Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sekelumit Kisah Tentang Kemarin

16 November 2023   08:08 Diperbarui: 16 November 2023   08:24 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laki-laki bejat itu pun ikutan berbicara, “Radit, jangan marah dulu. Saya tidak bermaksud menyinggung kamu. Saya mengakui kamu itu anak yang hebat, tapi saya juga punya tanggung jawab untuk anak saya sendiri. Saya tidak memilih kamu karena saya lebih mencintai anak saya, tentu saja saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak kandung saya, kan. Saya harap kamu bisa menghormati pilihan saya. Dan ibu kamu memang lebih cinta sama saya dari pada kamu.”

Radit tidak mau mendengar omong kosong dari mereka berdua. Ia merasa dibohongi, dikhianati, tidak ada yang tulus mencintai dan menyayangi dirinya.

“Kalian berdua … Kalian orang-orang yang paling kejam di dunia. Kalian berdua enggak pantes jadi orang tua. Kalian berdua enggak pernah cinta dan menyayangi aku. Kalian berdua hanya mikirin diri kalian sendiri. Kalian egois. Kalian berdua enggak layak bahagia. Aku benci kalian berdua. Aku enggak mau tinggal sama kalian berdua.”

Radit membuang wajahnya lalu berlari menjauh dari rumah itu, ia tidak tahu kemana ia akan pergi, dan apa yang akan ia lakukan. Ia hanya tahu, bahwa ia tidak mau melihat wajah mereka lagi. Ia hanya tahu, bahwa ia harus mencari kehidupan yang baru, yang lebih baik, yang lebih bahagia. Ia hanya tahu, bahwa ia harus mencari cinta yang sebenarnya. Ia hanya tahu, bahwa ia harus mencari dirinya sendiri.

Radit terus berlari tanpa arah, tanpa tujuan. Ia hanya ingin menjauh dari rumah yang tidak lagi menjadi rumah baginya. Ia hanya ingin melupakan ibu yang tidak lagi menjadi ibu baginya. Ia hanya ingin menghapus luka yang tidak bisa sembuh di hatinya.

Radit tidak tahu berapa lama ia berlari, dan berapa jauh ia pergi. Ia hanya tahu, bahwa ia sudah berada di tempat yang sangat asing, mungkin saja tempat itu sangat berbahaya baginya. Ia melihat banyak orang-orang yang menatapnya dengan tatapan sinis. Ia mendengar suara-suara yang keras dan menakutkan. Ia merasakan pandangan dari bola mata yang mengintai dan mengancam.

Radit merasa takut dan juga bingung. Ia tidak tahu harus kemana? Harus berbuat apa? Ia tidak punya uang, tidak punya teman, tidak punya keluarga. Ia sendirian dan terlantar. Ia tidak punya harapan, tidak ada masa depan.

Radit lalu mencari tempat yang aman. Ia menemukan sebuah taman yang hijau dan teduh, matahari sudah semakin jauh, gelap semakin merayap. Ia melihat sebuah bangku yang kosong dan nyaman di sudut taman. Ia duduk di bangku itu, lalu menundukkan kepalanya. Ia menumpahkan kekesalannya, kesedihannya dengan deraian air mata yang pilu.

“Tuhan, kenapa aku harus menderita seperti ini? Kenapa, Engkau enggak kasih aku ibu yang baik dan sayang  sama aku? Kenapa, Engkau enggak kasih aku keluarga yang hangat? Kenapa, Engkau enggak kasih aku kehidupan yang indah? Apa salahku, Tuhan? Apa dosa aku, Tuhan? Hapus aku dari dunia yang tidak adil ini, Tuhan?” teriaknya dengan suara parau sambil menengadah ke atas langit.

Ia hanya mendapati keheningan dari bulan dan bintang di langit, ia berfikir, Tuhan juga mungkin tidak peduli padanya.

Radit lalu berhenti menangis, ia merasa tidak ada gunanya menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun