Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sirna Sudah Cintaku Padamu

13 Mei 2024   16:25 Diperbarui: 13 Mei 2024   17:52 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar Jeswin Thomas dari pexel.com

“Dean,” ucap Friska lirih, Friska tidak tahu cara mengungkapkan perasaannya, hanya air mata yang menetas melintasi hatinya yang rapuh. Deandra segera berdiri menghampiri Dian yang sedang menahan air mata, dia menyematkan sebuah kalung dengan liontin beberapa butir biji kopi, aroma kopi dari kalung itu sangat tajam, persis seperti aroma desa ini.

“Nanti, aku kirim surat ke rektor kamu,” celoteh Deandra, setelah menyematkan kalung berliontin kopi itu.

“Mau ngapain, Dean?”  Friska segera menoleh kearah Dean yang sedang berjalan menuju bangku yang berada tepat di depan Friska, wajah Dian agak sedikit cemas, karena Deandra bicara tentang rektor, Friska tidak ingin mencari masalah dengan kampus, dia hanya ingin cepet-cepat lulus dengan nilai yang bagus, lalu berkarir, sudah, tidak ingin macam-macam.

“Aku mau nanya, alamat rumah kamu dimana?” 

Mendengar celotehan Deandra, membuat Friska semakin terpuruk ketakutan dari perasaan rindu, hanya Deandra-lah satu-satunya laki-laki unik yang hadir dalam cerita hidupnya, setelah kembali ke Yogyakarta nanti, tentu tidak akan ada lagi celotehan yang nyeleneh dari Deandra, rasa rindu itulah yang di takuti Friska.

***

“Selamat, ya…” Suara berat dengan tangan besar berbulu lebat itu menjabat tangan Friska yang kecil, hari itu Friska lulus dari universitas yang membuat namanya bertambah panjang, begitulah kata Deandra dulu saat Deandra dan Friska sedang berdiskusi tentang jenis kopi yang dapat difermentasi, dia juga menambahkan, Deandra tidak ingin lulus dari universitas kalau harus membuat namanya semakin panjang, kasian nanti orang-orang kesulitan membacanya.

Semenjak Friska tiba di Yogyakarta, Deandra hanya dua kali mengiriminya surat, yang pertama saat Friska sedang di rawat di rumah sakit karena Demam Berdarah, surat itu datang ke Rumah Sakit dengan nama Friska yang sedang di rawat di rumah sakit karena Demam Berdarah, surat itu membuat gempar seluruh karyawan rumah sakit, sangat memalukan, tapi, itu-lah yang membuat Friska rindu.

Surat kedua datang langsung ke tangan Friska melalui staff kebersihan kampus, Pak Suruno, membawanya langsung ke tangan Friska, surat itu di kirim dengan nama pak Surono, tapi di dalam amplop itu ada sepucuk surat lagi surat yang terselip, surat itu distaples, dan tertulis untuk Friska, mahasiswi jurusan Mikrobiologi.

Friska memang tidak pernah membalas surat-surat itu, dia langsung menelepon tempat Deandra bekerja, Friska mendapatkan nomor itu dari salah satu temannya ketika KKN di Desa itu, Deandra bekerja paruh waktu sebagai barista di sebuah kedai kopi, tiap kali Friska menelepon Deandra tidak pernah mau berbicara dengannya, pernah satu ketika, saat Friska menelepon kedai kopi itu, kebetulan Deandra sendiri yang mengangkatnya, dia berbicara di telepon bagai tidak pernah mengenal Friska, saat itu Friska benar-benar kecewa, tapi, datanglah sebuah surat, surat kedua yang dikirim melalui Pak Surono, isinya hanya maaf, dengan tulisan yang sangat besar.

Hari kelulusan itu adalah hadiah besar untuk Deandra, itulah pintanya ketika dulu memberikan kalung berliontin biji kopi di desa, di hari kelulusannya itu juga, Friska sangat merindukan celotehan-celotehan lucu, unik dan nyeleneh Deandra, namun, sayangnya sudah tidak lagi dapat terdengar untuk selamanya, sebuah demonstrasi besar-besaran terjadi saat itu, Deandra pun hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun