Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Krueng Daroy, Bukti Cinta Raja pada Permaisuri Tercinta

1 Agustus 2019   13:30 Diperbarui: 1 Agustus 2019   13:47 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokpri
dokpri
Menjadi perhatian dan kekesalan saya adalah sampah yang berasal dari hulu Krueng Daroy, meskipun masyarakat sebelumnya di lokasi sudah dilakukan revitalisasi dan sosialisasi terhadap sampah di bantaran kali. Mengakali itu semua, dibuatlah proses penyaringan air supaya aliran sampah tidak sampai masuk ke dalam kompleks Taman Putroe Phang.

Pemkot Banda Aceh memutar otak dan ingin mengubah wajah bantaran sungai, sekaligus menghidupkan destinasi penuh sejarah. Menata kembali menjadi Ruang Terbuka Hijau dan pedestrian di sepanjang Krueng Daroy. Pemkot pun bekerja sama dengan masyarakat dalam membangun aliran sungai yang bersih dan segar seperti dulu kala.

Dalam mewujudkan program tersebut, dilakukan proses penataan ulang. Salah satunya bekerja sama dalam penerapan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Program tersebut didorong secara langsung digandengn oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama pemkot Banda Aceh.

Salah satunya proses revitalisasi dan normalisasi sepanjang bantaran Krueng Daroy, luasnya mencapai 38,26 hektar, terbagi pada lima Gampong/Kelurahan yaitu Neusu Jaya, Neusu Aceh, Sukaramai, Seutui hingga Lamlagang. Program ini akan terus berkelanjutan hingga ke sumber mata air, sekaligus membangun bantaran kali yang bebas limbah dan menghidupkan lokasi wisata baru.

Kerja keras selama 10 bulan semenjak awal tahun 2018 berbuah hasil, lokasi bantaran disulap menjadi daerah pedestrian modern. Dan di awal tahun 2019 menjadi momen bersejarah tersebut setelah proses revitalisasi dan normalisasi berlangsung. Bukan hanya itu saja, di sepanjang Krueng Daroy akan dilakukan proses pengerukan menghindari pendangkalan. Apalagi debit air dari Krueng Daroy hingga ke Taman Putroe Phang sering kering kala musim kemarau tiba.

Menata Krueng Daroy, Membangkitkan Sejarah Koetaradja
Mungkin stigma kita sering menganggap masyarakat di bantaran kali identik dengan masyarakat ekonomi lemah dan kumuh. Lahirnya pemukiman kumuh jadi masalah di perkotaan kini, melalui pemkot Banda Aceh mencoba dengan mengubah perilaku masyarakat bantaran. Mulai dari mengubah kebiasaan membuang sampah dan limbah ke sungai, solusi ini akan mengubah penampilan baru Krueng Daroy.

dokpri
dokpri
Pengalaman saya pertama sekali datang ke Taman pedestrian Krueng Daroy. Dahulunya bantaran sungai tidak punya akses masuk, hanyalah jalan setapak saja. Setahun terakhir pembangunan berlangsung mulai dari Jembatan Taman Putroe Phang di Jalan Nyak Adam Kamil, Peuniti hingga Jembatan Seulawah di Jalan Sultan Alaidin Johansyah, Neusu membuahkan hasil. Proses pembangunan pedestrian dikerjakan sepanjang 1,7 km, termasuk tiga jembatan penyebrangan hidrolik bernuansa klasik.

Kala itu saya memilih siang hari yang terik, mengingat sore dan malam hari bukan waktu ideal dalam mengabadikan gambar. Melihat segala sarana yang telah ada, lokasi ini jadi lokasi baru favorit para mengabadikan gambar atau berswafoto. Mengabadikan setiap momen bak di negeri dongeng. Daerah dulunya yang jadi lokasi ratu dan dayang-dayang kembali bersolek seperti dulu. Sekaligus mengingatkan kembali sejarah panjang Krueng Daroy.

Mata terpana dengan gerbang beton raksasa menyerupai figura dengan ukiran khas Aceh. Ada banyak batu bulat berukuran besar dicor yang tersusun rapi, memberikan kesan minimalis dan lebih hidup kepada siapa saja yang melihatnya. Dulunya hanya jalan setapak dan belakang perumahan kumuh. Kini disulap menjadi pedestrian indah. Ada banyak Balkon berbahan kayu dengan pagar pembatas bertujuan melindungi para pengunjung.

Saya pun juga menyempatkan diri kala malam hari untuk datang ke sana. Lokasi yang dulunya sangat angker dan gelap tanpa penerangan sedikit pun. Kini jadi lokasi yang menarik bahkan untuk nongkrong. Kala itu jam sudah menunjukkan dini hari, sembari mengabadikan gambar kala malam hari. Anda tak perlu takut ada orang jahat  atau tindakan kriminal karena lokasi tetap aman dan nyaman kapan pun itu.

Sudah ada sebanyak 132 lampu LED penerangan yang berfungsi kala hari gelap yang bekerja secara otomatis. Menggunakan panel surya tersebut mampu menghemat energi beban daya di Kota Banda Aceh. Ini dianggap mengenalkan energi alternatif ramah lingkungan dalam membangun wisata baru di Banda Aceh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun