Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Senyum Bu Ani

19 November 2024   16:46 Diperbarui: 19 November 2024   16:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu Ani tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Itu foto ibu dulu, Lala," Bu Ani menundukkan kepalanya, "itu anak ibu," katanya dengan suara lembut. "Dia... dia sudah tidak ada."

Aku tertegun. Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya bisa melihat Bu Ani yang terlihat sedih, tapi tetap berusaha untuk tersenyum. Dia melanjutkan ceritanya, menceritakan tentang anaknya yang sangat cerdas serta periang, anak yang sangat dia cintai.

"Dia sangat suka belajar," kata Bu Ani, "Sama seperti kamu, Lala. Dia selalu bertanya apa saja yang ingin diketahuinya, anak yang cerdas. Sayangnya, dia sakit dan..." Bu Ani terdiam sejenak, menahan air matanya.

"Karena itu," lanjut Bu Ani setelah beberapa saat, "ibu ingin menjadi guru. Ibu ingin berbagi ilmu juga kasih sayang ibu kepada anak-anak lain, seperti yang pernah ibu berikan kepada anak ibu. Ibu ingin mereka semua bisa belajar dengan senang hati, selalu merasa dibantu juga selalu dicintai."

Mendengar cerita Bu Ani, aku semakin mengerti mengapa Bu Ani begitu sabar dan penuh kasih sayang kepada murid-muridnya. Ibu Ani bukan hanya seorang guru yang hebat, tapi juga seorang wanita yang luar biasa, yang mampu mengubah kesedihan menjadi kekuatan untuk berbagi kebaikan kepada orang lain. Kisah Bu Ani mengajariku bahwa setiap orang memiliki cerita sendiri yang tersembunyi, aku harus selalu menghargai serta menyayangi satu sama lain. Bu Ani, guruku yang istimewa, adalah inspirasi bagiku.

Bu Ani, guruku yang istimewa. Dia lebih dari sekedar guru. Dia seperti ibu kedua bagiku. Aku sayang sekali padanya. Terima kasih, Bu Ani, atas semua kebaikanmu. Kau adalah guru terbaik di dunia!

Tamat

Iqbal Muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun