Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Tiga Pengemis Tua

18 November 2023   08:08 Diperbarui: 22 November 2023   00:01 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya."

Nayla segera berlari keluar menemui pengemis tua itu, terlihat Nayla sedang berdiskusi dengan si buta, namun akhirnya pengemis tua itu melepaskan pegangannya. Ia berjalan mengikuti langkah Nayla masuk kedalam rumah.

Ketika pengemis tua itu melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, tiba-tiba lampu di dalam rumah berkedip-kedip, lalu terjadi guncangan seperti terjadi gempa, lalu semuanya gelap.

***

"Pak... Pak..." Aku terbangun, tapi aku bingung, karena aku terbangun sedang berada di dalam sebuah mobil mewah, sepertinya ini adalah limousine. Seseorang di depanku membangunkanku.

"Dimana saya, kita mau kemana ya?" tanyaku.

"Kita sedang menuju Silicon valley, sebentar lagi akan ada Pers Conference untuk launcing produk baru bapak," jawab wanita yang berpakaian seksi yang sedang duduk di depan saya dengan tatapan yang bingung. Aku pun semakin bingung.

"Nayla di mana?" tanyaku

"Nayla ... Oh, Nayla istri bapak, maaf, maksud saya mantan istri bapak?" wanita itu menatapku, seperti sedang menunggu jawaban, "Dia sibuk dengan bisnis kosmetiknya, Pak ... kan bapak sendiri yang curhat sama saya waktu itu."

Mata radit terbelalak mendengar wanita seksi itu berbicara, seharusnya ia memilih pengemis gendut dan buta yang bernama Tresno itu.

"Nayla," ucap Radit lirih dengan linangan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun