Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lepaskan Ikatan Itu, Amaraloka

11 Mei 2024   14:28 Diperbarui: 11 Mei 2024   16:25 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Amara, kita enggak akan pernah bisa bersatu, kita enggak ditakdirkan untuk bersama, kamu udah punya jalan hidupmu sendiri, teruslah berjalan, jangan pernah berhenti, jangan lagi kamu hancurkan perjalanan hidup yang sudah sempurna itu, jangan liat ke belakang, liat aja masa depan kamu," ucap Denis parau sambil menarik paksa tangannya yang digenggam erat Amara.

"DENIS..." teriak Amara histeris.

***

"Sayang... bangun," Joshua berusaha membangunkan Amara, "kamu kenapa, Sayang?" tanya Joshua yang terlihat panik, Joshua terbangun dari tidurnya karena mendengar Amara yang mengigau kencang, peluh Amara menyembul di wajahnya yang terlihat pucat.

Amara terduduk tiba-tiba, nafasnya tersengal-sengal, matanya membelalak namun tapatan matanya kosong, selang beberapa detik kemudian, di sudut matanya digenangi oleh kesedihan, menggelayut di kelopak matanya, karena sudah tidak lagi tertampung, mengalirlah kesedihan itu membasahi pipinya yang halus.

Melihat kondisi Amara yang tidak karuan, Joshua segera memeluknya, "Kamu enggak apa-apa kan, Sayang?" tanya Joshua berusaha meyakinkan dirinya bahwa Amara, istrinya baik-baik saja, Joshua mengelus-elus punggung Amara, sesekali mengelus rambutnya, "Aku di sini, Sayang... Aku di sini... kamu enggak sendirian, aku di sini..." ucapnya berkali-kali untuk membuat Amara tenang. 

Berbeda dengan Amara, dia berusaha untuk melepas pelukan itu, namun karena tubuh Joshua yang besar, Amara kesulitan melepas pelukan itu, dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam Amara hanya ingin menangis saja, dia ingin menumpahkan semua kesedihan yang sedang bergelayut di hatinya, dia tidak butuh Joshua, dia tidak butuh pelukan Joshua, dia hanya ingin Denis hadir memeluk dirinya bersama dengan rindunya, lalu membiarkannya hanyut dalam pelukan malam, hanya itu yang Amara inginkan.

"Lepas, Joshua... lepas..." pinta Amara lirih.

 Joshua melepas pelukannya, diam sejenak kemudian perlahan menjauh, Joshua memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur, dia masih menatap Amara, namun kali ini tatapan yang berbeda dari sebelumnya, sorot mata Joshua memancarkan api cemburu, ada sedikit penyesalan dalam hati Joshua, seharusnya sejak dulu dia menyadari hal ini, Amara memang tidak sepenuhnya mencintai Joshua, tersisa satu nama dengan kisah yang tidak dapat dilupakan Amara, seharusnya Joshua sadar sejak awal perjumpaan mereka, Amara hanya mencari status setelah perceraiannya.

Joshua berjalan menuju jendela besar di sudut kamarnya, setelah menikah mereka beruda tinggal di sebuah apartemen, pemandangan dari jendela besar di kamar mereka sangat indah, terutama di malam hari, cahaya lampu dari kesibukan kota yang tidak pernah tidur itu terlihat sangat romantis, apartemen ini pun Amara yang memilihnya, Joshua menatap jauh ke dalam hiruk-pikuk kesibukan kota di waktu malam, namun, pikirannya tertambat oleh api cemburu yang membakar hatinya.

"Kenapa kamu mau menikah denganku, kalau hatimu masih ada untuk dia?" tanya Joshua sambil menghembuskan jauh-jauh asap yang berasal dari sebatang rokok yang terselip di antara jarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun