Namun beda halnya dengan Krueng Daroy, hanya aliran mata air pegunungan yakni Mata Ie. Barulah saat masa Kesultanan Iskandar Muda dibangun sedemikian dan diperuntukkan buat kalangan kerajaan. Meski begitu, keindahan dan kesejukan air Krueng Daroy berhasil digambarkan salah satunya dari lantunan lagu Rafly Kande dalam petikan lirik lagunya:
Ie Krueng Daroy jeut keu seujarah
Bak Putroe Kamaliah manoe meu upa
Iskandar Muda geukuh krueng nyan
Tempat meuseunang putroe di raya
Iskandar Muda geukuh krueng nyan
Tempat meuseunang hai raja di raja
Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, proses Sungai Krueng Daroy dibangun menggunakan kanal kokoh. Kelak di sana tempat sang ratu dan dayang-dayang mandi di sana. Mengitari taman yang di dalamnya terdapat Pinto Khop, Â gerbang kecil berbentuk kubah terlihat bak bangunan di tengah telaga buatan. Di situlah lokasi sang permaisuri berenang bersama para dayang-dayang, Pinto Khop jadi lokasi beristirahat sembari membasuh rambut dengan wewangian khas Bungong Jeumpa dan Seulanga.
Kisah cinta Sultan dan Ratu begitu awet dalam lintas masa, kenangan dan kejayaannya tetap harum saat era kejayaan Aceh tempo dulu. Peninggalan kompleks Ratu Putroe Phang masih terawat hingga saat ini, menjadi lokasi sejuk melepas penat perkotaan. Pemkot Banda Aceh menjadikan lokasi ini sebagai Ruang Terbuka Hijau di tengah jantung kota. Luasnya mencapai 2,42 Hektar dengan sebuah danau buatan dan rimbunan pepohonan ada di sana. Ada banyak tempat yang bisa dipilih para pengunjung saat datang ke sana, mulai dari aksi pagelaran seni, lokasi mengabadikan momen hingga lokasi piknik di dalam kota.
Menjernihkan Krueng Daroy Seperti Sediakala
Permasalahan permukiman kumuh berbanding lurus dengan pencemaran lingkungan khusus di sepanjang taman dialiri Krueng Daroy. Airnya tak lagi sejernih dahulu masa kerajaan, sumber Mata Ie sudah banyak bercampur dengan limbah buang rumah tangga. Permukiman kumuh tumbuh subur bantaran kali, sampah dan bau menyengat jadi pemandangan yang lazim terlihat di sepanjang Krueng Daroy.
Kisah cinta romantis dan aliran Krueng Daroy nan jernih tidak tergambar lagi. Bantaran kali tak seperti dulu lagi, ia bukan lagi kompleks kerajaan tapi situs sejarah. Bangunan era Kesultanan Aceh masih berdiri gagah tanpa berubah oleh zaman. Hanya saja bantaran Krueng Daroy kini jadi bantaran kali yang penuh dengan limbah dan sampah. Kadang sesekali terlihat warga membuang sampah tanpa rasa bersalah dan jamban yang mengarah ke sungai.