Amara masih terpaku di ranjang itu, tangisannya semakin menjadi-jadi, Amara tidak tahu bagaimana cara mengutarakan isi hatinya, dia memang mengakui kesalahan yang pernah di lakukannya dulu, begitu pun Denis, dia pun menyadari bahwa perjumpaan mereka adalah sebuah kesalahan, tapi, mengapa Tuhan selalu saja memberikan waktu untuk saling beririsan dalam lingkaran kisah kehidupan Amara dan Denis?Â
Amara yakin, Denis sudah menghapus namanya untuk selama-lamanya, tapi, kenapa Tuhan selalu menghadirkan orang-orang yang rupanya mirip sekali dengan Denis? Apakah Amara tidak boleh melupakan Denis, melanjutkan hidup? merajut kisah baru? Denis pernah membuat Amara terluka, tapi kenapa Amara selalu punya sejuta alasan untuk memaafkannya, Amara selalu punya senyum di esok hari ketika berjumpa?Â
Isak tangis Amara sangat memilukan, sayangnya suara sayup-sayup dari tangisan itu semakin membuat Joshua naik pitam, "Pergi, aku tidak sudi melihat kamu di sini!"
"Jangan, Joshua... tolong jangan usir aku!" Amara bangkit dari ranjang, setengah berlari menghampiri Joshua yang tidak menatapnya sama sekali ketika mengusirnya, "Joshua... aku istrimu!" Amara memohon sambil bersimpuh di bawah kaki Joshua.Â
"Kamu tidak pantas menjadi pendamping hidupku," ucap Joshua sambil menunjuk wajah Amara yang bersimpuh di bawah kakinya.
"Joshua, aku tidak akan pernah kembali pada Denis," Amara berusaha berdiri, "aku masih menyimpan nama itu, karena dia sudah pergi jauh... sangat jauh Joshua, dia tidak akan pernah kembali," ucapnya sambil terisak, Arama berusaha merangkul lengan Joshua.
"Alasan... dasar wanita murahan," teriak Joshua sambil mendorong tubuh Amara. Tubuh Amara terpental, kepala bagian belakangnya terbentur meja rias, karena benturan keras itu membuatnya kesulitan bernafas, dengan sekuat tenaga Amara mencoba untuk berteriak memanggil nama suaminya, akibat benturan itu membuatnya tidak dapat mengucapkan satu kata pun, hanya gelagapan saja yang nampak di mata Joshua.
"Enggak usah pake drama!" Joshua langsung membuang wajahnya ketika melihat Amara yang sedang kesulitan bernafas itu.
Di pelupuk mata Amara terlintas sebuah kenangan pahit yang sulit di lupakannya, kenangan ketika Denis pergi meninggalkannya untuk selamanya, persis seperti ini, Denis terjatuh dari tangga, mereka bertengkar karena Denis ingin menyudahi hubungan asmaranya dengan Amara.
-Tamat-