Mohon tunggu...
Iqbal Pradana Rizqi Abdillah
Iqbal Pradana Rizqi Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Seonggok daging yang berusaha berguna untuk keluarga dan sekitar

Saya adalah apa yang anda pikirkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Akhir Tahun 2020

31 Desember 2020   11:27 Diperbarui: 31 Desember 2020   11:46 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai juga di penghujung Tahun 2020 setelah 365 hari saya lalui, dengan rutinitas yang tetap sama dari hari ke harinya. Banyak sekali kejutan yang ada selama satu tahun ini, mawar hitam yang berceceran, awan hitam yang selalu mengiringi langkah saya. Maaf, bukan niat untuk mengkambing hitamkan Tahun 2020 ini dengan segala kelokan hidup yang saya alami,  kalimat yang lebih sederhananya yaitu, Tahun 2020 untuk saya dan dua orang kawan saya, adalah tahun kenestapaan.

Maaf, jika tulisan ini lebih terkesan menyalahkan, dan menjadikan Tahun 2020 sebagai kambing hitam, sebagai lubang masalah dari berbagai permasalahan yang terjadi. Bukan tanpa sebab, memalui tulisan ini, saya hanya ingin berbagi cerita tentang apa saja yang saya dan dua kawan saya alami, juga barang kali ada yang bisa dijadikan bekal dan juga menjadi bahan pondasi untuk kalian agar 'rancangan bangunan' kalian bisa terealisasi nan kokoh.

Tentang luka-liku kehidupan saya yang masih belum bisa ditambal secara utuh untuk semua lubang-lubangnya. Kemudian, perihal kasmaran, yang sebelumnya pernah saya jalin selama dua tahun dan hampir sampai setengah jalan, meskipun akhirnya buyar seketika. Cerita cinta lima tahun lamanya yang kawan saya jalani rubuh begitu saja, juga sukarnya mencari labuan hati yang selama ini dicari oleh kawan saya. Inilah Catatan Akhir Tahun menurut kami bertiga yang menjadi "musibah" dan itu terjadi di Tahun 2020.

Tentang luka-liku kehidupan saya yang masih belum bisa ditambal secara utuh
Meskipun memang problema kehidupan yang saya alami ini adalah problem yang masih menjadi PR dari tahun ke tahunnya, khusus di Tahun 2020 ini, untuk hal itu saya tidak bisa berbuat banyak, bahkan seolah merasa lubang itu malah agak sedikit menjadi besar. Di tahun ini PR itu tidak bisa saya kerjakan sama sekali.

Perihal kasmaran yang saya jalin selama 2 tahun dengan berjuta niatan
Saya menjalin cinta dengan seorang wanita asal Jatinangor dari tahun 2018 sampai 2019, dalam kurun waktu dua tahun kami berdua bisa berjalan bersama, berpegangan tangan dengan erat, melewati semua bukit-bukit yang bisa saja jika kami berdua tidak bisa mendaki bukit itu, kisah kami tumbang. Dua tahun sudah cukup untuk kami berdua memahami karakter masing-masing, dan begitu memasuki tiga bulan awal di Tahun 2020, kami berdua memantapkan untuk "saling mengikat". Layaknya dua sejoli yang akan melakukan pertunangan, kami melengkapi hal-hal yang dibutuhkan dan juga "benda simbolis". Tapi, akhirnya semua itu buyar, kesalahan-kesalahan yang ada pada diri saya mungkin adalah penyebabnya, dan untuk semua yang kita lalui selama dua tahun ternyata kalah oleh Tahun 2020.

Cerita cinta lima tahun lamanya yang rubuh begitu saja
Ini adalah sepenggal kisah satu dari dua kawan yang saya sebutkan. Cerita cinta yang dia jalani lima tahun lamanya, lebih lama dari saya, dan saya yakin bahwa pastinya sudah lebih sering mereka mengalami ombak yang ada dihamparan samudera cinta. Terbayang? Jika saya saja yang hanya 730 hari saja kalah beitu saja, mereka berbagi cerita 1825 hari lamanya. Meskipun penyebabnya hanya karena satu alasan yang tidak masuk akal untuk ukuran logika seorang manusia, dan lima tahun mereka kalah oleh satu tahun saja, iya, Tahun 2020.

Sukarnya mencari labuan hati
Kisah ini yang dialami oleh kawan saya lainnya. Selama satu tahun penuh dia berlayar dan mencoba mencari labuan, tapi tidak kunjung jua labuan itu ada, sejauh mata memandang hanya oasis saja rupanya. Semangatnya dia dalam selama 365 hari mencari cinta, sering kali dia bertemu dengan berbagai wanita, tetapi selalu tumpul begitu saja, entah apa yang salah, cara pendekatannya, atau apapun itu, Tahun 2020 adalah ladang kekeringan.

Pandemi Covid-19 monster, dan ilusi yang nyata
Adanya pandemic covid-19 yang seketika terjadi di seluruh dunia adalah "musibah" yang nyata untuk kita semua. Tidak hanya di Indonesia tapi, di seluruh negara terkena virus tersebut. Virus yang sampai berimbas dengan perekonomian suatu negara. Pandemi covid 19 monster, dan ilusi yang nyata, kenapa? Maaf, ini pandangan saya pribadi, tentang virus yang sampai penghujung tahun saja masih belum bisa terselesaikan, dan bisa merubah kebiasaan semua manusia-manusia yang hidup di dalam bumi, seperti ilusi, seperti tidak nyata, tapi, virusnya memang ada. Pandemi ini juga dating seperti meteor yang besar jatuh ke bumi dengan cepat, setelah itu mengubah semuanya di Tahun 2020.

Baik saya, dua kawan saya, dan juga kalian semua pasti mengalami hal-hal yang tidak pernah ada dalam perkiraan sebelumnya, tidak masuk dalam daftar antrean, tapi tiba-tiba saja ada dan membuat rusak semua rencana, rancangan yang sudah dibuat dengan sangat rapi. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup, satu jam kemudian, esok, atau lusa. Tapi, yang pasti hidup harus tetap berjalan. Memang tidak sepenuhnya disepanjang hari dalam 2020 diselmuti kabut. Pasti, ada juga mega yang menghampiri kita, memberikan infusan semangat kedalam diri kita untuk tetap melanjutkan langkah ini.

Kepada Tahun 2020 saya mengaku kalah, menyerah untuk segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun