Zainudin penasaran dengan isi surat itu, Zainudin heran, kenapa temannya tidak pernah memberitahunya, hingga akhirnya takdir dari surat yang di tulis oleh Maisyaroh itu tiba dihadapannya melalui tangan ayahnya Maisyaroh.
***
Zainudin,
Aku seharusnya tidak perlu menulis surat ini padamu, tapi batinku meronta, jiwaku terkungkung oleh belenggu budaya, tubuhku melemah karena cintamu memudar.
Zainudin, aku tahu, kamu pergi menjauh dariku karena permintaan ayahku, dia merasa malu bila aku diperistri olehmu, ayahku cinta dunia, lebih cinta dunia ketimbang anak gadisnya yang sedang merasa rindu ini, tapi Zainudin, aku rela dengan takdir yang telah ditulis jauh sebelum aku dilahirkan ke bumi yang fana ini, aku hanya seorang pemain dari cerita yang sudah diatur oleh Tuhan.
Mungkin kita tidak akan berjumpa di dunia, tapi aku selalu berdoa, aku memohon agar cerita yang sudah Tuhan buat untukku berujung di langit sana, aku memohon pada Tuhan agar menambahkan alur cerita yang baru untukku.
Namun, Zainudin, aku pun tidak tahu, aku tidak punya alasan apa bila Tuhan bertanya padaku, mengapa aku begitu mencintaimu? Entahlah Zainudin, aku sudah bertanya pada hatiku, jawabanya tetap satu, kamu sudah berhasil merebut hatiku, dan kamu adalah yang pertama dalam hidupku, belum pernah aku merasakan cinta begini hebatnya, mungkin ini juga ujian untukku, karena aku mencintai laki-laki yang tidak di sukai oleh ayahku.
Sampai jumpa Zainudin,
Maisyaroh.Â
***
"Mel?" teriak Zainudin, dia melihat tubuh Mel terjatuh ke lantai dengan layar ponsel yang terbuka. "Tolong... Tolong..." lanjut Zainudin berteriak, dia meminta bantuan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.