Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Karena ia Cantik Tanpa Gincu dan Bedak

22 November 2023   08:08 Diperbarui: 22 November 2023   08:21 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari pexel.com

MANGGIS, Lain sekali jenis manggis zaman sekarang, belum lagi ditekan manggis itu sudah terbuka. Lain sekali gelagat gadis zaman sekarang, belum lagi disapa dia sudah tertawa. Kau melemparkan senyuman itu untuk siapa? Sadarkah kau, diantara gigi gingsul itu terselip cabai merah. Kau tak perlu malu, karena senyum kau itu tetap saja manis, semanis manggis.

SENJA, "Samsul ..." Seorang gadis berteriak memanggil namanya dari kejauhan.

Dia tidak menoleh, bahkan tidak berusaha mencari tahu siapa yang berteriak memanggil namanya, ia malah bergegas merapikan semua buku-bukunya yang terserak di bawah pohon manggis yang rindang dan tua itu.

Mengintip sebentar dari balik batang pohon manggis, lalu lari menjauh dari gadis yang berlari menghampirinya.

"Samsul." Gadis itu tampak bersungut-sungut, dia menjulurkan bibirnya yang merah merona itu kedepan.

Samsul sempat menoleh kepada gadis itu yang berada di belakangnya, namun ia lupa untuk kembali memalingkan kembali wajahnya kedepan, ia tidak sadar, ia masih berlari.

"AWAS!" teriak gadis itu dari kejauhan.

Bukunya berhamburan, semua tulisan-tulisannya terbang menikmati udara kebebasan, kertas-kertas yang bertahun-tahun terpenjara di dalam lipatan buku usangnya kini berhembus bersama angin terbawa udara senja, kertas yang berisi tulisan itu selalu dikurungnya bertahun-tahun, entah mengapa. 

Tidak lagi sempat bagi Samsul untuk mengumpulkan yang terserak itu, ia pingsan karena menghantam pohon manggis.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun