Hari pun beranjak sore, terlihat dari kejauhan si anak datang dan memanggil si bapak.
Pak,... di suruh pulang sama ibu, jangan asik duduk manja di kedai kopi.
Kata-kata itu seakan bak petir yang menyambar....
Iya nak, dan secepat kilat si bapak pulang sambil memegang tangan si anak untuk beranjak pulang. Kemesraan kedai kopi kadang buat pengunjungnya lupa waktu hingga anak istri sudi kiranya datang ke situ.
Kedai kopi juga jadi sejumlah inspirasi lahir, ia bak sebuah tempat ramai namun dalam konteks dimensi berbeda. Saling memikirkan dan merenungkan apa yang harus dilakukan nanti. Tak heran begitu banyak penikmat kopi adalah pemikir ulang, merehatkan pikiran sejenak untuk ide besar.
Itulah berbagai hiruk-pikuk kedai kopi, ia bak pelepas dahaga dan pemberi tenaga. Selepas keluar dari sana ada satu hal yang terpikir
Waduh...? janji ketemuan dengan si dia kok bisa lupa!!!
Mati aku, diriku ini tak ada bedanya dengan bapak tadi!!
Itulah kekuatan yang ditularkan oleh kedai kopi dan jangan sampai janji yang batal terulang kembali.