmunya rasa ingin tahunya.

Memasuki era selanjutnya yaitu tepatnya di tahun 2018, arah pendidikan berubah dengan sangat cepat dibandingkan sebelumnya. Lahirlah Konsep Edukasi 4.0 yang mengedepankan fleksibilitas dan kreativitas. Proses pembelajaran pun tak jarang bidang dilakukan secara jarak jauh (Tele Learning). Konsep utama yang diterapkan pada Edukasi 4.0 mengedepankan enam hal utama yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun