Kunjungan wisatawan mancanegara ke berbagai destinasi wisata di Indonesia selalu dianggap sebagai salah satu tulang punggung bagi perekonomian Indonesia.Â
Adanya pandemi Covid-19, sangat memukul industri yang menyerap setidaknya 13 juta tenaga kerja dan menghasilkan devisa 280 triliun rupiah pada tahun 2019 tersebut.Â
Dibandingkan sektor lainnya, industri yang memiliki karakteristik adanya perjalanan dan kontak antar manusia tersebut merupakan industri yang terdampak paling parah.Â
Akibatnya, kerugian materiil merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh sejumlah usaha perjalanan dan pariwisata, baik yang konvensional maupun yang berbasis internet.Â
Hingga 25 Mei 2020, jumlah penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia secara keseluruhan belum menunjukkan adanya tren penurunan dalam kurun 2 pekan ke belakang. Beberapa provinsi masih menunjukkan peningkatan jumlah kasus positif, salah satunya Jawa Timur.Â
Meski demikian, beberapa provinsi mulai menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah kasus positif Covid-19. Namun demikian, jumlah kasus positif tersebut masih perlu diperjelas lagi, mengingat jumlah test yang telah dilakukan per provinsi tidaklah sama. Secara keseluruhan, Indonesia masih harus berjuang keras untuk flatten the curve.
Sejumlah negara seperti Tiongkok dan Korea Selatan yang telah lebih dahulu mengkonfirmasi adanya penyebaran Covid-19, kini telah berhasil menekan jumlah penyebaran di negaranya.Â
Aktivitas pariwisata di negara tersebut yang hampir lumpuh total sejak bulan Februari yang lalu, kini mulai menunjukkan geliatnya kembali. Misalnya, Tiongkok yang sukses mengengendalikan wabah di Wuhan, telah membuka kembali sejumlah objek wisata di negara tersebut.Â
The Great Wall adalah salah satunya. Berbagai moda transportasi antar kota di Tiongkok pun juga kembali beroperasi dengan mengimplementasikan sejumlah protokol kesehatan dan keselamatan perjalanan.
Hal serupa juga terjadi di berbagai negara di dunia, terutama mereka yang dalam dua pekan terakhir berhasil mengendalikan penyebaran virus di negaranya.Â
Mereka mulai berinisiatif untuk membuka kembali aktivitas perjalanan dan pariwisata. Untuk merealisasikannya, sejumlah negara tersebut kemudian membentuk travel bubble.Â