Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bendungan di Dalam Cawan

30 Juni 2024   11:27 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam rumah yang hangat, cahaya dari lampu berwarna kuning keemasan memantul di permukaan cawan, tampak detail-detail indah yang menyejukkan hati. Setiap kelopak bunga pada motifnya tampak semakin hidup, mereka menari dalam keheningan, menawarkan keindahan yang abadi di tengah langit yang kelabu.

Sebuah tangan lembut meraih cawan itu dengan sangat hati-hati. Itu adalah tangan seorang gadis, yang duduk merenung di samping jendela. Dia menatap keluar, melihat tetesan hujan yang mulai turun perlahan dengan irama yang menghanyutkan. Cawan itu di tangannya, dia merasakan ada kehangatan yang mengalir ke dalam hatinya, mengusir kesedihan yang sempat menyelimutinya.

Gadis itu menuangkan teh hangat ke dalam cawan porselen, uapnya naik perlahan, menghadirkan suasana romantis yang di rindukannya. Aroma teh yang harum memadati udara, mengingatkan dia pada kenangan indah di masa lalu. Tiap tegukan dari cawan itu bagai pelukan hangat, menyegarkan semangatnya di tengah senja yang muram.

Di luar, hujan mulai turun dengan deras, serupa dengan rindu yang menghantam hatinya, cawan porselen itu tetap menjadi pusat kehangatan yang tidak pernah pudar. Gadis itu menatap motif bunga-bunga yang menghiasi cawan, gadis itu menangkap pesan tersembunyi di balik setiap detailnya. Pesan tentang ketabahan, tentang keindahan yang tetap ada meskipun dunia di luar tampak suram dan gelap.

Cintanya pada seorang pria, yang pernah dia temui di bawah pohon bunga sakura yang mekar, serupa seperti cawan porselen itu---rapuh namun indah, penuh detail dengan ribuan cerita di setiap sudutnya. Pria itu, dengan senyum yang menawan dengan tatapan mata yang penuh kelembutan, telah menyentuh hatinya dengan cara yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Mereka berbagi banyak momen berharga bersama, dua jiwa yang menemukan rumah yang teduh.

Seperti hujan yang sedang turun di luar, cinta mereka juga menghadapi badai, hambatan serta rintangan. Keluarga pria itu, yang berasal dari kalangan terpandang, tidak merestui hubungan mereka. Mereka berdua sering merasa seperti air yang tertahan oleh bendungan di dalam cawan, ingin mengalir bebas namun terhalang oleh batasan yang tidak terlihat.


Setiap kali mereka bertemu, ada kerinduan yang mendalam, seperti air yang mendesak bendungan, berharap menemukan jalan keluar. Gadis itu merasakan cinta yang begitu kuat, namun juga begitu rumit. Dia tahu bahwa perasaannya tidak dapat sepenuhnya tersampaikan, tak dapat mengalir ke arah yang mereka inginkan. Tiap perjumpaan merupakan kebahagiaan sekaligus kesedihan, harapan sekaligus keputusasaan.

Di tengah senja yang muram itu, saat dia menatap keluar jendela dan mendengarkan irama hujan, gadis itu merenungkan semua momen indah yang mereka lewati. Dia ingat saat pria itu memberinya cawan porselen yang cantik ini sebagai tanda cinta. Pria itu mengatakan bahwa cawan ini melambangkan ketulusan dengan keabadian cinta mereka, meskipun dunia di sekitar mereka penuh dengan rintangan.

Sambil memegang cawan di tangannya, Gadis itu merasakan kehangatan yang mengalir dari dalam hatinya. Cinta mereka memang rumit, seperti bendungan di dalam cawan yang menahan derasnya arus air cinta mereka. Namun, dia percaya bahwa di balik semua kesulitan, akan hadir keindahan yang tak ternilai. Cinta mereka akan menjadi perjalanan yang penuh tantangan, dia yakin di setiap langkahnya akan diwarnai oleh ketulusan serta harapan.

Dia menyesap teh hangat dari cawan itu, merasakan kehangatan yang menyelimuti hatinya. Hujan di luar mungkin masih deras, tapi di dalam hatinya ada kekuatan cinta yang tidak akan pernah goyah. Dia tahu, meskipun cinta harus melewati banyak badai, cinta akan selalu menemukan cara untuk bertahan. Seperti cawan porselen yang cantik ini, cinta mungkin rapuh, tapi dia memiliki keindahan yang abadi.

Gadis itu tersenyum, menatap jauh dengan penuh harapan. Dia tahu, cinta sejati itu menghadapi rintangan bersama, cinta sejati itu tidak menyerah meskipun dunia mencoba memisahkan. Dan seperti cawan porselen yang indah itu, cinta akan selalu menjadi lambang keabadian, memberikan kekuatan serta harapan di tengah hari yang paling kelabu sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun