Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pekerja di Bawah Terik Matahari

9 Oktober 2023   17:26 Diperbarui: 10 Oktober 2023   13:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku juga merasa kesepian juga terasing di kota asing ini. Aku tidak bisa berbicara bahasa Arab atau Inggris dengan lancar. Aku sulit berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarku. Aku tidak memiliki teman atau saudara di sini. Aku jarang sekali mendapatkan kesempatan untuk menelepon atau mengirim pesan ke keluargaku di Pakistan karena biayanya mahal dan sinyalnya buruk.

Aku merindukan rumah, istri, anak-anak, juga orang tua. Aku merindukan udara segar, tanah hijau, juga langit yang berwarna biru cerah di desaku. Aku merindukan segalanya tentang Pakistan. Aku merindukan kebebasan, keadilan, terutama martabatku sebagai manusia.

Aku bertanya-tanya apakah ini adalah hidup yang layak bagiku. Apakah semua ini pantas? Mahal sekali harga yang harus aku bayar untuk sebuah mimpi? Apakah ada harapan atau masa depan bagiku di negeri ini?

Aku mencoba untuk tetap kuat, aku harus optimis untuk mengejar semua yang aku impikan. Aku menguatkan diriku, aku yakin ini adalah ujian dari Tuhan. Aku tetap bersyukur hingga saat ini aku masih hidup, masih sehat wal afiat. Aku berdoa agar Tuhan memberiku kesabaran, keberanian, terutama keberuntungan agar aku tetap hidup.

Aku juga mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan juga budaya yang baru. Aku belajar bahasa Arab beserta Inggris sedikit demi sedikit dari buku-buku juga internet. 

Aku menghormati adat istiadat agar aku tidak melanggar norma setempat setempat. Aku bersikap ramah, juga sopan dengan orang-orang yang aku temui di jalan.

Aku berusaha untuk menjalin hubungan dengan sesama pekerja imigran di sini. Akhirnya, aku memutuskan untuk bergabung dalam komunitas Pakistan di Dubai. Di sana, aku berbagi kisah serta pengalaman pribadi kami masing-masing, dan seringkali, aku meminta nasihat dan juga pandangan mereka. 

Dalam komunitas ini, kami saling memberikan dukungan moral, bantuan kemanusiaan antara satu sama lain, menciptakan ikatan yang kuat di antara kami.

Aku juga aktif mencari hiburan, agar aku tetap merasa hidup, serta sedikit kesenangan saat aku memiliki waktu luang. Seringkali, aku menghabiskan waktu di taman, di tepi pantai, atau di mal. 

Selain itu, aku suka menonton film, mendengarkan musik, atau bermain game untuk mengisi waktu luang. Aku sangat menikmati pemandangan yang indah dengan beragam fasilitas yang disediakan oleh kota Dubai yang tidak pernah tidur.

Aku berharap bahwa suatu hari nanti, aku dapat meninggalkan Dubai kembali ke Pakistan. Aku berharap aku bisa membawa uang yang cukup untuk membangun rumah kecil di Pakistan, membuka usaha, yang paling utama adalah memberi pendidikan yang baik untuk keluarga . Aku berharap, aku dapat melihat senyum dan pelukan dari istri, anak-anak, dan orang tuaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun