Tiba-tiba pria itu menembakkan senjatanya ke arahku. Aku beruntung, karena tembakan itu meleset, pelurunya mengenai dinding gudang, tidak kusia-siakan kesempatan itu untuk balik menyerangnya, tembakanku berhasil mengenai lengannya. Pria itu berteriak kesakitan, dan ia reflek menjatuhkan senjatanya.
Melihat situasi itu, aku segera berlari ke arahnya, dan menangkapnya. Aku mengikat tangannya dengan tali yang kubawa dari mobil van, mengambil ponsel di dalam saku lalu menelpon polisi untuk memberitahu mereka tentang lokasi dan kondisi yang terjadi di tempat perkara. Aku juga memberitahu mereka tentang mahkota Napoleon.
Aku menunggu di samping pria yang masih merintih kesakitan itu. Aku melihat ke arah mahkota, lalu aku berpikir, apa yang akan terjadi dengan mahkota itu? Apakah polisi akan mengembalikannya ke museum, atau ke keluarga pria itu? Apakah ia akan menjadi saksi sejarah, atau malah menjadi sumber konflik bagi sejarah?
Aku tidak tahu jawabannya, yang aku tahu, aku baru saja menyelesaikan kasus yang paling menarik dan menegangkan dalam hidupku.
Sejujurnya aku merasa puas untuk saat ini. Mungkin aku belum benar-benar pensiun sebagai detektif. Mungkin masih ada banyak petualangan yang menunggu untuk aku jelajahi. Mungkin masih ada banyak kasus-kasus aneh dan misterius di Eropa yang sedang menantiku. Mungkin aku masih bisa melakukan itu semua dengan penuh semangat dan tantangan.
Aku pikir, mungkin aku harus mencoba sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang belum pernah aku coba sebelumnya.
Aku masih menggenggam mahkota itu, "Hei, bagaimana rasanya jadi penjahat?"
-Tamat-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H