Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Social Climber" dan Jebakan Hidup

22 Oktober 2017   16:23 Diperbarui: 22 Oktober 2017   16:38 4889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: viva.co.id

Hayo... siapa di sini yang setiap harinya melihat orang di dekatnya doyan pamer segala aktivitasnya?

Hati-hati, Anda bisa jadi termasuk kalangan Social Climber atau kaum panjat sosial. Sesuatu yang sedang marak akhir-akhir ini. Sering kali Anda menemukan di media sosial dari teman-teman dekat yang sebenarnya tidak mampu mendapatkan atau yang ia beli. Mulai dari liburan ke tempat indah, nongkrong di tempat mahal, gadget atau mobil dan lainnya. 

Namun bila dilihat secara nyata, pendapatan mereka tak jauh beda dengan Anda. Mengapa sih mereka bisa seperti?

Bisa jadi para teman-temanmu sudah terjerumus dalam model kaum panjat sosial. Media sosial saat ini jadi cerminan dari hidup kita sebenarnya, mulai dari postingan dan ciutannya.

Menurut Leon Festinger pada tahun, 1954 ia memperkenalkan teori perbandingan sosial. Dalam teori itu kita sering membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain yang lebih baik dari kita. Satu sisi mampu memotivasi kita menjadi lebih baik disebut dengan upword comparison.

Namun tak jarang malah jadi bumerang bagi diri kita sendiri andai tak terwujud seperti yang diidolakan. Akan muncul perasaan negatif dari dalam benak yang disebut dengan downword comparison.Akibatnya banyak orang yang mengambil jalan pintas seperti kaum panjat sosial.

Bagi kaum panjat sosial, status sosial hal yang paling menarik bagi kita salah satu mengukur status sosial dengan konsumsi. Kita akan lebih percaya diri dengan apa yang berhasil kita beli namun sebaliknya akan minder bila tak mampu dibeli. Kondisi ini disebut dengan conspicuous consumption yaitu kondisi untuk pamer.

Begitu banyak orang-orang yang membelanjakan uang hasil kerja kerasnya hanya untuk membelanjakan barang mewah. Cara ini dianggap sebagai bentuk kekuatan ekonominya secara terang-terangan kepada sekitar. Konsep inilah yang saat ini banyak dianut oleh kaum panjat sosial.

Paling ngenes adalah mereka yang konsumsi untuk pamer agar tak dipandang sebelah mata atau sebagai kesenangan bentuk hedonisme. Buruknya sifat ini yaitu mengabaikan membeli penting dan memprioritaskan membeli yang tak penting.

Sebenarnya apa itu kaum panjat sosial?

Kaum yang menggunakan segala cara untuk bisa naik status sosial lebih tinggi dan mendapatkan pujian dari sekitar atas statusnya tersebut. Caranya dengan menutupi ketidakmampuan dan kekurangan dalam hidupnya melalui gaya hidup hedon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun