Budaya Lokal Yang Terus Menghilang Akibat Era Modernisasi Dan Beberapa Solusi Untuk Menghidupkannya Kembali
Oleh:
Muhammad Iqbal Salman Al Farisy
123241002
Bahasa Dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga
Halo, perkenalkan aku Muhammad Iqbal Salman Al Farisy, aku juga bisa dipanggil dengan Iqbal. Aku adalah salah satu mahasiswa baru tahun 2024 yang sedang melanjutkan masa studi ku di Universitas Airlangga, tepatnya di program studi Bahasa dan Sastra Inggris. Menurutku, di era digital atau modernisasi ini banyak sekali manfaatnya yang dapat kita ambil untuk kehidupan kita. Contohnya, kita dapat dengan mudah mencari informasi hanya melalui telepon genggam (gawai), mempercepat kinerja manusia, memudahkan segala kepentingan dalam kehidupan dan masih banyak lagi tentunya yang dapat kita ambil dari era modernisasi ini.
Tapi sebelum menginjak ke penjelasan berikutnya, apakah kalian tau definisi dari modernsasi itu? Ada beberapa pendapat dari para ahli yang bisa kita dapatkan, menurut Soerjono Soekanto modernisasi adalah perubaham sosial yang terarah berdasarkan pada perencanaan (social planning). Dan menurut Widjojo Nitisantro mengatakan modernisasi mencakup transformasi total dari kehidupan tradisional atau permodernan dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis (tim CNN Indonesia, 2023).
Di era modernisasi ini, pasti sangat banyak memiliki perubahan di berbagai sektor, salah satunya yakni di sektor pendidikan Indonesia. Seperti dulu pendidikan hanya bisa didapat di sekolah saja, tetapi di era saat ini pendidikan bisa didapat dari sumber dimana saja, contohnya: kursus online, bimbel/les belajar online yang ada di berbagai aplikasi, dan berbagai platform lainnya, seperti YoTube, Instagram, Tiktok, dan lain sebagainya. Pendidikan sangat mudah didapat dan dicari pada saat ini, mengingat salah satu manfaat adanya modernisasi yakni kita bisa dengan mudah mendapatkan informasi dari manapun.
Tetapi, dengan adanya modernisasi ini, juga memiliki side effect (efek samping) yang dapat kita rasakan, terutama bagi kaum pelajar dan mahasiswa. Â Pemerintah telah mengeluarkan UU yang mengatur tentang pentingnya kita sebagai warga negara Indonesia yang berperan penting dalam menjaga kebudayaan lokal, yakni tertera pada UU No. 5 Tahun 2017. Tetapi yang sudah kita tau, Gen Z dan Gen Alpha yang hidup pada saat ini yang sedang mengenyam pendidikan adalah generasi penerus bangsa dan banyak dari mereka kurang mendukung untuk adanya pergerakan pelestarian kearifan lokal. Adapun beberapa contoh gejala sosial di sektor pendidikan terhadap budaya kearifan lokal di kalangan pelajar dan mahasiswa yakni:
Para pelajar diwajibkan menggunakan pakaian batik pada waktu tertentu
Tak jarang dari mereka yang tergerus dengan pendidikan dan budaya dari luar negeri dan mengikutinya. Dan beberapa dari mereka malu untuk menerapkan kearifan lokal di lingkungan pendidikan dan merasa lebih suka dengan fashion luar, seperti contohnya sudah jarang dari mereka yang bangga akan keberadaan batik di lingkungan sekolah. Nah dengan adanya kejadian tersebut, beberapa sekolah menerapkan program kegiatan kearifan lokal di sektor pendidikan, seperti: Memakai baju batik atau baju adat dari daerah asal yang dikenakan pada saat waktu tertentu, seperti: Hari Pahlawan, Hari Kartini, Hari Batik dan hari-hari Nasional lainnya. Dengan adanya program tersebut, diharapkan anak-anak di Indonesia secara langsung maupun tidak langsung, dapat mengenali dan mencintai pakaian adat dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia.