Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Senyum Bu Ani

19 November 2024   16:46 Diperbarui: 19 November 2024   16:49 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Christina Morillo: https://www.pexels.com/photo/woman-wearing-gray-blazer-writing-on-dry-erase-board-1181534/

Hasilnya sungguh menakjubkan! Lukisanku terlihat unik dan berbeda dari lukisan teman-temanku yang lain. Aku tidak lagi merasa malu dengan lukisanku yang awalnya hanya coretan-coretan tak beraturan. Bu Ani mengajariku bahwa kreativitas itu tidak terbatas, dan ada banyak cara untuk mengekspresikan ide itu. Dia selalu menemukan cara yang tepat untuk membantuku mengatasi kesulitan dan menemukan potensiku. Aku semakin kagum sekaligus bersyukur punya guru sebaik Bu Ani.

Kemudian, pernah satu hari saat kami belajar tentang tata surya. Kami harus membuat model tata surya menggunakan bahan-bahan bekas. Aku membawa koran bekas, kawat yang sudah tidak terpaki, bola, dan juga botol bekas air mineral ke sekolah.

Aku sudah berusaha keras dan juga bersungguh-sungguh ketika mengerjakan proyek tata surya, tapi model buatanku terlihat sangat tidak menarik, aku melihatnya seperti barang rongsokkan. Planet-planetku terlihat seperti bola-bola kecil yang asal tempel, serta orbitnya pun tidak rapi. Aku benar-benar merasa sangat kecewa.

Aku melihat teman-temanku yang lain, model tata surya buatan mereka terlihat jauh lebih menarik, lebih bagus dan juga sangat detail. Aku hampir menyerah dan ingin meminta Bu Ani untuk menyuruhku membuat ulang, tapi kemudian Bu Ani mendekat. Dia melihat model tata surya buatanku dengan seksama.

"Lala," katanya, "Model tata surya kamu sudah bagus kok. Tapi, bagaimana kalau kita tambahkan beberapa detail agar lebih menarik?"

Dengan sebuah gerakan lembut, Bu Ani membimbingku memasuki ruang perpustakaan yang hening. Di antara deretan buku, Bu Ani menemukan buku tata surya yang tepat, membuka halaman demi halaman yang menampilkan planet-planet dengan detail luar biasa; warna biru tua Jupiter yang berputar-putar, cincin Saturnus yang berkilauan, dan permukaan Mars yang merah kecoklatan, semuanya begitu nyata serta memikat. Kemudian, dengan sentuhan jari yang ringan, Bu Ani memutar video yang menampilkan keajaiban alam semesta: galaksi spiral yang berputar dengan anggun, bintang-bintang yang berkelap-kelip seperti berlian di langit malam yang gelap, semuanya begitu menakjubkan.

Bu Ani tidak hanya menjelaskan secara teori, tetapi juga mengajakku untuk bereksperimen setelah aku terpukau dengan buku dan juga video yang baru saja aku lihat. Kami mencoba menggunakan berbagai bahan bekas yang aku bawa ke sekolah untuk membuat model planet yang lebih detail. Misalnya, kami menggunakan kertas koran bekas yang dibentuk dan dicat untuk membuat tekstur permukaan planet yang lebih realistis. Kami juga menggunakan kawat untuk membuat orbit planet yang lebih rapi, hasilnya pun terlihat menjadi lebih megah.

Model tata surya buatanku berubah; lebih menarik, lebih detail berkat Bu Ani. Aku belajar bahwa membuat sesuatu yang indah serta menarik itu tidak hanya membutuhkan kreativitas, tetapi juga ketekunan bersama dengan kesabaran. Bu Ani mengajariku untuk tidak mudah menyerah. Bu Ani juga mendorongku untuk selalu berusaha meningkatkan hasil kerjaku. Rasa syukurku tak terhingga kepada guru yang selalu mendukung dan membimbingku dengan penuh kesabaran serta kreativitasnya.. 

Bu Ani bukan hanya mengajariku membaca, menulis, dan berhitung. Dia juga mengajariku tentang kebaikan, kesabaran, dan kerja keras. Dia selalu menyemangatiku untuk tidak mudah menyerah. Dia selalu percaya padaku, bahkan saat aku merasa aku tidak mampu.

Suatu hari, saat istirahat, aku melihat Bu Ani sedang duduk sendirian di ruang guru, menatap sebuah foto yang terlihat sudah usang. Aku benar-benar sangat penasaran, lalu aku memberanikan diri untuk mendekat.

Di dalam foto itu ada seorang wanita yang terlihat masih muda, dia sedang tersenyum ceria, bersama seorang anak laki-laki kecil yang menggemaskan. Aku menebak sosok itu adalah Bu Ani ketika masih muda bersama anaknya. Aku memberanikan diri untuk bertanya dengan hati-hati, "Bu, itu foto siapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun