Mohon tunggu...
Iqbal Nur Hasyim
Iqbal Nur Hasyim Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Taruna Politeknik Keseamatan Transportasi Jalan Tegal

lahir di semarang 07 Juli 2003, hobi menulis, membaca, email : iqbalnurhasyim173@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Indonesia Calling" Gelora Kemerdekaan Indonesia di Tanah Australia

26 November 2022   10:38 Diperbarui: 27 November 2022   14:04 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin dari para pembaca, hanya sebagian orang yang sudah familiar dengan film sejarah bertajuk "Indonesia calling, film yang pembuatannya melenceng dari tujuan awal yaitu membuat film tentang kebaikan Belanda mebebaskan Indonesia dari cengkraman Jepang, namun oleh sutradaranya dibuatlah film yang berkisah tentang anti Belanda oleh para buruh dari berbagai bangsa. 

Di balik alasan kurang familiarnya film ini tidak lain yaitu karena, terdapat prespektif yang melekat pada film ini, yaitu sebagai film beraliran kiri.  Menyisihkan itu semua, film ini merupakan film dokumenter yang dianggap sebagai film yang mengisahkan tentang solidaritas dekolonisiasi perserikatan buruh lintas bangsa yang pertama kalinya. Namun kali ini saya mengajak para pembaca untuk mengambil sepincuk nilai - nilai kebangsaan dari 23 menit film Indonesia Calling. Bagaimana kegigihan dalam balutan rasa persamaan yang menyatukan menjadi sebuah aksi nyata menyerukan suara lantang kebebasan, kemerdekaan, dan menolak penindasan di dunia. Film ini menceritakan kisah pemboikotan kapal Belanda yang bersandar di pelabuhan Australia oleh para pekerja pelabuhan Indonesia, Australia, India serta Cina. Karena dibalik klaim Belanda dengan menyatakan bahwa kapal -- kapal tersebut digunakan mengangkut obat dan makanan sebagai bantuan kemanusiaan, namun nyatanya kapal --kapal tersebut berisikan pebekalan senjata dan amunisi, dengan tujuan untuk menguasai kembali Indonesia setelah kekalahan Jepang di PD II.

Dikisahkan dalam film  ini diawali dengan gambar sebuah peta dunia yang di dalamnya memuat diantaranya yaitu wilayah Negara Indonesia dan Australia, Negara yang terhubung dengan jalur perdagangan dan penemuan, namun dikaenakan perang dunia kala itu maka terputuslah jalur laut di antara kedua Negara ini. Namun setelah berlangsungnya perang itu maka jalur laut dan kerjasama antara dua wilayah tersebut terhubng kembali. Ditengah ramainya pelabuhan dengan ucapan selamat jalan dari para teman dan kekasih mengiringi  Diceritakan di salah satu hari pada bulan Oktober, bahwa saat itu terdapat salah satu kapal yang akan berlayar, yaitu Esperance Bay. 

Kapal yang mengangkut sebanyak 1400 orang Indonesia yang akan berlayar menuju Jawa untuk meninggalkan Australia, ibarat mendapatkan tameng anti peluru, mereka yang berada di dalamnya sudah mendapat jaminan untuk tidak akan mendara di pelabuhan yang dikuasai Belanda oleh pemerintah Australia. Sebelum pembeangkatan tersebut EV Elliot mewakili gabungan perserikatan buruh pelaut austalia, menyerahkan sebuah bendera merah putih sebagai symbol dukungan mereka terhadap para pejuang - pejuangan kemerdekaan Indonesia di Australia kala itu. Hal tersebut  disambut sorak gembira dan suara Indonesia merdeka berulang kali oleh para buruh pekerja Indonesia di sana. Kemudian selain kisah salah satu kapal yang akan berlayar maka terdapat kisan beberapa kapal yang tidak berayar, dan dari sinilah awal kisah film ini di mulai.

Berawal dari bangsa Indonesia yang mulai berdatangan ke Australia, terbentuklah keakraban dan keharmonisan di antara bangsa Indonesia dan orang asli Australia. Bertahun tahun tinggal sebahgai tetangga, teman dan sesama penduduk di Australia, namun selain menjalankan kehidupan normal di Australia, terdapat sebuah angan yang selalu terbayang oleh para warga Indonesia di sana yaitu bagaimana menjalani kehiduan di kampung halaman mereka, sesuatu yang belum bisa mereka miliki, sesuatu yang selalu di perjuangkan, yaitu kemerdekaan.

Lalu siapakah sebenarnya para pekerja buruh ataupun pelaut Indonesia yang ada di Australia tersebut, mereka adalah tahanan politik Belanda yang semula di asingkan ke Digul, Papua karena dianggap menentang ataupun memberontak pada pemerintah kolonial masa itu. Sejarah hingga sampainya mereka ke Australia yaitu dikarenakan Kekalahan pemeintah kolonial oleh Jepang dan pada Maret 1942 Jepang mulai datang ke Indonesia, sehinga beberapa wilayah jajahan beralih tangan ke Jepang, dan disaat Hollandia atau pulau papua masih menjadi milik pemerintah kolonal Belanda maka para tahanan itu pun dipindahkan ke Australia dengan tujuan Belanda agar mereka tidak diperalat oleh jepang untuk menyerang Belanda serta karena Belanda masih punya konsesi di Brisbane sehingga dipindahkanlah mereka dari Digul ke Australia. Dengan menyamarkan mereka sebagai tahanan yang membantu Jepang bukan sebagai pemberontak pemerintah kolonial untuk menghindari penolakan dari Australia. Sehingga tidak meragukan bahwa kemampuan mereka memang sangat mumpuni untuk berjuang dan mengorganisir orang banyak, karena background dari mereka tersebut pastilah cukup kuat sehingga menyebabkan mereka dijadikan tahannan oleh pemerintah kolonial tersebut. Dari aspek ini kita dapat menimba ilmu bagainana rasa semangat dan cinta tanah air dari tiap-tiap indifidu yang semestinya, meski daam pengasingan bahkan saat di luar wilayah Indonesia-pun, perjuangan masih dan harus emban dan dilaksanakan.

Ketika Indonesia memanggil, yaitu disaat telah terproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, dan menyebarnya berita itu di telinga orang-orang bangsa Indonesia di Australia maka tidak berselang lama, di suatu jalan di syedny, warga Indonesia mengulang kembai sebuah sumpah mereka, yang di ucapkan oleh anak bangsa Indonesia di seluruh dunia, sebuah sumpah kesetiaan terhadap republik baru yaitu Indonesia. Semangat kemerdekaan dan kebangsaan itu tercermin pada malam perayaan kemerdekaan di sana yang terselenggara dengan meriah dengan penampilan tarian Jawa kuno yang menyiratkan makna, meski dalam pengasingan mereka tetap melestatrikan budaya leluhur, hal tersebut juga salah satu nilai yang penting sebagai bahan pembelajaran bagi mienial muda saat ini untuk mempertahankan bangsannya lewat kebudayaan dan nilai nilai leluhurnya.

Seperti yang kita ketahui bahwa selama tiga setenagh abad lamanya Indonesia dijajah dan dieksploitasi oleh pemerintah kolonial Belanda, sebanyak 72 penduduk Indonesia menetap di pulau - pulau terkaya di dunia ini, dalam waktu 3,5 abad mereka mengambil semua keuntungan, mulai perkebunan karet, tambang minyak, tambang timah, monopoli kina, perkebunan pala, kopi, the, cengkeh, dll. Dengan perkiraan harga sebesar 100 juta dolar pertahun, yaitu jumlah yang tidak sedikit. Dan seperti yang kita ketahui disaat itu, kala perang telah usai Jepang yang telah kalah perang dunia ke II, dengan iming-iming sebesar itu maka tidakalah mungkin jika Belanda tidak ingin mencoba kembali untuk mengeruk tambang emas dunia itu. Untuk itu mereka memerlukan kapal -- kapal, dimana kapal kapal tersebut berada di pelabuhan Australia, Brisbane, Melbourne dan Syedny, kapal untuk mengangkut prajurit, senjata, dan para pegawai colonial Menuju Indonesia.

Dimulai dengan sebuah kata yaitu " TIDAK" pelaut Indonesia para buruh Indonesia di Australia dengan mantap dan tegas menolak bekerja untuk kapal yang akan menghancurkan rebublik baru milik mereka. 

Dengan dimulailah aksi langsung para orang - orang Indonesia di sana, mulai dari meninggalkan dermaga, keluar dari kantor -- kantor, para prajurit mogok bertugas. Hal ini pula sebagai panutan untuk menilik sejarah bagaimana kegigihan yang seharusnya ditunjukan oleh seorang warga negara dalam melakukan bela negara walau pun berada di Negara orang sekalipun, keberanian tetap membara semerah darah seorang pemuda. Meskipun saat itu para orang Jepang di sana hanya diam mereka tidak menyuruh atau membantu apapun, dan akhirnya para pekerja Indonesia mulai membuka suara dan melantangkannya, menyuaraan tentang kondisi yang buruk, gaji yang rendah, dan apa artinya penjajahan kolonial Belanda selama 350 tahun terhadap Indonesia. Dimulai dengan para pekerja dermaga yang mulai berdatangan dan akhirnya menjadi pertemuan umum yang tak direncanakan. 

Di sanalah warga Australia menyerukan suaranya juga, plaut Indonesia dilarang membentuk perserikatan sampai mereka tiba di austalia, Indonesia mendapat bantuan untuk mengorganisir perkumpulanya dan mereka berjanji tidak akan mengecewakaan Indonesia.dan akhirnya penggugatan dengan Atlantik Charter atau Piagam Atlantik ke kongres perserikatan buruh dunia, untuk mendukung kebebasan bagi semua bangsa, begitu juga dengan Indonesia. Sehingga deklarasi kapal Belanda untuk Indonesia adalah "HITAM" atau disebut juga dengan "Black Armada". Sesuatu hal besar telah terjadi aksi pemboikotan kapal Belanda sudah nyata. Perusahaan Belanda yang pernah memiliki armada besar untuk mengeruk kekayaan Indonesia kini harus memohon untuk membawa mereka kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun